Sesaat aku segan namun akhirnya aku ikut saja melepas pakaian luarku dan terjun ke dalam kolam.
Tubuh jelita yang hanya terbalut halterneck- swimsuit itu meluncur  seperti seekor katak, di kolam renang yang berukuran lebar kira-kira empat meter dan panjang dua belas meter. Pelan-pelan kuikuti mbak Mira yang sudah sampai di ujung. Memang enak berenang di kolam renang seluas ini. Di kolam  ini orang tidak hanya bisa berendam seperti kolam renang mini di perumahan, tetapi orang bisa benar-benar berenang. Asyik kami meluncur dan bermain air di kolam renang yang dipadu dengan taman yang ditata apik itu. Saking keenakan kami enggan untuk keluar dari air.
Namun tiba-tiba mbak Mira menjerit," Tolong kakiku kram!"
Aku meluncur menggapai tubuhnya, kugendong dan kududukkan dipinggiran kolam. Kupijit-pijit bagian kakinya yang  kram agar sirkulasi darah yang membawa oksigen menjadi lancar. Mula-mula memekik kesakitan ketika kupijit dengan keras. Namun setelah beberapa pijatan kejang ototnya mengendor.
"Sudah enakan?" tanyaku.
"Sudah, Terima kasih."
Mbak Mira mencoba bangkit untuk berdiri namun terduduk kembali.
"Masih sakit,"katanya," tolong papah aku ke ruang bilas."
Di sebelah kolam renang tersedia ruang bilas. Kupapah mbak Mira ke sana.
"Sudah kamu keluar dulu, masya kamu akan menungguiku di dalam."
"Sekalian ambilkan cover-up-ku ya," perintahnya lagi.