"Panggil saja saya ayah hahahaha karena sejak dulu saya ingin sekali memiliki anak lelaki." Ia menatapku seperti berharap ingin dipanggil seperti itu, "Oh iya perkenalkan nama saya Brandy."
      Cringeeeee..... "Baik ayah... nama saya Alifito," sepertinya aku akan muntah.
      "Hahahaha, oke ayahmu ini akan menjawab pertanyaamu sebelumnya, iya benar, mungkin kamu baru bertemu dengan Luna dan Lina, kamu belum menjumpai kembarannya satu lagi." Ia berdiri dari singgasananya dan mengajakku untuk duduk di tangga dekat singgasana.
      "Ya, aku sudah membaca buku harianya Luna, namanya kembaran satunya lagi Lena bukan?" sebenarnya ketika aku mengetahui ketiga namanya, aku berpikir bahwa orang tuanya sangat buruk dalam memberi nama... ya sekarang aku berjumpa dengan orangnya.
      "Sepertinya kamu sudah cukup tau banyak tapi sekarang kondisi Lena sangat lah buruk."
      Tak terbayangkan bagaimana nasibnya, "Sebentar... aku masih tidak memahami apa yang terjadi dengan kalian?"
      "Sudah saya duga kamu akan mempertanyakan ini, saya akan menceritakannya sedikit." Tn. Brandy menarik napas dalam dalam sebelum menceritakan yang sebenarnya, ia harus menarik kembali luka yang dalam.
      Ia menceritakan bahwa mereka berempat tinggal disini sebelum kami lahir, Tn Brandy merupakan seorang Bule Belanda, ia sudah ada di Indonesia sejak jaman penjajahan tapi ia merintis usaha lahan disini, di perkampungan ini, ia menjadi seorang pemasok bahan bahan untuk belanda, juga mendapatkan keuntungan dalam perdagangan dalam negri. Suatu hari ia jatuh cinta dengan pribumi dan menjadikannya istri, Istri Tn. Brandy bernama Sekar, Ny. Sekar meninggal ketika melahirkan bayi kembar tiga yang paling tua ialah Luna lalu Lina dan yang terakhir ialah Lena. Situasi ini cukup sulit bagi Tn. Brandy mengurus ketiga anak tanpa seorang Ibu, semua ia berikan kepada anak anaknya bahkan ruangan kerajaan ini adalah keinginan mereka, mereka sangat ingin menjadi tuan putri. Hingga suatu hari ketika mereka berumur 18 tahun, para perkerja dan warga sekitar di adu dombakan oleh seseorang, mereka berkata bahwa tuan tanah di daerah mereka melakukan sebuah ritual mistis membawa malapetaka diruang bawah tanahnya, sebenarnya orang disini tidak percaya tapi perlahan banyak warga yang hilang dan dituduh bahwa Tn. Brandy yang melakukannya, Orang yang melakukan ini hanya ingin kekayaan Tn. Brandy. Perlahan perlahan warga mulai menjauhi Tn. Brandy, anak anaknya bahkan dikucilkan oleh warga ya walaupun masih ada yang percaya dengannya tapi orang orang itu malah menghilang seperti dibunuh oleh seseorang. Suatu hari warga berencana untuk memberhentikan malapetaka ini, ia berbondong bondong mendatangi rumah Tn.Brandy sembari membawa obor dan benda benda tajam di malam hari. Warga mendobrak pintu rumah dan memasuki secara paksa, Tn Brandy lah orang pertama yang menjadi korban, anaknya satu persatu ditangkap dan mereka disiksa hingga tak bernyawa.
      Aku tak bisa membayangkan bagaimana perasaan mereka semua, aku mengusap ngusap punggung Tn.Brandy dan memeluknya. Aku meminta maaf karena sudah membuatnya bercerita seperti ini.
      Tn. Brandy tersenyum "Terima kasih, saya salut sama kamu, kamu tidak takut melihat saya seseorang yang sudah tiada."
      "Sudah banyak yang lebih menyeramkan yang aku lihat, jika rupamu seperti ini mana aku bisa takut."