"Dimana Aufa?" Fabian bertanya kepada Diva dimana posisi Aufa, Diva menunjukkan kursi yang berada dekat dengan pintu wanita itu. Takut? Tentu saja tapi ia memberanikan diri untuk menyelamatkan dengan cepat cepat.
      "15 orang yang selamat..." Fabian membatin melihat jumlah temannya yang tak terselamatkan. Ini pasti sangat sulit untuk Fabian karena dia harus melindungi 15 orang wanita + 1 lelaki yang cukup menyusahkan. Akhirnya ia selesai melepaskan Aufa. Ia bisa melihat wajah Aufa sekarang, tapi ketika melihat wajahnya, wajahnya sungguh ketakutan dan ingin menangis, Aufa terbatu dan sulit untuk berbicara ketika melihat wajah Fabian.
      "Hei hei kenapa?" Fabian bingung tapi ia baru tersadar bahwa tatapan Aufa bukanlah kepadanya tetapi kepada sesuatu yang berada dibelakangnya. Fabian menelan ludah sendiri, ia merasakan hawa buruk dari belakangnya, ya benar, pintu dibelakangnya sudah terbuka sedikit dan kenok pintu itu dipegang wanita itu, tatapannya tertuju kepada Fabian, mata yang sangat tajam dan penuh dengan kebencian! Ia menyeringai kepada Fabian, Fabian langsung bereaksi segera ia menutup pintu dan menahannya. Tidak lazim! Ia sungguh tak kuat menahan pintunya, padahal lawannya hanyalah seorang wanita.
      "Pergi! Pergi dari sini!" Fabian berteriak keras, langsung meninggalkan pintu yang ia tahan, karena terlalu rusuh ia tersandung oleh jasad temannya, perempuan kelas yang melihatnya berteriak histeris, mereka tak sempat menolongnya! Fabian meringis kesakitan, tubuhnya ditusuk berkali kali oleh gunting yang dibawa wanita itu, kini bajunya yang bersih dipenuhi oleh noda darah, Aufa yang melihat kekasihnya diperlakukan seperti itu, tidak bisa berbuat apa apa karena teman teman yang lainnya sudah menariknya untuk pergi, Danu yang pisan pun sudah digotong dibantu beberapa perempuan. Kini tatapan Fabian sudah kosong, ia sudah tak merasakan apapun, seluruh tubuhnya diwarnai oleh cairan berwarna merah kental, Fabian tewas ditempat.
POV : Alifito & Azfa
Kami berada di sebuah ruangan, kami kelelahan dan kami langsung mengunci pintu ruangan kami, kini di hadapan kami, kami melihat seorang wanita berambut hitam panjang elegan, berpakaian cape berwarna putih, wajahnya sungguh manis terlihat mata coklat keemasannya menatap kami yang kebingungan. Setelah berpikir dalam beberapa detik kami terkejut dan melangkah menjauhi wanita itu.
      "Gak gak... bahaya az, aku kira itu anak perempuan kelas kita, ternyata bukan." Pekikku mengatur nafas.
      "Kan kan kan... jadi aja kejebak disini, jaga jaga ung, makin parah lagi kalau pria itu kesini."
      Wanita itu terkejut melihat reaksi kami, ia tersenyum dan mengambil sesuatu. Ia berjalan mengambil suatu buku dan menunjukkan suatu tulisan.
      Aku tidak akan menyakiti kalian, pria itu tidak akan bisa memasuki ruangan ini.
      Raut wajahnya sangat baik, ia terus menulis sesautu dan memperlihatkannya kepada kami berdua tapi kami tidak percaya semudah itu, seorang psychopath saja terkenal diluarnya adalah orang yang sangat baik tapi ternyata busuk.