Mohon tunggu...
Sukir Santoso
Sukir Santoso Mohon Tunggu... Penulis - pensiunan guru yang suka menulis

Peduli pada bidang psikologi, sosiologi, pendidikan, seni, dan budaya. Saya merasa tertarik untuk memahami manusia, bagaimana mereka belajar, serta bagaimana pengalaman budaya dan seni dapat memengaruhi mereka. Saya sangat peduli dengan kesejahteraan sosial dan keadilan, dan mencari cara untuk menerapkan pemahaman tentang psikologi, sosiologi, pendidikan, seni, dan budaya untuk membuat perubahan positif dalam dunia ini.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Drone Asmara

8 Agustus 2021   22:08 Diperbarui: 12 November 2021   11:53 677
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rasya dan Albert seperti anak kecil yang diberi mainan berlari kegirangan mendahului menyeberang. Namun setelah beberapa meter melangkah, Rasya memekik kecil dan bergayut ke tubuh Albert. Jembatan gantung itu bergoyang karena menahan berat mereka. Aku dengan tas drone di punggung dan Mbak Mira yang berpegangan lenganku mencoba menapaki papan kayu alas jembatan itu. Satu langkah, dua langkah kami melangkah dengan hati-hati. Papan-papan itu bergoyang setiap kaki kaki kami melangkah. Semakin jauh kami melangkah, semakin kuat goyangannya. 

Ketika deburan ombak menggapai tubuh- tubuh kami, mbak Mira semakin erat pula mencengkeram lenganku. Dan tubuhkupun semakin gemetaran. Bukan karena takut melewati jembatan goyang itu. Tetapi karena tubuh mbak Mira empuk lumer itu semakin lekat dengan tubuhku.

Tiba-tiba mbak Mira menjerit dan memelukku dengan erat. Goyangan yang semakin kuat itu membuat mbak Mira mau jatuh. Entah berapa lama kami berpelukan. Dan entah berapa lama perasaanku terbang ke langit ketujuh.

"Eh, maaf," ucapnya, "aku takut jatuh ke laut di bawah itu.

"Nggak pa pa."jawabku," Aman mbak. Kan ada jaring. Seandainya jatuh hanya jatuh ke jarring."

Kemudian kami berganti posisi. Mbak Mira berada di depanku dan aku menatihnya di belakang. Sampai akhirnya berhasil mencapai ujung jembatan di pulau karang menyusul Rasya dan Albert.

........................................

Pengambilan foto udara di atas kawasan wisata Timang berhasil dengan sukses. Segera kami berpindah ke sebelah barat di Kawasan wisata pantai Krakal.

"Kita beristirahat dulu di penginapan. Nanti sore kita lanjutkan pemotretan." Perintah mbak Mira."

Banyak keindahan alam yang tersembunyi di pantai ini. Pantainya landai dengan hamparan pasir berwarna putih. Dua batu karang sangat besar berwarna hitam yang di tumbuhi rerumputan dan pepohonan perdu yang berwarna hijau nampak kokoh sebagai pembatas pantai dari hantaman ombak laut selatan yang ganas. Warnanya sangat kontras dengan hamparan pasir putih di sekitarnya, namun menciptakan harmoni keindahan yang memukau.

Konon terjadinya pantai ini karena peristiwa negative epirogenesis. Pergerakan kerak bumi yang membuat lapisan bumi yang dulunya berada di bawah laut menyembul ke permukaan laut.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun