Mohon tunggu...
13_Fandi Achmad Fahrezi
13_Fandi Achmad Fahrezi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya menyukai tulisan tulisan edukasi

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Antologi Puisi

4 Juli 2024   22:07 Diperbarui: 5 Juli 2024   18:24 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Namun, ia tetaplah manusia. Sering kali terjatuh kemudian merintih dan tersedu-sedu di pojok kamar. Sekali lagi, ia adalah seorang pejuang yang pantang untuk menyerah... Perjuanganya semata-mata hanya untuk Si Mata Wayang.

Rinduku

Ketika melangkah diantara butiran pasir niscaya akan menimbulkan jejak, jejak kaki yang sempurna. 

Jejak itu di sapu bersih oleh pasang surut air laut. Sempurna bukan berarti selamanya. 

Barangkali ada yang sempurna dan selamanya tentu bukan manusia.

 Apa yang bisa diharapkan dari manusia?

Terlalu rapuh untuk dijadikan sandaran, Terlena akan harta namun gencar bicara perihal kemurnian, terbang tinggi ketika di sanjung namun tak siap untuk terhempas ke tepian.

Kalau pun ada yang sempurna dan selamanya, ialah komedi tragis kehidupan. 

Di dalam kisah tragis terdapat komedi yang mengundang gelak tawa dan di dalam gelak tawa terdapat tragedi yang bersahabat dengan derai air mata di setiap malamnya.

Bu. Aku lelah... Lelah untuk tetap bersabar dan bersikap di dalam kendali. 

Ingin rasanya ku tumpahkan semua ini, ingin rasanya kuteriakki mereka-mereka ini.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun