Mohon tunggu...
Alifito Rachmaya
Alifito Rachmaya Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - XII MIPA 2 | SMAN 1 Padalarang

Alifito Rachmaya XII MIPA 2 SMAN 1 PADALARANG

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Pretty Day/ie

1 Maret 2022   18:08 Diperbarui: 1 Maret 2022   19:30 742
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

            Percikan darah menghiasi ruangan, Nabil dan Azhar terengah engah kini ia melihat pintu dan lemari itu penuh dengan warna merah, mereka merasa mual seketika melihat apa yang terjadi di depannya.

POV : Fabian dan Danu

           

            "Kenapa jadi mencar gini... Pap aku takut mati... aku gak mau mati..." Danu mulai menangis kembali, Fabian yang melihatnya sungguh tidak karuan, ia melihat temannya terkejar oleh pria itu dan sekarang ia harus melihat temannya menangis seperti ini.

            "Ayo nu, setidaknya kita harus membantu yang lain..." Fabian berusaha tegar melihat keadaan ini, ia mengajak Danu untuk bangkit dari tempatnya dan mencoba keluar ruangan untuk melihat situasi.

            Hanya kesunyian yang kini mereka lihat dan mereka rasakan, tidak ada siapa siapa, mereka kebingungan harus berjalan ke arah mana karena 4 temannya itu terbagi 2 dan memilih arah yang berlawanan.

            Tap...tap...tap...

            Fabian melihat seseorang sedang berjalan tapi ini berbeda, ini terlihat seperti wanita seumuran kita, sayangnya mereka berdua hanya melihat separuh wajahnya, jadi mereka tidak mengenali siapa orang yang mereka lihat. Apa yang terlentas dipikiran kalian jika seperti ini? Yap! Menghampirinya bukan? Fabian langsung mangajak Danu untuk menghampiri wanita itu, tapi... mereka tidak mungkin untuk bersuara, bisa bisa mereka memanggil orang orang disini, jadi mereka hanya berjalan lebih cepat sembari mewaspadai sekitar, mereka lupa bahwa mereka berjalan tidak searah dengan teman temannya yang berpisah.

            Wanita itu bergerak lebih cepat, pakaian terlihat bersih sekali tingginya sekitar 170 cm, Fabian dan danu sudah berjalan mengikutinya cukup jauh tetapi ketika semakin dekat mereka semakin berpikir siapa orang yang ada di depannya. Tak diduga mereka melewati jalan yang tak mereka temui berenam, ada tangga! Mereka berdua menaiki tangga itu sembari mengikuti wanita itu, aneh sekali, jika itu teman kelas kami, dia gak mungkin hafal sekali tempat ini.

            Sampai tiba wanita itu memasuki sebuah ruangan, Fabian dan Danu berhenti seketika, mereka berjalan pelan melihat kondisi dalam ruangan. Ketika mereka mengintip melihat kondisi ruang... yang mereka lihat... adalah perempuan kelas yang sedang di sekap! Bahkan lebih parah lagi! Lantainya sudah dibanjiri darah, beberapa dari mereka sudah tewas mengenaskan! Fabian orang pertama yang melihat, tubuhnya sangat bergetar hebat bahkan ia sampai tidak tahan untuk berdiri, terlintas di benaknya juga seorang wanita yang ia sukai. Danu yang melihat juga bereaksi yang sama seperti Fabian hanya saja ia langsung pingsan di tempat. Fabian terkejut dengan terkaparnya Danu di hadapannya, Fabian hanya bisa melamun ketakutan sampai sampai ia tersadar bahwa didalam ruangan tadi tidak ada wanita yang mereka berdua ikuti. Akhirnya ia mencoba memastikannya kembali dan melihat didalam ruangan itu terdapat pintu di ujungnya, di pintu itu terdapat sebuah kaca yang terlihat ada bayangan seorang wanita di dalamnya, Ini kesempatanku! Pikir Fabian untuk menyelamatkan teman temannya.

            Perlahan tapi pasti,Fabian selalu memperhatikan keberadaan wanita itu, ternyata Fabian lah yang memegang pisau dari mereka berenam sebenarnya Azhar menjatuhkannya ketika berlari di depan ruangan Fabian dan Danu. Rasa mual dan tak tega memenuhi Fabian, ia melangkahi tubuh tubuh kawannya yang sudah tewas, mereka bergeletakan di lantai dan ada beberapa dari mereka yang terbunuh di kursi. Mereka disekap dan diikat disebuah kursi, jika kalian lihat ruangan ini seperti ruangan belajar, semua murid perempuan diikat menghadap papan tulis. Mereka ditutupi matanya dan ditutup juga mulutnya, aku tidak tahu perasaan mereka ketika mendengar jeritan teman temannya tersiksa dan terbunuh. Fabian melangkah lebih dekat ke orang yang pertama, kondisinya masih sangat baik, tidak ada lekas luka sayatan atau luka luka yang parah. Mulai menyentuh  pundaknya dan membisikkan kalau itu dirinya. Para wanita ini semuanya tidak tertidur mereka semua terbangun tetapi dipaksa untuk diam agar tidak terbunuh, hal ini terlihat ketika Fabian menyentuh pundaknya, wanita itu meronta ronta ketakutan tetapi setelah mendengar itu Fabian, ia sedikit tenang dan minta cepat cepat untuk di selamatkan. Orang pertama yang ia selamatkan adalah Diva! setelah membebaskannya Fabian memintanya untuk membantunya melepaskan yang lain. Perlahan sudah banyak yang mulai terbebas.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun