Mohon tunggu...
13_Fandi Achmad Fahrezi
13_Fandi Achmad Fahrezi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya menyukai tulisan tulisan edukasi

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Antologi Puisi

4 Juli 2024   22:07 Diperbarui: 5 Juli 2024   18:24 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sementara aku? Saat ini hanya bisa tersedu-tersedu sebab membayangkan seorang tulang punggung keluarga yang kembali ke rumahnya tanpa berbekal nafas, membayangkan tulang rusuk yang tertusuk pilu, membayangkan buah cinta mereka merintih tak berdaya meratapi kepergian pejuang visa negara itu.

Sunyi

Sunyinya malam menjadi tabir akan pilu yang mencekam

Suara sumbang diperdaya, suara merdu di jerat menjadi persuasi.

Suara lantang melantunkan janji, menentang janji dipeluk persekusi

Elegi jelata tak begitu berarti sebab sunyi dibungkus nasi.

Apalah arti sumpah suci ketika jas, lencana dan kopiah hitam dinikmati di dalam kursi yang berputar dan kaki yang bersandar.

Setetes harapan diberi namun lautan engkau curi

Lihatlah! Bahkan air mata ibu Pertiwi tak mampu meredam dahaga jelata yang haus akan bukti.

Realita Meja Billiard

Meja billiard ini sama halnya seperti hamparan dunia... Terdapat enam lubang sebagai destinasi akhir dari bola-bola kecil itu. Pada setiap bola terukir angka agar kita mengerti bahwa setiap orang mendapat bagianya dan supaya kita paham bahwa meniti perjalanan untuk mewujudkan kemenangan perlu kesadaran. 

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun