Mohon tunggu...
13_Fandi Achmad Fahrezi
13_Fandi Achmad Fahrezi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya menyukai tulisan tulisan edukasi

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Antologi Puisi

4 Juli 2024   22:07 Diperbarui: 5 Juli 2024   18:24 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sebagian menganggap palu itu tak punya hati nurani.

Sebagian lagi berkata " Ya, hanya dengan cara itu kita bisa menghubungkan beberapa patahan kayu."

Perhatikanlah! Palu yang diayunkan dengan terlampau keras akan merusak paku. Maka, kendalikanlah tenagamu itu!

"Sudah ganti saja pakunya, toh paku ga cuma satu"

Satu paku pun bisa menghubungkan dua patahan kayu.

Perlahan-lahan saja, waktu terus bergulir dan paku pun akan bertengger pada kayu itu dengan sejatinya.

Kuning Telur

Di sore hari itu, Rindu begitu nyaman bertengger di dapur. Menyetel musik, menikmati alunanya dengan sedikit menggoyangkan kaki di atas ubin yang hening.

Telinganya mengindahkan, kakinya bergoyang serta tangannya yang begitu mahir memainkan spatula.

Dibawah arahan tangan Rindu, spatula tampil begitu terampil. Membolak-balikkan telur pada wajan yang benar-benar memanas itu sampai telur dirasa pantas untuk di santap.

Usailah rangkaian memasak itu, dua telur ia hidangkan untuk dirinya sendiri.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun