"Aku buatkan kopi ya,"kata mbak Mira.
Setelah beberapa saat mbak Mira membawa nampan dengan dua mug kopi panas  untuk kami berdua. Aku belum pernah merasakan kopi senikmat ini. Kopi yang disedu oleh tangan tangan lembut dosenku yang jelita. Sambil menyeruput kopi, kulirik Rasya dan Albert. Mereka juga sudah asyik dengan photo mosaic hasil pemotretan tadi siang.
.........................................
Lamunanku berantakan tak keruan ketika HP ku berdering dengan keras. Albert yang menilpun.
"Ton, kau harus ke rumah sakit Sarjito," suara Albert tergopoh-gopoh," Mbak Mira kecelakaan, dan sekarang dibawa ke sana."
Tergesa kularikan motorku menuju RS Sarjito. Rasya dan Albert sudah berada di sana.
"Mbak Mira bagaimana?"tanyaku kepada mereka berdua.
"Mbak Mira baru dibawa ke ruang MRI," jawab Rasya.
Ruang MRI adalah peralatan yang mirip terowongan. Pasien berbaring di atas meja didorong masuk ke dalamnya dengan kaki terlebih dulu. Aku sudah pernah diperiksa di ruang seperti itu ketika aku masih di SMP dulu. Ngeri...
Berkali aku melihat ke jam tanganku. Rasanya lama sekali.
"Tadi mbak Mira lari pagi. Lalu ditabrak pengendara yang ngebut. "