"Ton, aku mau pipis," katanya.
"Ya, aku ambilkan pispot," kataku sambil mencari pispot yang khusus untuk wanita.
"Hush, jangan begitu. Jorok tahu!"katanya, "Ya panggilkan perawat gitu lho. Masya kau yang akan bantu aku dengan pispot."
"Ya,yaaa....mbak." Segera ku angkat aiphone yang ada di ruangan itu dan aku meminta seorang perawat Wanita untuk membantu mbak Mira urinasi. Ketika seorang perawat masuk, aku pergi ke luar ruangan.
Selalu kupanggil perawat setiap mbak Mira membutuhkan bantuan khusus. Hanya makan saja aku boleh membantunya.
"Kau belum ngantuk, Ton."tanya mbak Mira,"bila ngantuk kau dapat tidur di sofa ruang depan itu."
Aku belum merasa mengantuk. Dan rasanya tak tega membiarkan mbak Mira sendirian di ruangan tanpa seorangpun. Aku duduk di kursi di samping tempat mbak Mira terbaring. Akhirnya mbak Mira tidur. Kupandangi wajah perempuan cantik ini beberapa lama. Walaupun dengan mata terpejam nampak sangat mempesona. Andaikata aku menjadi suaminya.....lamunanku melayang ke mana-mana.
Aku terbangun ketika tangan halus menepuk pundakku. Ternyata tak terasa aku tidur dengan menelungkup di pinggiran tempat tidur dekat sekali dengan wajahnya.
...................................................
Sejak pagi persiapan operasi dilakukan. Pakaian mbak Mira diganti dengan pakaian yang longgar milik rumah sakit. Operasi pembedahan berlangsung sekitar  dua jam. Kata dokter, mbak Mira dua hari lagi dapat pulang. Untuk sementara waktu harus menggunakan alat bantu kruk ketiak atau kursi roda dan perlu ada yang menemani.
"Ton. Bolehkah aku minta tolong kepadamu, untuk sementara waktu tinggal di rumahku?"pinta mbak Mira sepulang dari rumah sakit."Aku butuh seseorang. Walaupun di rumah ada mak Ijah."