Tubuhku melayang, aku diangkat oleh Lina tepat di leherku "JANGAN PERNAH MENYEBUT NAMA KAMI! MEMANG SEHARUSNYA KAMU MATI SEKARANG." Genggamannya semakin lama semakin kuat, aku kesulitan bernafas, aku berusaha melepaskan genggamannya tapi dia terlalu kuat. Mataku mulai mengkabur.
      Tubuhku terjatuh kelantai, seseorang telah melepaskan genggamannya, akhirnya aku bisa bernafas perlahan mataku mulai melihat jelas kembali, kini dihadapanku ada seorang wanita yang memegang tangan Lina.
      "Luna... kenapa kamu memegang tanganku? Kenapa kamu menahanku?" Lina menatap tajam kepada Luna yang dihadapannya, ternyata Luna lah yang menghentikan Lina ketika mencekikku.
      "KENAPA... KENAPA KAMU MENOLONGNYA LUNA?! LEPASKAN TANGANKU!" Lina berusaha untuk melepaskan tangannya tapi genggaman Luna sangatlah kuat.
      Luna hanya membuka matanya lebar dan manatap balik Lina, suasana terasa sangat dingin sekali, aku kedinginan bahkan seketika terasa ada gempa, benda benda disekitar sini bergetar dan berjatuhan dari tempat asalnya.
      "Hentikan... hentikan..."
      "APA KAMU AKAN MENGKHIANATI KITA LUNA!" Luna menghempaskan tubuh Lina, Lina yang merasa dikhianati oleh kembarannya sendiri semakin marah besar, ia berpikir kalau dirinya sudah tak berarti lagi bagi Luna, Luna bahkan hingga menolong orang yang baru saja ia temui.
      "KAMU HANYA DIAM!  TAK BERSUARA!" Wujud asli Lina sekarang terlihat, kulitnya mengelupas berjatuhan karena hempasan dari Luna, kulit hitam penuh luka dan bagian wajahnya sudah rusak parah, seperti orang yang mati terbakar.
      "hentikan... henti...kan..."
      Aku melihat perdebatan mereka, melihat wujud Lina dan Lena semakin membuatku kasihan kepada mereka, Lina yang sedah diselimuti kebencian menyerang Luna hingga terkapar, hingga aku tersadar akan sesuatu yang berada di tubuh Luna, sebenarnya wujud kematian Luna memang sudah tampak jelas hanya saja tertutupi oleh pakaian yang ia pakai.
      "hentikan...hentikan...hentikan...hentikan..."