Mohon tunggu...
13_Fandi Achmad Fahrezi
13_Fandi Achmad Fahrezi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya menyukai tulisan tulisan edukasi

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Antologi Puisi

4 Juli 2024   22:07 Diperbarui: 5 Juli 2024   18:24 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Di sinilah aku, meratapi kesombongan rembulan dengan binarnya

Disinilah aku, meyoroti bintang yang angkuh atas representasi manusia.

Di sinilah aku, menanggapi rentetan tinta yang berkilah.

Tak ada yang ku lakukan selain menyandra netra, menjerat realita dan memuja kebijaksanaan.

Rasa

Gemerlap dunia telah membuat mereka lupa bahwa harta tak selamanya berharga. Apa yang berharga adalah masa yang melahirkan rasa.

Tiap masa memiliki kenangan yang dapat mengokohkan rasa. 

Namun, rasa tak selamanya indah... Rasa yang lahir dari perlakuan buruk akan menimbulkan dendam kesumat yang tak berujung. 

Dendam itu menginginkan luka yang lebih dalam terhadap orang yang melukainya.

Tak dapat bergerak, akhirnya berontak.

Tak dapat beranjak, akhirnya teriak.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun