Mohon tunggu...
13_Fandi Achmad Fahrezi
13_Fandi Achmad Fahrezi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya menyukai tulisan tulisan edukasi

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Antologi Puisi

4 Juli 2024   22:07 Diperbarui: 5 Juli 2024   18:24 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Telur matang dan telur yang setengah matang.

Telur matang itu di santapnya lebih dulu, ia merasakan kuning telur yang begitu memikat lidah dengan tingkat kematangan yang keemasan akhirnya mengikat rindu untuk terus menyantapnya tanpa sisa. Usailah sudah telur matang itu.

Kini giliran telur setengah matang... Sentuhan manja dari sendok telah membuat kuning telur memberontak keluar dari sarangnya dan tak ada cita rasa yang begitu mengunggah sehingga Rindu tak bergairah menuntaskannya.

Lalu ia berkata: "Bagi yang abal-abal cukuplah bagiku untuk abalalu sebab aber takkan kurasa."

Bingung

Hai manusia, bolehkah aku bertanya?

Apakah kita dituntut untuk selalu bisa? Sedangkan hujan pun bisa menjadi anugerah dan bisa menjadi malapetaka 

Apakah kita dituntut untuk saling mencinta? Sedangkan kasih pun bisa menjadi petaka dan petaka bisa merajut kisah yang menjelma kasih

Pernahkah kita merasa di surga ditengah kesusahan yang melanda? Pernahkah kita merasa disiksa di neraka dengan segala nikmat yang ada? 

Manusia bahasamu sangat sulit untuk dicerna.

Euforia

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun