"Di mana si penabrak itu."
" Melarikan diri."
 Aku bergumam diantara geretakan gigiku. Ingin sekali aku menghajar habis-habisan penabrak lari itu.
Sekitar satu jam kemudian pintu ruang MRI terbuka. Sebuah emergency stretcher keluar dari ruangan.
"Hai Toni," ucap mbak  Mira berbaring di atas emergency stretcher didorong oleh dua perawat.
Kami bertiga mengikuti mbak Mira didorong ke sebuah kamar di Wijaya Kusuma.
"Mana keluarga pasien?"tanya seorang dokter yang baru masuk. Aku mengajukan diriku. Dan dokter itu mengajak aku ke ruangnya.
"Anda suaminya?"tanya dokter itu setelah aku duduk di depan mejanya.
"Iya, dok,"jawabku.
 " Calon suami."aku mengoreksi jawabanku.
Suami apa? Calonpun belum, kataku dalam hati. Tapi biarlah aku berbohong yang penting mbak Mira segera tertangani dokter.