Mohon tunggu...
Sukir Santoso
Sukir Santoso Mohon Tunggu... Penulis - pensiunan guru yang suka menulis

Peduli pada bidang psikologi, sosiologi, pendidikan, seni, dan budaya. Saya merasa tertarik untuk memahami manusia, bagaimana mereka belajar, serta bagaimana pengalaman budaya dan seni dapat memengaruhi mereka. Saya sangat peduli dengan kesejahteraan sosial dan keadilan, dan mencari cara untuk menerapkan pemahaman tentang psikologi, sosiologi, pendidikan, seni, dan budaya untuk membuat perubahan positif dalam dunia ini.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Drone Asmara

8 Agustus 2021   22:08 Diperbarui: 12 November 2021   11:53 677
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kami memilih tempat di pingggiran embung, agar kami bisa menerbangkan drone-drone kami dengan leluasa.

"Kita kalibrasi yang ini dulu,"kata mbak Mira menunjuk  Case DJI Phantom 4 Pro yang kami bawa.

Aku menggangguk dan memulai mengeluarkan drone dari case dan memasang baling-balingnya.

"Kita kalibrasi sensor-sensornya,"perintahnya, kemudian dia membaca manual untuk kalibrasi drone.

Aku senyum saja. Dia seperti mengajari orang yang belum tahu apa-apa tentang drone. Kalibrasi  bagiku sudah bukan masalah sulit. Itu merupakan prosedur standar sebelum penerbangan. Kalibrasi sensor gyro,  akselerometer, barometer, magnetometer dan sensor yang lain sudah terpateri lekat di kepalaku. Kalau boleh sombong penguasaan tekhnologi dan skill jauh lebih tinggi dari dosen yang cantik namun cerewet ini. Sebelum dia tahu tentang drone, aku telah lebih dulu menguasainya. Segala macam drone. DJI, Walkera, Cheerson, Swellpro. Hampir semua drone sudah mengalir di urat darahku.

Kalibrasi selesai. Dia memberi perintah penerbangan sambil mendekat ke tempatku berdiri. Drone mulai take off dan putaran rotor drone yang kuat memusarkan angin yang membawa aroma wangi dari cewek cantik di dekatku itu. Untuk beberapa detik terlelap aku dalam keharuman parfumnya. Sementara cewek tinggi semampai itu ingin menggantikanku untuk memegang  remote.

Sekali lagi ada desiran aneh merayapi sekujur syarafku ketika kulit halus tangannya yang telanjang, bersentuhan dengan kulitku tanganku yang telanjang pula. Kulirik mimik mukanya, jangan-jangan dia tahu apa terjadi dalam diriku. Aku menjauh untuk mengambil jarak dan berusaha untuk bekerja profesional.

Sekitar satu jam drone kami beterbangan di angkasa Turi. Empat drone sudah siap menjalankan misi esok pagi. Dan kamipun pulang.

Malam itu bulan separoh nampak kesepian di langit kostku. Saat itu teman-teman kostku sedang sibuk di kamar masing-masing. Aku memilih untuk mengamati indahnya langit malam, bersama bulan dan bintang gemintang.

Dan di antara titik kordinat bintang bintang itu dapat kubaca jelas tulisan MIRA MAYANGSARI.

Ah andaikata.....

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun