Kesadaran akan bola hitam sebagai kunci kemenangan, kesadaran bahwa semuanya bisa saja terbalik seketika!
Namun, sepertinya bola hitam itu merupakan angan-angan yang pekat.
Pekatnya membuat eksekutor menjadi buta akan sebuah proses dan membuatnya tak mawas akan sekitar.
Sempat terpikir bahwa si putih merupakan tangan kanan tuhan yang menentukan segalanya. Lagi-lagi keliru, si putih hanya perantara yang mengantarkan setiap bola menuju singgahsananya.
Tongkat tampaknya sebagai penghancur kemelekatan. Namun hal itu tak membuat dia menjadi biadab... Kehancuran itu perlu untuk membuat setiap bola memperoleh tempat yang memeluk dirinya dengan sepenuh hati.
Selanjutnya, akan ku perkenalkan Sang Raja... Dia yang menggenggam tongkat, dia yang membuat si putih tampak gelap dan ia pula yang membuatnya seperti terang-benderang.
Dialah sang penentu akankah setiap bola akan singgah sesuai urutannya atau membuatnya menjadi bencana.
Oleh karenanya, kemenangan dalam kehidupan ini tak lepas dari kualitas raja. Apakah sang raja mencintai kebijaksanaan atau merasa bijaksana? Apakah tangan sang raja tercipta untuk sekedar menghancurkan atau memegang triangle untuk kembali menyatukan tiap butirnya?
Apakah sang raja sadar bahwa ini bukan sekedar permainan tapi termaksud dalam olahraga yang bertujuan untuk memperoleh kesenangan dan juga memperoleh kesehatan?
Biasa Saja
Mata yang sayu sayup-sayup membuka pintu.