Mohon tunggu...
Sukir Santoso
Sukir Santoso Mohon Tunggu... Penulis - pensiunan guru yang suka menulis

Peduli pada bidang psikologi, sosiologi, pendidikan, seni, dan budaya. Saya merasa tertarik untuk memahami manusia, bagaimana mereka belajar, serta bagaimana pengalaman budaya dan seni dapat memengaruhi mereka. Saya sangat peduli dengan kesejahteraan sosial dan keadilan, dan mencari cara untuk menerapkan pemahaman tentang psikologi, sosiologi, pendidikan, seni, dan budaya untuk membuat perubahan positif dalam dunia ini.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Drone Asmara

8 Agustus 2021   22:08 Diperbarui: 12 November 2021   11:53 677
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kuambilkan cardigan-cape yang berwarna biru muda dan kubawa ke ruang bilas.

"Mak Ijah buatkan susu ya. Dua sekalian," mbak Mira memerintah melalui aiphone, setelah kupapah ke tempat tidur.

"Istirahat dulu,"kataku,"lutut mbak baru saja sembuh. Tadi terlalu lama keasyikan di kolam. Mbak Mira kelelahan."

.........................

Sore itu aku boleh kembali ke kamar kostku. Mbak Mira yang sudah membaik mengijinkan aku untuk meninggalkan rumahnya. Mbak Mira mengantarku ke kost. Ketika mau pergi dia mengulurkan sebuah amplop.

"Ini bayaranmu, selama kau membantu aku di rumahku,"katanya.

Kupandangi SUV berwarna putih itu meninggalkan rumah kostku. Bukan uang sebenarnya yang kuinginkan tetapi cintamu, kataku dalam hati. Tapi biarlah aku memang membutuhkan uang.

 

Kutata kembali kamar kostku yang awut-awutan setelah kutinggal hampir sebulan. Uang dari mbak Mira sebagai honorku selama menjadi asisten pribadinya kugunakan untuk mengecat kamar dan untuk menambah perlengkapan kamar. Sisanya aku simpan untuk persediaan sewaktu aku sedang tak ada job.

Kini di pojok kamar tertata studio kecilku. Sebuah computer desktop dengan layar tunggal 29 inchi bertengger di atas meja computer minimalis. Dari job-jobku yang kudapat sambil kuliah, aku dapat melengkapi alat-alat bantu kuliahku tanpa harus meminta lebih kepada orangtuaku di desa.

................................

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun