SINOPSIS
Manusia boleh berencana, tapi Tuhan-lah yang menentukan.
Kadang-kadang aku terbangun di malam buta dan bertanya-tanya dalam kegelapan, sampai kapan kekosongan ini harus kutanggung.
Apakah selamanya?
Dan kalau memang begitu, selama apakah selamanya itu?
Hidup sekedar menunda kekalahan. Kucegah semua ketidakmungkinan dengan kemungkinan acak yang tak pernah kubayangkan sekalipun karena tangan sang Tuhan yang mengikuti segala alur cerita hidupku. Mengalir dalam kebingungan, menyanyi dalam kepedihan, dan berlari ke segala arah.
Semuanya tentang ingatan, ingatan yang selalu datang ketika tidak dikehendaki. Ingatan yang selalu menjadi rahasia Tuhan kenapa harus selalu datang meskipun hal tersebut telah selesai dan berlalu, ingatan yang tak bosan-bosan menjadi sebuah pembelajaran. Tak bisa kujawab setiap pertanyaan yang datang karena aku sendiri tak tau apa yang sebenarnya terjadi dan apa pembenaran yang harus diberikan. Karena semuanya Tuhan yang miliki andil atas kehidupan.
Buku ini adalah rentang antara kita, jarak yang lama antara kita. Dimana roman buku ini banyak membahas tentang pengulangan sebuah ingatan yang telah terjadi, dan bahkan usaha untuk pergi dari sebuah ingatan yang tak ingin diingat lagi. Penulis berharap buku ini bisa dan layak mengisi waktu luang Anda dan ada hikmah serta pembelajaran yang bisa didapat dari isi pembahasan dalam buku ini.
AKU INGAT CINTA
Aku ingat Cinta, suara hati dan cita – cita, suka hati dan harumnya kasih. Rindu yang menjaga sebuah harapan, mimpi yang menghamilkan masa depan masih belum tau wajahnya seperti apa. menjadi nyata atau hanya sekedar buaian indahnya alam bawah sadar.
Apa kabar kekasih? Masihkah kamu gambarkan rumah dan hiruk – Pikuk yang didalamnya akan ada sorak – sorai gemerlap diri kita dan riang – ria suara anak –anak, atau suara lirihnya doa yang kita amini bersama? Masihkah hal –hal semacam itu kamu gambarkan ataukah sudah kau pupuskan dan kau lupakan?
Kita dulu sepakat menghidupkan generator di benak mereka sejak awal cerita hidup yang indah, biar terbaca selalu. Aku pun akan menyerah padamu wahai kemesraanku yang dulu, melepas hati, dan melepaskan kebekuan dalam diriku.
Apalagi hal yang paling indah, selain rebahmu dan menyerah dalam buaian kemesraan kepada Tuhan? Masih bisahkah aku berucap semesra itu?
Kekasih, kamu tahu saat – saat kehilanganku saat – saat aku mencari sebuah sosok ketenangan yang selama ini ada dalam setiap cerita hidupku, aku berjalan dari sisi ke sisi sambil membawa wajahmu. entah akan ada yang sama denganmu atau tidak aku tak tau hanya saja aku meyakini jika ada yang sama dengan lukisan wajahmu yang tertera dalam ingatanku mungkin dia bisa menggantikanmu saat kamu tak lagi bersamaku. Iya, seperti saat ini kamu pergi dari dekatku, aku menimbang –nimbang dunia sungguh berat dan cukup sangat luas untuk seukuran diriku yang bernama manusia. Semua hal itu layakkah aku dan mereka berjalan tanpamu?
Kamu tahu pasti, aku limbung terus saat jatuh diri tersesat dalam kerinduan hanya sekedar mencari tokoh figur yang hanya mirip denganmu atau sejatinya aku mencarimu tapi tidak sebenar –benarnya mencarimu, entah mengejar kenangan suka –duka kita yang dulu mungkin cukuplah indah sehingga mampu menciptakan gelak tawa diantara kita. Aku tak tahu pasti apakah dunia diciptakan hanya sekedar untukmu saja, yang aku tahu dari degup gema di rabuku. Dunia adalah ruang amat indah karena ada kamu di dalamnya.
Di malam –malam begini, aku mengembara karena kesal dan jemu dijerang kesepian sementara kamu jauh dariku, membangun negeri –negeri baru, mengapa tak satu pun negeri dicipta Cuma buat kamu dan aku? Negeri –negeri barumu yang tak pernah terlacak olehku dan kamu yang hidup didalamnya tak lagi bersamaku, jauh dan asing, kabur dan lenggang. Daerah –daerah perkasa yang siap menendangku kapan saja jika aku sampai menginjakkan kaki di negerimu, yang siap menendangku menyepakku keluar jauh –jauh sebagai anjing kampung buluk tak terurus yang tak jelas arah pulang. Ingatkah kamu padaku?
Masa – masa tak tentu diri kembali lagi kini, aku berlari dalam setiap mimpi ke dalam mimpi yang lain teriakkan namamu, menerobos jalan tak jelas tuju, menghambur mimpi yang tak berbentuk. Hanya saja satu pertanyaanku yang tak miliki jawaban yaitu ingatkah kamu padaku?
Masih ingatkah saat –saat pagi jadi keindahan beribu atau berjuta musik yang lebih berwarna dari lautan lukisan sejuta maestro? Masih ingatkah kecupan –kecupan mesra selamat pagi yang ditaburkan hidup di pipi kita? Setiap pagi yang kita lewati dengan menikmati kesejukan embun didedaunan sana, hal sedemikian kita lewati berdua. Selalu seperti pagi pertama alam ini, penuh dan utuh? Hanya saja itu telah hidup dalam sebuah ingatan yang aku nikmati permainannya ketika datang bertamu dalam pikiran, aku tidak mencoba menghapusnya tidak mencoba membuang dan melupakannya seperti halnya sampah tanpa memiliki makna dan sebuah nilai yang berharga.
Kini entah dijalan mana aku teriakkan namamu yang mendesak –desak dari ujung jari kaki hingga ujung rambutku. Aku, sang perempuan yang kehilangan akal, tersesat dalam lautan nama, namamu, mencoba membuat sungai dengan air mata yang cukup amat teramat sangat panjang jika bisa dibilang panjangnya mengalahkan sungai Mahakam, cukuplah dramatis bukan, semuanya penuh dengan kepura –puraan yang kamu ciptakan sehingga ku tak lagi bisa bergeming dari setiap ingatan yang datang perihal mengapa aku pergi dan mengapa kamu menolakku untuk datang kembali memperbaiki setiap kerusakan kisah yang sebenarnya ingin aku rajut kembali, semua hal yang datang dalam pikiran hanya mengundang satu pertanyaan. Masih kenalkah kamu padaku?
Lihatlah bermiliaran suaraku di udara, keruh bergemuruh bicara padamu, berdesakan dengan bintang, tersengal dijegal mendung pejal, tersebar mencarimu, terpatah –patah mencarimu. Kamu akan tau itu adalah bingkisan –bingkisan doa yang telah rusak akan kepergianmu dan hancurnya harapanku, masihkah kamu kenali mereka? Masihkah kau mendengarku?.
Begitulah, di malam –malam seperti ini aku ingat Cinta, sumber gerak –gerikku, dunia yang menghidupiku!
Hampa
1
Cinta pertama
Kadang-kadang aku merasa seperti anak tunggal. Jarak usia antara aku dan kakakku yang membuatku sesekali merasa begitu. Umur mas Yusa sudah tujuh tahun saat yang mulia mama melahirkanku. Selisih usia kami cukup jauh, dan itu membuat mas Yusa dan aku tak pernah bertengkar seperti yang sering kulihat terjadi antara teman-temanku dan saudara-saudara mereka. Kakakku sangat menyayangiku mas Yusa dengan bonus rasa hormat, plus- mungkin agak berlebihan.
Yang jadi masalah, walau kami selalu bersekolah di sekolah yang sama, aku tak pernah benar-benar jadi adik kelas mas Yusa. Waktu aku masuk TK, mas Yusa sudah SD. Waktu aku masuk SD, mas Yusa sudah SMP. Waktu aku masuk SMP, mas Yusa sudah kuliah dan pindah ke Jogja.. membuatku melewati masa remaja dengan perasaan sedikit merana, sebab-seperti kubilang tadi-aku jadi merasa seperti anak tunggal.
Sudah agak lama mas Yusa memutuskan mau kuliah di Jogja, kota kelahiran mama. Selain memang sudah dari dulu bercita-cita kuliah di Universitas Sleman, mas Yusa juga mengaku ingin lebih mengenal kebudayaan keluarga besar kami. Walau tinggal di Palembang, kami berdua sama-sama kelahiran Jogja. Mama asli orang Jogja, sementara papa berasal dari Banyuawangi. Kedua orang tua papa sudah wafat sebelum aku lahir, ayah mama juga sudah wafat, tapi ibunya yang biasa aku panggil ninik (bahasa kejawen) masih sehat dan tinggal di Jogja, mengelola pondokan mahasiswa.
Ninik jadi alasan tambahan mengapa mas Yusa ingin kuliah di Jogja. Mas Yusa ingin menjaga beliau atas saran sepupu kami yang semula tinggal di rumah Ninik dan kuliah di Jogja juga, tapi sudah lulus dan kini bekerja di Bengkulu. Sepupu kami itu-namanya mas Bram, Bram-bilang, Ninik memang sehat-sehat saja, tapi alangkah baiknya kalau wanita seusia beliau tak tinggal sendirian tanpa saudara. Saat ini tak satu pun dari putra-putri Ninik yang tinggal di Jogja. Mereka-termasuk mama-pernah meminta Ninik pindah saja dan tinggal bersama salah satu putra-putrinya, tapi Ninik menolak meninggalkan rumah tempat beliau tumbuh dan kemudia juga membesarkan anak-anaknya.
Waktu pertama mendengar mas Yusa mau kuliah di Jogja, aku yang biasanya jinak dan manis memutuskan menangis sekeras-kerasnya. Bagiku, Jogja dan Pulau Jawa rasanya jauh sekali dari Palembang. Aku tak bisa membayangkan akan sanggup berpisah dari kakakku sejauh itu.
“Ayolah, Alita… kita kan bisa ketemu kalau kamu ke Jogja menengok Ninik!” bujuk mas Yusa. “jangan menangis terus gini dong.. aku janji nanti bakal sering-sering pulang!”
“Tapi, tetep mas nggak bisa pulang tiap hari, kan?” sahutku, merajuk.
“Ya nggak mungkin tiap hari dong…” kata mas Yusa sabar. “kalau telepon tiap hari mungkin masih bisa, tapi pulang kesininya insyaAllah dua bulan sekali deh. Ya?”
Tangisku meledak lagi mendengar kata-kata mas Yusa. “Dua bulan kan lamaaaaaa!”
“Aduh, sudah dong….. Aku jadi gak tenang nih kalau kamu nangis terus gini!” bujuk mas Yusa. “orang memang harus jauhan sekali-kali, Alit. Nggak mungkin bisa deket terus selamanya. Aku juga sedih harus jauh dari kamu, tapi aku pingin sekali sekolah disana. Nabi aja bersabda, kita harus belajar terus menerus walau sampai ke Negeri China. Nah, aku kan nggak pergi sejauh itu. Aku Cuma mau ke Jogja……”
Pada akhirnya setelah sadar bahwa tangis dan rengekanku tak bisa mencegah mas Yusa pergi ke Jogja, aku memutuskan mengikhlaskannya.
Tentu saja aku merasa sangat kehilangan. Hatiku terasa sesak karena harus berpisah dengan satu-satunya saudara kandung yang kumiliki. Terlebih lagi, bagiku mas Yusa bukan sekedar saudara. Bisa dibilang, dalam masa kanak-kanakku mas Yusa adalah segalanya: pembela saat aku diomeli yang mulia mama, bodyguard saat aku harus pergi agak jauh dari rumah, tukang ngomel waktu aku lelet mengerjakan PR, dan tentu saja pahlawan panutan yang bagiku lebih keren daripada superhero mana pun.
Masa Yusa yang ganteng juga ditaksir nyaris oleh semua teman sekolahku yang pernah berkunjung ke rumahku…. Sesuatu yang bikin aku benar-benar bangga jadi adiknya, sekaligus kurasa juga-walau aku tak akan pernah sudi mengakui ini pada mas Yusa-satu-satunya alasan mengapa aku cukup popular di kalangan teman-teman gadisku semasa SMP. Semua cewek sepertinya berebutan menyenang-nyenangkanku hanya agar bisa kuajak ke rumah…. Demi melihat kakakku walau hanya sekilas!
Syukurlah walaupun aku benar-benar merasa kehilangan, mas Yusa mengobati kangenku dengan menepati janjinya. Dia sering menelpon dan dengan sabar selalu meluangkan waktu untuk mendengarkan curhatku. Dia juga benar-benar pulang dua bulan sekali, dan sering kali tan sendiri.
Usiaku tiga belas tahun waktu mas Yusa pulang dari Jogja berdua dengan mas Erwin, temannya yang kos di rumah Ninik. Usiaku tiga belas tahun waktu aku jatuh hati untuk pertama kali, jatuh hati tanpa kuhendaki…. Tanpa sungguh-sungguh kusadari.
2
Meriangnya Cinta
Makan malam kali ini benar-benar istimewa. Jauh lebih menyenangkan daripada hari-hari biasanya. Kalau biasanya hanya papa, mama, dan aku yang duduk mengelilingi meja makan, kali ini mas Yusa dan mas Erwin, temannya. Mereka tak sekampus, tapi mas Erwin kos di rumah Ninik sehingga hubungan mereka sangat dekat. Meja makan jadi terasa lebih meriah dengan kehadiran mereka.
“Nambah mannya, Erwin?” mama menawari saat dilihatnya piring mas Erwin sudah kosong.
“Wah, sebenarnya msih mau, tante…. Sayang perutku sudah nggak muat!” sahut mas Erwin dengan tampang penuh penyesalan. “Masakan tante enak sekali! Pantesan Yusa susah makan di Jogja. Yang istimewa masakan tante nggak ada di sana sih!”
Mas Yusa tertawa bersama mama dan papa. Aku tersenyum lebar.
“Berarti kalau tante bikin restoran di deket rumah Ninik, kira-kira bakal laris dong, ya?” sahut mama.
“Oh, pasti, Tante! Dan yang paling pasti, tante akan punya dua langganan yang nggak akan pernah absen: Yusa dan Aku.”
“Wah, kalau yang datang makan cuman kalian, bisa bangkrut dong tantemu, Er!” papa ikut nimbrung setelah berhasil berhenti tertawa. “apalagi langganan yang satu bisa dipastikan nggak bakalan bayar!”
“Aku, Maksud Oom?” mas Erwin berlahak pilon. Mata-nya yang jenaka menggerling kea rah kakakku.
Senang sekali rasanya berkumpul lagi dengan kakakku, terlebih karena kali ini ia membawa teman yang lucu. Tak butuh waktu lama bagiku untuk menykai mas Erwin. Pemuda itu benar-benar jago meramaikan suasana. Hanya sehari setelah kakakku membawanya ke rumah kami, aku yang cenderung agak pendiam sudah asyik mengobrol dengan mas Erwin seolah kami sudah kenal bertahun-tahun. Pembawaannya yang luwes bukan saja memikatku, tapi juga memikat kedua orangtuaku juga.
Mas Erwin lebih tua beberapa bulan daripada kakakku. Orangtuanya berasal dari Sungai Liat, Pulau Bangka, tapi mas Erwin hanya numpang lahir disana. Sejak berusia tiga bulan mas Erwin dibawa orangtuanya pindah ke Jakarta. Logatnya jadi Betawi banget.
Sejak masuk Fakultas Hukum Universitas Sleman, mas Erwin kos di Pondok milik ibu mama dan tak pernah pindah. Padaku, ia mengaku sangat kerasan tinggal di salah satu dari sederet kamar yang berjajar di halaman belakang rumah Ninik. Waktu kutanya apakah itu karena ninik baik sekali padanya, mas Erwin menyeringai jail dan berbisik, “Ninik sebenarnya bawelnya minta ampun, tapi jambu biji di halaman belakang sering berbuah, buahnya benar-benar manis, dan yang paling hebat… Ninik sama sekali nggak keberatan kami anak-anak kos melahap habis jambu-jambu itu!”
Waktu itu mas Erwin dan aku sedang ngobrol di beranda rumahku. Aku tertawa terkikik-kikik mendengar kata-katanya sampai-sampai mama datang tergopoh-gopoh menemui kami. “wah, ada apa nih?” sapa mama dengan ceria. “Tumben Alita bisa ketawa seramai ini!” aku tersipu mendengar kata-kata mama, melirik mas Erwin sekilas. “mas Erwin cerita, jambu biji di halaman rumah Ninik di Jogja maniiis banget,” sahutku malu-malu.
“Terus, lucunya di mana.?” Tanya mama kebingungan. Aku nyaris buka mulut, tapi lewat ekor mata kulihat mas Erwin menggeleng panic. Aku mulai cekikikan lagi melihat tingkah mas Erwin. Sampek tersendak dan ternatuk-batuk. Mama menggeleng-geleng dan buru-buru menyuruhku pergi ke dapur untuk minum.
Mas Yusa sedang di dapur juga, sedang minum juga. Masih sambil terbatuk-batuk, aku menyambar gelas bekas mas Yusa, lalu menuangkan air dingin dari kulkas. Sementara aku minum, kakakku menepuk-nepuk punggungku.
“Kenapa sih bisa batuk-batuk gini?” tanyanya prihatin. Tawaku meledak lagi, bikin aku batuk-batuk lagi. Setelah batukku reda, kuulangi kata-kata mas Erwin soal Ninik dan jambu-jambu di halaman belakang rumah Ninik di Jogja sana. Mas Yusa tertawa, menggeleng-geleng
“mas Erwin lucu banget deh, mas!” kataku. “aku sukaaaa banget sama dia!”
Mas Yusa mengerdipkan sebelah matanya. “suka sih boleh-boleh aja, tapi tolong jangan sampai naksir yaa!” kata kakakku sambil nyengir.
“mas Erwin udah punya pacar, ya?” sahutku segera, merasa agak kecewa.
“Wah, kalau soal pacar sih jangan ditanya! Dia jagonya!” jawab mas Yusa.
“yang naksir Erwin banyak banget, cantik-cantik, mungkin karena bingung milih yang mana, dia akhirnya pacaran sama nyaris semuanya!” bisik mas Yusa, lalu tertawa. “coba Tanya sendiri sama dia kalau kamu nggak percaya!” lanjut kakakku sambil menowel pipiku.
“serius nih? Mas serius? Yang barusan mas bilang itu beneran?” cecarku.
Mas Yusa menepuk jidatnya, berlagak habis kejatuhan segunung kesialan.”Aduh, aku jadi nyesel deh bawa dia pulang!” serunya. “kalau tahu kamu bakal ikut naksir dia juga kayak cewek-cewek di Jogja…. Nggak bakal Erwin kuajak kesini!”
“eh, jangan main fitnah ya! Siapa yang naksir?” protesku buru-buru.
“nah, kalau nggak naksir…. Buat apa Tanya-tanya terus?”
“kan mas duluan yang ngajakin ngegosip!” seruku sebal. “eh, tapi bener nggak sih cerita mas barusan? Memangnya pacar mas Erwin sampai berapa orang sih?” lanjutku, kali ini sengaja berbisik.
Masa Yusa tertawa. “pokoknya banyaaaaak!” jawabnya. “jadi, kesimpulannya…. Jaga hatimu jangan sampai kamu ikut-ikutan naksir dia juga…… oke? Suka sama Erwin boleh-boleh saja, ta-pi ja-ngan sam-pai nak-siiir! Dia berbahaya buat gadis kecil yang manis kayak kamu. Jatuh cinta sajalah sama anak SMP seumuran kamu. Lebih aman gitu!”
Aku menjulurkan lidah dengan sebal dan meninggalkan mas Yusa, kembali bergabung dengan mama dan mas Erwin di beranda depan.
Diam-diam kuawasi mas Erwin lebih seksama. Memang ganteng sih. Tingginya kurasa tak jauh beda dari kakakku, tapi tubuh mas Erwin lebih padat…. Lebih berotot. Wajahnya ramah dan terbuka, tapi sekaligus berkesan misterius. Mirip Matt Damon! Sedikit bekas jerawat dari sisa masa remaja menghiasi pipinya, dan menurutku malah membuatnya kelihatan makin jantan dan keren. Senyumnya yang tersungging miring tak terlihat sebagai kekurangan, tapi justru menjadi daya tarik khas. Lalu, walau menurutku wajah mas Yusa masih lebih tampan, mas Erwin punya sesuatu yang tak dimiliki kakakku. Kakakku cenderung pendiam, tenang, lembut, dan kehadirannya terasa menentramkan-setidaknya bagiku-sementara mas Erwin…. Bagaimana aku harus melukiskannya? Pembawaannya yang supel adalah daya pikat yang membuat mas Erwin sepertinya bisa jadi bintang dimana saja ia berada. Kehadirannya seperti lampu yang tiba-tiba menerangi ruang hatiku yang semula gelap dan sepi…
Oh , tidaaaak…… kok aku bisa mendadak sok puitis gini sih?
“pipimu kenapa, Alit? Kok tiba-tiba merah gitu? Kamu demam, ya ?” Tanya mama tiba-tiba. “Aduh, kamu memang demam, alit!” lanjut mama panic, sambil meraba dahiku.
Aku menyeringai salah tingkah. Terlebih waktu mas Erwin tahu-tahu ikut-ikutan meraba dahiku untuk memastikan kebenaran diagnosis mama.
Selama beberapa waktu susudah itu, tiap mendengar istilah jatuh cinta, yang terpikir olehku adalah :
Meriang, Menggigil, Merinding, Jatuh cinta sama dengan….. demam !
3
Biar Tuhan yang Jawab
Mas Yusa sudah lulus kuliah dan sementara ini bekerja di Kantor konsultan milik mantan kakak kelasnya, jadi aku jarang punya kesempatan berduaan dengannya siang-siang. Baiasanya aku bengong saja di ruang keluarga rumah Ninik, pinginnya sih nongkrong di beranda belakang mengintip para mahasiswa yang kos di deretan kamar di belakang sana, tapi tentu saja tak kulakukan. Kan konyol banget mengintip para cowok yang juga sedang mengintipku! Lagi pula Ninik bilang, kelakuan para cowok di halaman belakang sana jadi agak ajaib sejak aku datang. Seliweran melulu dekat-dekat rumah induk tempat ninikku tinggal ditemani dua pembantu plus seorang sopir.
Selain mas Yusa, hanya mas Erwin yang sering masuk ke rumah induk. Mas Erwin ternyata cucu teman lama almarhum Mbah. Orangtua mama menyayangi mas Erwin sejak kecil, nyaris seperti mereka menyayngi aku, kakakku, dan sepupu-sepupuku…. Walau kulihat Ninik kadang-kadang dibuat sebal lantaran mas Erwin keseringan dicari perempuan.
Selama dua hari berlibur di rumah Ninik, akhirnya aku tahu dengan mata kepalaku sendiri bahwa mas Erwin memang laris-manis di kalangan para gadis. Tiap hari ada saja yang datang mencarinya. Ada yang cantik, ada yang biasa. Ada yang datang naik mobil keren, ada yang datang naik becak. Ada yang pemalu, ada yang kemayu. Macam-macam…. Tapi mereka semua punya satu kesamaan nasib: diam-diam jadi sasaran kecemburuanku.
Barusan waktu aku keluar sebentar ke beranda depan untuk mengagumi koleksi kembang sepatu milik Ninik, seorang gadis datang mencari mas Erwin. Waktu kubilang yang dicarinya sedang pergi, gadis itu bilang ia akan menunggu. Kupersilahkan gadis itu masuk lewat pintu samping, melewati carport tempat para cow memarkir mobil dan motor mereka, terus menuju halaman belakang, kuantar gadis itu menuju ruang duduk terbuka, bangunan terpisah berbentuk pendopo mini berukuran lima kali lima meter yang sengaja dibangun untuk menampung aktivitas para pemondok. Termasuk menerima tamu.
“silahkan kalu mau nunggu, tapi aku gak tahu kapan mas Erwin pulang.” Kataku.
Gadis itu mengangguk dan berterima kasih. Serombongan pemondok segera keluar dari sarangnya begitu kami tiba di pendopo belakang. Mereka rupanya mengenal gadis itu, dan itu jelas merugikanku, sebab para cowok itu jadi lebih tertarik mengamatiku daripada mengamati tamu mas Erwin. Setelah haha-hehe-hihi sebentar, aku pamit kembali kerumah Ninik.
“ada tamu cari mas Erwin, Ninik…..” laporku pada Ninik yang sedang nonton berita gossip di televise. Ih, ada ratis yang digampar suaminya lagi! “sudah kubilang mas Erwin-nya lagi pergi dan nggak tahu pulang kapan, eh, dia maksa mau nunggu!” lanjutku, kelepasan menggerutu.
Ninik menggeleng-geleng, lalu tertawa. “ah, si Erwin memang laris!” sahut beliau, “tiap hari pasti ada perempuan yang datang cari dia. Ninik sampai bingung, enaknya si Erwin itu diapain ya ? kalau pas ada dua perempuan datang bersamaan cari dia, Ninik suka takut mereka cakar-cakaran! Syukur Alhamdulillah, yang begitu belum pernah terjadi.”
Aku tertawa. “asal mas Erwin nggak macam-macam dan perempuan-perempuan itu nggak berantem di sini, ya mas Erwin-nya nggak usah diapa-apain dong , ninik!” sahutku. “aku penasaran nih, Ninik…. Dari segitu banyaknya perempuan yang suka datang kesini nyari mas Erwin, yang mana ya yang benar-benar pacarnya?”
“wah kalau yang sekarang sih Ninik juga nggak tahu, Alit. Dulu pernah ada satu yang kata Erwin memang pacarnya. Anaknya ayu, dari Fakultas Hukum juga, seperti Erwin. Namanya Kinanti.”
“kok dulu? Memangnya sekarang sudah nggak?” Tanyaku buru-buru, berusaha menekan rasa cemburu sekaligus menekan harapan bakal mendengar cerita bahwa mas Erwin sedang Jomblo.
“Ninik nggak tahu persis, lit. Kinanti itu pinternya seperti masmu, jadi ya lulus lebih dulu dari Erwin. Kalau nggak salah ingat, sekarang Kinanti kerja di Jakarta.”
“orangnya kayak apa sih Ninik ? cantiknya kira-kira kayak siapa?”
Mirip pemain-pemain sinetron itu lah, lit. tinggi, putih, langsing, mancung. Kata Yusa, Kinanti juga pinter,” jelas Ninik. “Erwin itu kata masmu juga sebenarnya pinter, tapi kebanyakan keluyuran. Naik gunuuung saja kerjaannya. Kalau nggak naik gunung, ya masuk hutan…. Nggak tau nyari apa. Belum lagi ikut demonstrasi ini-itu dan kerja gratisan di LBH…..”
“ummmm….. Ninik punya foto mbak Kinanti, nggak?” tanyaku lagi.
Ninik terdiam sesaat, kelihatan kebingungan. “wah Ninik ya nggak punya to nduk!” kata beliau agak lama kemudian. “ada apa to, kok sepertinya kamu tertarik banget sama Kinanti?”
Aku tersipu-sipu. “penasaran aja kok, Nik. Penasaran mas Erwin milih yang kayak apa di antara begitu banyak pilihan.!”
“pokoknya Kinanti cantik. Mereka cocok, wajah mereka ada jodoh. Tapi sejak Kinanti kerja di Jakarta tahun lalu, Ninik belum pernah dengar kabarnya lagi, dulu kinanti sempat kesini sebelum berangkat. Pamitan sama Ninik. Anaknya memang sopan.”
“terus, dulu zaman mas Erwin pacaran sama mbak Kinanti itu…. Apa juga ada perempuan-perempuan yang suka kesini nyari mas Erwin kayak sekarang, Nik?”
Ninik tertawa kecil. “ya iya…. Banyak! Tapi Kinanti itu anaknya sabaaaar! Pernah Ninik Tanya, apa dia nggak cemburu punya pacar yang didatang-datangi perempuan…. Dan kata Kinanti, yang kesini nyari Erwin memang orang-orang yang ada perlu sama Erwin, jadi buat apa cemburu…. Gitu! Aneh, ya?”
Aku tersenyum. “iya. Aneh, kalau aku yang jadi pacar mas Erwin, aku bakal ngambek deh kalau mas Erwin-nya terus-terusan didatangi perempuan lain!”
Ninik tertawa. “aduuuuh, jangan, nduuuuk! Ninik sih pinginnya kamu nggak ketemu jodoh yang seperti Erwin, Nduuuuk…….. makan atiii!”
Aku ikut tertawa , tapi jauh di lubuk hatiku sesuatu yang ganjil tiba-tiba terjadi.
Dua orang yang kusayangi dan kupercayai-kakakku dan Ninik-sama-sama memperingatkanku agar tak jatuh hati pada lelaki yang kelihatannya mereka sayangi……
Apa artinya ini?
Seberapa berbahayanya mas Erwin bagiku sesungguhnya?
Sementara Ninik kembali asyik menekuni layar televise, aku nyaris gemetar menahan gejolak hati.
Oh, tentu saja aku yakin perasaanku pada sahabat kakakku masih tetap manis dan tak menuntut, masih tanpa harapan, masih perasaan yang bahkan tak menginginkan balasan…. Tapi kini, sesuatu mendadak bergolak begitu kuat….. menantangku untuk mencari tahu seberapa berbahayanya mas Erwin sesungguhnya.
Pada usiaku yang ketujuh belas, jatuh cinta bukan sekedar demam bagiku, tapi memiliki makna-makna baru:
Menggelora, Mendidih, Membara, Jatuh cinta bagiku kini sama dengan bermain api! Dan kalau kau mau tahu bagaimana bisa gadis sepertiku begitu, tanyakan saja pada Tuhan, karena aku sendiri tak punya jawaban. Biarlah Tuhan yang jawab kenapa seseorang yang jatuh cinta sepertiku bisa seperti ini.
4
Sekilas Cemburu
Mas Yusa menepati janjinya. Hari ini ia mengajakku mengunjungi keluarga mbak Ava di Wonosobo, kota Kabupaten di tengah-tengah Jawa Tengah yang terkenal karena-berbagi dengan Kabupaten Banjarnegara-memiliki dataran tinggi Dieng. Beberapa candi Hindu ada di sana, kata kakakku. Ada juga telaga yang konon bisa berubah warna, lalu ada lagi kawah yang bisa dilihat dari dekat, dan kata mas Erwin baunya kayak kentut Rahwana.
Ninik mengizinkanku pergi setelah berhasil memaksaku berjanji untuk tidak mandi matahari lagi.
“Ninik nggak mau kena marah mamamu gara-gara kamu jadi gosong setelah liburan dari sini!” kata Ninik tergesa-gesa. “lihat adikmu, Yus! Lihat kulitnya sehabis ke Parangtritis sama Ava kemarin! Anak-anak sekarang memang aneh…. Perempuan-perempuan lain rebut kepingin putih dan kemana-mana pakai paying…. Eh…. Lha kok yang sudah kuning seperti adikmu dan Ava nekat panas-panasan di pantai siang-siang! Awas adikmu Yus! Kalau tambah gosong, kamu yang tanggung jawab!” lanjut Ninik, mengomel! Panjang-pendek.
Dalam hati aku cekikikan, tapi depan Ninik aku menunduk, mengangguk-angguk, pura-pura setuju dengan kata-katanya. Padahal sebenarnya aku tak terlalu peduli. Siapa bilang kulit gelap itu nggak cantik? Tuh, nyatanya bule-bule sampai nggak pakai baju berjemur di pantai agar kulit mereka bisa secokelat sebagian besar kulit orang Indonesia!
Yang mengejutkan dalam perjalanan ke Wonosobo, ternyata yang pergi bukan cuman mbak Ava, mas Yusa, dan aku. mas Erwin ikut juga! Aku baru tahu waktu mas Erwin masuk kerumah induk, karena mas Yusa memintanya membantuku membawakan barang-barang yang mau aku bawa menginap di rumah mbak Ava. Dengan riang mas Erwin berkata ia tak sabar mengajakku jalan-jalan mengelilingi Wonosobo yang sejuk.
“lho, memangnya mas Erwin mau ikut?” tanyaku bingung. Bingung campur senang. Membayangkan akan bersamanya dua hari penuh bikin aku mulai lagi merasa demam.
Tidak, bukan demam.
Tepatnya : membara.
Pipiku terasa panas dan jantungku mulai berdebar lebih liar.
“yep, harus ada pria tegas buat ngawasin Ava dan Yusa biar mereka nggak coba-coba bikin bayi!” kata mas Erwin, membuatku tertawa campur tersipu-sipu “mana barangmu? Sini…. Biar kubawain!”
Perjalannya menyenangkan.
Dari jogja kami bertolak ke Magelang, lalu beberapa kilometer kemudian berbelok menuju Temanggung. Selepas Temanggung, perjalanan mulai mengasyikkan. Uadara dingin khas pegunungan membuat kami memutuskan untu mematikan AC mobil dan membuka jendela lebar-lebar. Zuhur belum lagi tiba waktu kami sampai di kledung, dataran tinggi yang berada di antara dua gunung, Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing.
Kami sepakat berhenti dan beristirahat dan mampir ke salah satu dari sekian banyak restoran cantik yang berada di Kledung. Restoran yang kami kunjungi agak ramai, tapi kata mbak Ava gurami bakarnya istimewa. Pelayannya dengan santun berkata, kami harus menunggu pesanan makanan kami setidaknya satu jam, lalu bertanya apakah kami keberatan.
Tak ada yang keberatan.
Mas Erwin bilang, sebelum makan betulan, kami bisa makan pemandangan.
Sambil menunggu pesanan makanan kami tiba, mbak Ava dan mas Yusa berjalan-jalan di taman belakang restoran, meninggalkan aku berdua saja dengan mas Erwin.
“gimana kalua kita kuntit mereka? Tanya mas Erwin. Matanya mengawasi kakakku dan kekasihnya yang kini sudah mojok di salah satu gazebo. “nggak lucu kalau mereka macam-macam disini!” lanjutnya jail.
Aku nyengir. “memangnya mereka bisa ngapain sih di gazebo yang nggak ada dindingnya kayak gitu?”
“kamu nggak kenal abangmu, lit. dia bisa ganas juga lho! Bisa nggak peduli tempat dan waktu kalau kumat!”
Aku tertawa, tapi lalu ikut bangkit saat mas Erwin bangkit meninggalkan meja makan. Berdua kami berjalan menuju tempat mbak Ava dan kakakku sedang mengobrol. Ngobrol dengan sopan. Meraka duduk dengan jarak yang cukup untu diisi oleh mas Erwin, aku, dan seekor gajah.
“Duduk di sini saja, lit.” kata mas Erwin saat akhirnya kami tiba di bangku taman, kira-kira sepuluh meter jauhnya dari tempat kakakku berada. Tangan mas Erwin menyingkirkan beberapa biji dan daun pinus yang rupanya jatuh tepat di atas bangku taman. “NAH, INI BARU JARAK IDEAL., ALIT! DARI SINI KITA BISA MENGAWASI MEREKA DENGAN BAIK TANPA TERLALU MENGGANGGU PRIVASI MEREKA!” lanjut mas Erwin sekeras-kerasnya, pasti disengaja agar mbak Ava dan mas Yusa bisa mendengarnya.
Mbak Ava dan aku tertawa. Mas Yusa mengacungkan tinju.
“capek?” Tanya mas Erwin saat kami sudah duduk bersebelahan. Bangku itu kecil, jadi yang bisa diselipkan dia antara mas Erwin dan aku cuman kucing, bukan gajah.
“nggak, aku senang kok.” Sahutku sambil mengagumi pemandangan. Di depanku tampak sosok gunung-kata mas Erwin namanya Gunung Sumbing-membentang sejauh mata memandang. Petak-petak tanaman hijau muda membuat lereng gunung terlihat seperti mozaik. Kata mas Erwin, penduduk Kledung bertani macam-macam : sayuran, tembakau, the, dan jagung. Padi ada juga.
Udara terasa dingin menusuk tulang, padahal ini belum lagi tengah hari. Aku menggigil sedikit dan mas Erwin mengangkat alisnya. “tunggu di sisni sebentar.” Katanya, lalu meninggalkanku, pergi menuju tempat mobil kakakku diparkir. Sejurus kemudian lelaki itu kembali, kali ini sudah memakai jaket jinsnya dan. Oh, jaket kulit cokelatku tersandang di bahunya!”
Bagi orang lain mungkin ini pemandangan biasa, tapi tidak bagiku. Tak banyak orang yang bersikap semanis itu padaku selain mas Yusa dan papa. Jangan heran kalau demamku langsung kambuh melihat adegan itu. Dutambah lagi, aku mendadak sangaaaaat cemburu pada jaketku.
“pakai nih, biar nggak pilek,” kata mas Erwin sambil mengulurkan jaketku.
Tahu nggak, mas….. kurasa aku nggak akan pernah mencuci jaket yang pernah nempel di bahumu……
“terimakasih. Sebenarnya kan aku bisa ambil sendiri, mas….”
“sekalian ngambil jaketku juga kok.” Sahut mas Erwin sambil duduk menyebelahiku.
“terimakasih.”
Kami berdiaman agak lama, manikmati pemandangan di depan kami. Aku sudah berhenti menggigil, tapi hidungku masih terasa dingin. Lucunya, hatiku terasa hangat. Berada begini dekat dengan lelaki yang diam-diam kukasihi adalah mimpi yang jadi nyata. Mesti dinikmati setiap detiknya, sebab aku tahu kemungkinan peristiwa ini berulang tak terlalu besar,….
“tumben kamu anteng, lit……” mas Erwin akhirnya mulai bicara.
“terpukau kali, mas. Pemandangannya baguuus banget….”
“hmmmm…… menurutmu bagus?” Tanya mas Erwin lagi. “bagus banyak lading sayurnya.”
Mas Erwin menoleh, memandangku dengan tatapan aneh. “gitu, ya? Menurutmu banyak lading sayuran dan sawah dengan bagus? Nggak terpikir ya sama kamu bahwa banyak lading sayuran sama dengan berkurangnya pepohonan, sama dengan meningkatnya kemungkinan terjadinya tanah longsor plus bolongnya ozon?” tanyanya. “coba piker lagi, Alit. Coba piker…. Dan kurasa kamu akan paham kenapa melihat lading kol dan tembakau atau apa pun yang cantik di atas sana itu nggak bikin aku senang tapi justru cemas!” lanjutnya, setiap kata yang diucap mas Erwin terasa berbeda nadanya dari yang biasa digunakannya padaku. Kalau biasanya lembut atau-kalau lagi kumat-jail…. Kali ini nadanya serius. Hampir-hampir sinis.
“oh…..” aku terperangah saat menyadari kebenaran yang terkandung dalam kata-kata mas Erwin. “tadinya aku nggak mikir ke arah itu, tapi sekarang….. oh, masnya Allah…”
Mas Erwin mengangguk dan tersenyum. Senyum pahit. “aku senang kamu ngerti.” Gumamnya. “akadang aku pingin ngamuk melihat hal se……”
Seruan mas Yusa menghentikan kata-kata mas Erwin. Kakakku melambai kea rah kami, meminta kami memotret mereka. Mas Erwin bangkit dan aku mengekorinya berjalan mendekati kakakku.
Jeprat-jepret sambil saling ledek seperti biasa.
“kakanda, mohon izinkan hamba yang hina berfoto bedua dengan adinda Alita,” kata mas Erwin pada mas Yusa. Kata-katanya yang kocak bikin tawa kami meledak….. membuat pipiku terasa terbakar. “ini tindakan berjaga-jaga. Lumayan buat investasi. Kalau kapan-kapan Alita jadi seleb, kan aku jadi bisa ikut numpang ngetop dan numpang makmur dengan menjual foto kita pada wartawan. Ide bagus, kan?”
“aku nggak bakal jadi seleb,” sahutku tersipu-sipu, saat mas Erwin dan aku berpose untuk difoto. “Nggak ada bakat dan sama sekali nggak pingin jadi artis,” lanjutku.
“seleb kan nggak harus artis!” sahut mas Erwin. Lalu dia mnegucapkan beberapa kalimat lagi, tapi aku tak bisa mendengar apa-apa.
Konsentrasiku mendadak lenyap.
Bagaimana aku bisa berpikir saat mas Erwin tiba-tiba melingkarkan tangannya ke bahuku saat mbak Ava mengambil foto kami beberapa kali?
Udara dingin sekali, tapi rengkuhan mas Erwin membuatku membara….
Lalu, mungkin karena melihat tampangku yang merah padam, mas Yusa akhirnya mengomeli sahabatnya dan berkata, pelukan tidak termasuk tindakan yang diizinkan. Mas Erwin tertawa, berlagak memohon ampun, lalu menarik tangannya dari bahuku. Saat itu, ingiiin sekali rasanya aku menonjok kakakku.
5
Kehendak Tuhan Luar Biasa
Manusia boleh berencana, tapi Tuhan-lah yang menentukan.
Aku sering mendengar kata-kata itu, tapi biasanya secara sambil lalu. Tak pernah memikirkannya secara serius. Sampai hari ini…. Saat sebuah kabar duka menghantamku…. Membuat air mataku mengalir tak henti-henti.
Mbak Ava meninggal dunia.
Hari ini.
Dua bulan sebelum pernikahannya dengan mas Yusa dilangsungkan.
Kecelakaan….
Kecelakaannya sendiri terjadi kemarin di Banyumas, saat mbak Ava dalam perjalanan dinas ke Klaten menuju Cirebon. Begitu dikabari mengenai kecelakaan itu, Mas Yusa langsung terbang dari Surabaya ke Jogja, lalu dengan diantar sopir Ninik melanjutkan perjalanan darat ke rumah sakit tempat mbak Ava dirawat di Banyumas. Aku sebenarnya mau ikut, tapi pagi tadi ada ujian. Sekarang aku menyesal setengah mati kenapa kemarin aku tak langsung ikut mas Yusa saja, agar aku bisa berada di dekat mbak Ava di akhir hayatnya.
Suara mas Yusa yang terbata-bata saat mengabarkan berita duka itu sesaat lalu membuatku makin menyesal tak berada di dekat kakakku…. Saat kurasa ia sedang sangat membutuhkan dukungan. Dan memikirkan seperti apa perasaan kakakku sepeninggalan mbak Ava membuat air mataku tak bisa berhenti mengalir.
Abel berusaha menenangkanku dengan mengingatkanku bahwa Ninik sedang sakut. Sambil menangis, mama menelponku setelah mas Yusa menelpon, mewanti-wantiku agar tidak mengabarkan berita duka ini pada Ninik. Ninik sayang sekali pada mbak Ava, dan mama khawatir Ninik akan terlalu terkejut kalau dikabari bahwa mbak Ava kini sudah tiada.
HP-Ku bordering lagi.
Abel yang mengangkatnya, sebab aku sedang malas bicara dengan siapa pun. Satu-satunya yang ingin kulakukan sekarang hanya menangis. Menangis sampai air mataku habis. Menangis agar kesedihan yang menyesakkan ini mengalir keluar dari dadaku….
“mas Erwin,” berbisik Abel sambil mengulukan HP padaku. “kamu mau bicara sama dia, nggak?”
Aku mengangguk.
“mas Er-win……ini….. a-a-ku…” kataku. Suaraku keluar dengan susah payah.
“Alit? Aku baru dikabari Yusa…”
“Aku juga, mas” sahutku terisak-isak.
“aku ikut berdukacita, Lit. Ava sudah kayak saudara buat aku…” kata mas Erwin. Mendengar suaranya yang kedengaran aneh, aku tak akan heran kalau ia ternyata sedang menangis juga sepertiku. “kapan kamu mau kesana? Kamu mau ke Banyumas atau langsung ke Wonosobo? Yusa nyuruh kita gimana? Tadia dia nggak jelas ngomongnya dan aku nggak berani Tanya-tanya….”
“aku…. aku nggak tahu, mas…. Aku nunggu mama dan papa. Mama dan papa mau ke mbak Ava juga…. Papa guguh kan nganter mas Yus…. Bawa mobil Ninik…. Sekarang di rumah nggak ada mobil kecuali punya anak kos….”
Sejenak sepi, lalu mas Erwin bicara lagi, “Kamu siap-siap aja buat berangkat. Nanti biar kuminta temanku di Jogja ngurus mobil dan lain-lainnya. Jangan pergi dulu. Kamu tunggu di rumah sampai aku datang. Paling lambat dua jam lagi aku sampai disitu. Oke?”
Aku mengangguk, lupa bahwa kami sedang bicara di telepon.
“oke,Alit…? Tunggu aku…. oke? Jangan pergi tanpa aku!” ulang mas Erwin.
Aku mengiakan. Kemudian mas Erwin memutuskan hubungan sementara aku menangis lagi…… membekap wajahku sendiri dengan bantal agar Ninik tak sampai mendengar sendu sedanku.
Oh, mbak Ava….
Oh, mas Yusa….
Pemakaman mbak Ava diselenggarakan di bawah guyuran gerimis tipis, seolah langit ikut menangis. Yang datang banyak sekali, dan mas Erwin membimbingku menyingkir…. Menjauh dari liang lahat tempat para kerabat almarhumah berdesakan. Takut aku tergencet orang, katanya.
Di bawah langit yang muram, aku dan mas Erwin berdiri di pinggir kompleks pemekaman. Tangan kanannya memeluk bahuku, sementara tangan kirinya menggenggam gagang paying ektrabesar berpola zebra yang tadi kami temukan di mobil mas Hans. Dalam kemuraman hati dan cuaca, kami mengikuti prosesi pemakaman mbak Ava dari jarak jauh. Kakakku tak kelihatan. Terkurung dalam kerumunan pelayat berdukua.
Seusai pemakaman, mas Yusa dan mas Hans mendekati kami. Kakakku meminta kami menginap semalam di Wonosobo. Sekalian menunggu orangtuaku yang sudah tiba di Semarang beberapa jam lalu dan kini sedang dalam perjalanan menuju Wonosobo.
Gerimis sudah reda, tapi mendung masih menggantungkan tebal di langit. Kulirik jam tanganku saat kami berjalan berdampingan menuju tempat mobil mas Hans diparkir. Belum lagi pukul empat sore, tapi mendung membuatku merasa seolah magrib sudah hampir tiba.
Déjà vu melandaku
Ah, tapi mungkin istilah yang tepat untuk apa yang sedang kurasakan sekarang bukan déjà vu. Mungkin lebih tepatnya, ini kilasan kenangan ah, tentang ingatan. Cuaca sore ini mirip sekali dengan yang terjadi beberapa tahun lalu, saat mas Erwin mengajakku ke Telaga menjer……
“cuaca kayak waktu kita ke menjer dulu ya, Lit…..” gumam mas Erwin saat kami sudah berda di mobil mas Hans, meluncur lamban meninggalkan hotel menuju jalan raya.
Aku menoleh terkejut. “aku baruuuuu aja mikir gitu, mas!” kataku cepat.
“oh ya? Kalau gitu kita nyambung dong.” Sahut mas Erwin sambil menoleh dan tersenyum hangat.
Dan bukan cuman itu. Tadi waktu aku ingin pergi mengetuk pintu kamarmu…. Kau lebih dulu mengetuk pintuku, sayang!
6
Serindu Apapun Ia Takkan Kembali
Enam bulan berlalu sejak semuanya selesai dan setelah terjadinya perpisahan berulang-kali dengan orang-orang terpenting dalam hidupku. Sejak aku terakhir membaca e-mail mas Erwin. Enam bulan atau malah lebih dari itu lamanya, akan tetapi semuanya masih tersimpan rapi dalam ingatan. Terkadang aku ingin amnesia saja akan semua yang telah terjadi, tak tau berapa lamanya kisah usang itu berlalu tapi ingatan tetaplah ingatan, sedikit saja tersentuh dengan barang, suasana, tempat seolah semuanya terulang-ulang seperti yang siap berputar-putar tanpa bisa ditemukan ujungnya.
Berbualan-bulan yang telah lalu terasa cepat sekali, tapi kali lain terasa lambat. Kadang aku kangen setengah mati pada mas Erwin, terkadang aku merasa semuanya baik-baik saja. Seolah kerusakan, keputusan dalam hubungan itu tak pernah terjadi. Tapi waktu menyadarkan bahwa semuanya telah usai, oh Tuhan kenapa seperti ini.?
Semuanya tak langsung kusadari pada hari-hari pertama setelah kematian mas Erwin, yang tejadi hanya tujuh bulan setelah lelaki itu terakhir kali mengunjungiku. Itu baru kusadari kini-beberapa minggu sesudah pemakaman- mas Erwin-saat aku dan mas Yusa duduk berdua di ruang duduk kami yang lapang dan sama-sama bersimbah air mata lantaran kesakitan menanggung kehilangan atas lelaki yang kami sayangi… lelaki yang dengan cara apa pun tak akan pernah kami temui lagi di dunia.
Aku tidak yakin betul apakah aku menangis atau tidak pada hari mas Yusa mendadak pulang jam sebelas siang untuk memberitahuku dengan hati-hati sekali bahwa sahabatnya meninggal dunia. Aku hanya ingat mas Yusa tidak menangis. Dengan muram mas yusa kemudian mengajakku pergi entah ke mana mengendarai mobilnya, lalu membimbingku mendekati jenazah pria yang terbaring di ruang tengah sebuah rumah luas yang penuh isak tangis.
Aku tahu bahwa dalam percakapan-percakapan terakhir kami mas Erwin sudah berusaha keras menyiapkan diriku untuk menghadapi kemungkinan terburuk, tapi ketika saat itu tiba, kutemukan diriku tak mampu menanggung-nya. Aku ingat aku memandang lelaki yang terbaring kaku tanpa nyawa itu sesaat-dari jarak lima meter seperti yang diminta mas Erwin-dan hatiku sungguh-sungguh yakin lelaki itu sama sekali bukan mas Erwin.
Mereka jauh berbeda.
Mas Erwin tak mungkin sekurus itu.
Mas Erwin tak mungkin sebeku itu.
Mas Erwin teramat hidup.
Mas Erwin akan menemaniku patah hati dan tak mungkin tega membiarkanku patah hati sendiri….
Peristiwa-peristiwa yang terjadi sekitar hari-hari itu tak lebih dari potongan-potongan baying-bayang yang mengabur dalam ingatanku, tapi entah bagaimana aku ingat mas Yusa tetap tak menangis saat ia memapahku di pemakaman. Aku tidak tahu dan tidak sempat memikirkan bagaimana kakakku bisa setabah itu. Mungkin rasa tanggung jawabnya sebagai kakak yang membuatnya merasa harus lebih kuat daripada aku, agar biasa membantuku melewati dukaku. Mungkin juga karena mas Yusa terlalu terpukul untuk bereaksi secara wajar menhadapi kematian sahabatnya.
Aku tidak tahu mana yang betul.
Saat itu aku sedang terlalu sibuk dengan diriku sendiri…. Terlalu sibuk berusaha meyakinkan diri bahwa kematian mas Erwin hanya mimpi buruk yang akan segera berakhir begitu aku membuka mata.
Tak mungkin mas Erwin sudah sungguh-sungguh meninggal dunia.
Tak mungkin Tuhan setega itu padaku.
Tak mungkin.
Sepanjang prosesi pemakaman mas Erwin-saat akhir-nya untuk pertama kalinya dalam hidupku aku melihat mbak Tira dengan mata kepalaku sendiri-aku menyibuk-kan diri dengan terus-menerus memikirkan bahwa aku hanya sedang berada dalam salah satu mimpi burukku. Atau, kadang-kadang juga aku memutuskan menganggap diriku hanya sedang tersesat sementara di dunia-tak-mungkin yang parallel dengan dimensiku sendiri yang aman, tentram, dan damai.
Dengan hati hampa kusaksikan mbak Tira menangis histeris seolah baru saja menjadi janda, padahal dia sudah beberapa tahun resmi menjanda.
Dengan pikiran kosong aku melihat tante Tanti pingsan beberapa kali.
Sebuah lubang tiba-tiba menganga di dadaku siang itu, ditusukkan dengan paksa oleh takdir. Rasanya begitu menyakitkan… sehingga-sama seperti mas Yusa-seingatku aku bahkan tak bisa menangis….
Sampai sekitar tiga minggu setelah mas Erwin dimakamkan, aku masih juga belum merasa normal. Serasa semuanya mimpi
Sayang, ketika aku merasa rindu kepadamu. Sosok siapa yang harus aku lihat? Walaupun, kemarin aku dan kamu masih bukan siapa-siapa bolehkah aku berharap kepada Tuhan. Di kehidupan yang akan datang kita hidup bersama dan bahagia, tak perlu ada siapa-siapa, tak perlu ada kisah menyedihkan seperti ini.
Mas Yusa kurasa mengkhawatirkanku juga. Ia selalu sudah tiba dirumah waktu aku pulang memberi les pukul setengah Sembilan malam. Kakakku sama sekali tak pernah lembur di kantornya lagi pada malam hari. Kalau ada sisa pekerjaan yang masih harus dituntaskannya, mas Yusa membawa pekerjaannya pulang. Mendadak kami seperti sepasang makhluk yang asing satu sama lain dan tak tahu harus mengobrolkan apa.
Selama beberapa minggu, aku menolak percaya mas Erwin benar-benar telah meninggal dunia. Aku masih berharap mas Erwin akan datang suatu sore… diam-diam ingin bertemu denganku dan bukannya mengunjungi si nomor sekian seperti yang selalu ingin dikesankannya pada kakakku. Aku masih terus meyakinkan diri bahwa mas Erwin akan menungguku seperti yang di janjikannya di Bali dulu. Bukan justru meninggalkanku.
Lalu, barusan waktu aku pulang mengajar, mas Yusa mengangkat kepalanya dari majalah yang sedang dibacanya dan bertanya, “halo, Alit… apa kabar?” “baik, Alhamdulillah,” sahutku “mas?”
“mas Erwin nggak mampir mala mini, mas? Aku kangen banget….” Sejenak sunyi, lalu mas Yusa mulai…. Menangis.
Segalanya mendadak tampak begitu nyata.
Segalanya : kematian mbak Ava, kematian mas Erwin…. Bahkan juga rasa nyeri yang kupendam dalam-dalam dan tak kuizinkan bergolak dalam hatiku, karena aku takut daya rusaknya akan menghancurkanku selamanya.
Lalu air mataku mulai mengalir.
Perlahan sekali aku mendekati mas Yusa, menenggelamkan diri dalam pelukannya, menangis bersamanya….. di satukan oleh duka.
Setelah selama bertahun-tahun bertanya-tanya apa hikmah yang tersimpan di balik meninggalnya mbak Ava, akhirnya aku merasa tahu bahwa itulah cara Allah mempersiapkanku untuk menghadapi kehilangan lain yang lebih menyakitkan, kehilangan yang jauh lebih meluluhlantakkan….
Sudah dua tahun berlalu, tapi aku masih merasa kehilangan. Rasanya seolah ada organ penting dalam tubuhku yang ikut mati bersama kematian lelaki yang kucintai…. Menysakan lubang raksasa yang hampa. Kadang-kadang aku terbangun di malam buta dan bertanya-tanya dalam kegelapan, sampai kapan kekosongan ini harus kutanggung.
Apakah selamanya?
Dan kalau memang begitu, selama apakah selamanya itu?
Ujian Hati
Sebentar lagi liburan panjang akan datang, liburan kali ini aku dan keluargaku akan pergi ke kampung halaman Bondowoso, sebentar lagi pulang, maka aku harus bersiap, karena hanya menghitung hari, aku berada di kota ini kota yang sangat indah dan penuh sejarah, ya.. kota Jogjakarta, sudah setahun keluargaku tinggal menetap disini karena pekerjaan yang tidak bisa di tinggal dan akhirnya akupun ikut menemani ayah ibu kesini. Liburan panjang kali ini sangatlah istimewa karena keluargaku akan merayakan dan melaksanakan puasa ramadhan di tempat kelahiranku kota Bondowoso.
Ketika mataku beredar melihat ke sekeliling ruangan pandanganku tertubruk pada kertas yang penuh tanggal yang tergantung di dinding kamarku kulihat deretan angka yang telah lama kulingkari dengan spidol merah. Ternyata itu tanggal bulan juni dan terdapat keterangan yang sangat menegejutkanku pada salah satu angka “eh, ramadhan sudah di depan mata..” “ramadhan akan hadir dan di dalamnya terdapat malam yang sangat mulia yaitu malam lailatul qadar, siapun ingin mendapatkannya, tapi malam lailatul qadar ini bukan undian.! Ia tidak begitu turun langsung “tuuuiiiiingg” lalu ada suara “ya kamu mendapat malam lailatul qadar.!””( Aku terdiam memikirkan) betapa nikmatnya orang yang mendapatkan malam lailatul qadar.
Hingga waktu mudikpun tiba dari luar kamar ayah memanggilku “Azka ayok nak cepat kita akan pergi.”( Panggil ayahku setengah berteriak) “ya ayah aku akan cepat.” Jawabku sambil berkemas dan memasukkan semua barangku kedalam bagasi mobil dan kamipun bersiap cek out darikota indah ini, di perjalanan aku banyak menatap jalan yang sedikit demi sedikit lenyap dari pandangan dan juga seakan pohon dipinggir jalan berlarian menghampiri, kenangan yang terlukis di kota 1000 sejarah ini takkan menang dengan kenanganku bersama sahabatku di Bondowoso. Akupun terhanyut dalam derasnya air terjun mimpi yang indah di dalam perjalanan.
Mobil seakan berhenti , ternyata emang berhenti dan sudah sampai . betapa bahagianya aku, akupun turun dan menghirup udara pagi yang baunya sangatlah menenangkan, bau basah yang menyeruak menambah ketenangan dalam jiwa. Seakan semuanya kembali terulang. Dulu aku pernah berlarian kesana kemari bersama temanku sekarang tidak ada lagi, aku sudah remaja dan yang aku lihat semuanya tanpak berubah ayunan yang dulu kududuki dan bercanda dengan kakek dan nenek yang sedang duduk di kursi goyang dengan seulas kain penenun, sekarang tidak ada lagi. Mereka lenyap tapi tidak berbekas kecuali dalam kenangan yang tertata rapi dalam memori, tidak terasa butiran bening jatuh dari pelupuk mataku. “ayah ibu ramadhan kali ini tanpa kakek dan nenek.?” Aku memeluk ayah dengan sesak yang kurasakan seakan aku tidak percaya apa yang terjadi, apakah ini benar kakek dan nenek yang dulu bermain kejar-kejaran bersamaku sudah tidak ada lagi, kakek dan nenek yang membantuku dan memberi semangat untuk pertama kali aku mengayuh sepeda dan mereka sekarang tidak ada lagi.. apa yang terjadi,? Kenapa aku mengulang rasa kehilangan ini kakek dan nenek telah tersenyum disana bersama bintang yang indah, dan kapanpu aku bisa memandangnya.
“ayok nak kita masuk.” Ajak ayah dan ibuku memasuki halaman yang masih tampak rapi karena terawatt oleh bi inem pembantu setia ayah dan ibu. Akupun memasuki salah satu kamar, kamar kecilku kurebahkan tubuhku dengan lelah aku menghela nafas panjang karena aku teramat lelah beberapa hari menjelang nafas panjang karena aku teramat lelah, beberapa hari menjelang ramadhan aku dan Safwan teman kecilku yang sudah lama aku kenal, dan tetap menjadi tetanggaku di desa. Saat ini dia tak sengaja melihat mobil di depan rumah ini diapun memasukinya berniat untuk mencari tahu dan bersilaturahmi “Assalamualaikum” sapanya dari luar “waalaikumsalam, eh nak safwan.” Sapa dari dalam rumah dengan senyum ramah dan damai “iya tante, oya kapan datang tan.?” Tanya safwan penasaran “iya, Azka,Azka ini ada nak Safwan.” Panggil ibuk dari ruang tamu dengan tergesa-gesa aku menuju asal suara yang memanggil namaku “wan, apa kabar kamu.?” Tanyaku penuh bahagia “iya baik ka, kamu sendiri giman.?” “ya iyalah aku baik juga wan.” “oya Azka aku permisi dulu ya ada keperluan soalnya di pak Rt buat acar-acar yang akan di selenggarakan saat ramadhan.” “Wah asyik dong ya udah hati-hati ya wan.!” “iya assalamualaikum” “waalaikumsalam.” Jawabku dan ibuk serempak.
Hingga tibalah saat itu, beberapa hari menjelang ramadhan aku dan Safwan mendaftar untuk mengaji bersama, ngaji harian di saat bulan ramadhan. Tempat aku dan Safwan ngaji sangatlah dekat dengan rumahku dan dia, aku celingak-celingukan mencari sebuah mukenah dalam koperku yang ternyata lupa aku bawa.”ibu mukenahku lipa dibawa gimana ini.?” Akupun cemas, dan mencari solusi serta berfikir keras agar aku tetap ngaji bersama Safwan selang beberapa lama aku teringat dengan mukenah buatan nenekku aku letakkan di lemari tua dekat tempat tidurku ternyata masih muat dan pantas untuk kupakai, dan akupun teringat pertama kali kudapat mukenah ini dari nenek bilang “dipakai yaa, Azka cucu nenek yang cantik.” Kata nenek pada saat itu mencobakannya padaku “ makasih yaa nek bagus banget mukenahnya.!” Kataku gembira yang pada saat itu aku masih berumur 9 tahun, wajah nenek yang kulihat waktu itu bersinar bahagia meskipun kerut-kerut wajah yang Nampak telah terkerus asa, sosok tenang yang tidak ada lagi “hemh sudahlah nenek tidak akan senang melihat kamu murung seperti ini.” Sahutku dalam hati.
Keesokan harinya, aku berangkat ngaji bersama Safwan “Assalamualaikum, Azka…..Azka ayo berangkat.” Setengah berteriak Safwan mengajakku “waalaikumsalam, iya ayo terdengar dari dalam rumah. Aku sudah siap-siap dari tadi dengan membawa mukenah dan Al-Qur’an, aku dan Safwan melakukan aktifitas ini dari sore dan pulang malam sekitar 07.00 dari tempat pengajian disana aku banyak bertemu teman lama dan sahabat yang dulu sangat aku sayangi, eh ternyata dia juga merindukanku.
Namanya Syafira teman kecilku dia sangat terlihat bahagia “Azka…!!!” sapanya tak percaya “Syafira..!!” kamipun berpelukan bagaikan sepasang kekasih yang telah lama dipisahkan “Azka aku kangen banget sama kamu, gimana kabarmu dengan keluarga.?” “baik, aku juga kangen kamu Syafira..!!” balasku “oya, bulan ramadhankan tinggal 3 hari lagi nih..gimana kalok kita menjajak makanan buat buka nantik sambil jalan-jalan.?” “iya…. Itu ide yang bagus loh Sya kapan.?” “setelah ramadhan tiba lah tapi kapannya aku blm tau masih, nantik tak kabarin dah. Oya nomor telephonemu berapa .?”kusebutkan deretan angka yang ada dalam ponselku dan akupun sama.” Ya sudah, aku pulang dulu ya ka.? Assalamualaiakum.” Syafira pergi “iya waalaikumsalam” balasku.
………………………………………………••••••••••……………………………………………
Ramadhanpun tibalah, mala mini adalah kali pertama sejak aku menginjakkan kaki di tanah kelahiranku ini. Dan kali pertama pula aku dan sahabat-sahabat masa kecilku menjalankan shalat tarawih di musholla tempat aku bertemu dengan Syafira, dan tak lupa dengan kudapan untuk dinikmati bersama setelah tarawih, begitu azan isyak bergema. Kamipun bergegas shalat berjamaah, betapa nikmatnya bulan Ramadhan kali ini dan aku teringat dengan salah satu arti yang terdapat di Al-Qur’an di salah satu surat yang berbunyi.
“telah datang kepadamu bulan Ramadhan ,bulan yang diberkahi Allah mewajibkan kepadamu berpuasa di dalamnya pada bulan ini pintu-pintu surge dibuka. Pintu-pintu neraka ditutup, dan para setan diikat, juga terdapay pada bulan ini malam yang lebih baik dari pada seribu bulan. Barang siapa tidak memperoleh kebaikannya maka dia tidak memperoleh apa-apa.Barang siapa tidak meninggalkan perkataan dan perbuatan dusta, maka Allah tidak butuh dengan puasanya dari makan dan minum.”
Setelah selesai tarawih, kamipun menikmati kudapan yang disediakan oleh musholla, seperti kolak pisang dan esblewah kesukaanku, setelah itu kami bergegas pulang aku pulang bersama Safwan dan di persimpangan jalan Syafira memanggilku “Azka besok kita jalan-jalan , jadi.?” “ iya jadi aku tunggu kamu di rumah Syafira.” Akupun melanjutkan perjalanan sesampainya di rumah akupun bersalaman kepada ayah dan ibu yang telah menungguku di ruang tamu setelah itu aku masuk kekamar dan beristirahat.
Keesokan harinya Syafira datang berniat mengajakku jalan-jalan menikmati aroma sejuk pedesaan yang masih tidak tercemar oleh polusi “Syafira” kataku “iya Azka ada apa.?” Tanyanya penasaran “kamu ingat gak waktu kita smp dulu.” “iya hahaha” aku ingat “itu kan pas waktu ramadhan juga ya Sya,?” “eh iya” kami bercakap saat masa indahku dan dia waktu smp. Waktu itu, dalam syahdunya ramadhan beserta hujan yang gunturnya berkejaran bersama cahaya kilat. Dengan cipratan airnya yang membanjiri selokan, dan kita berdua berlarian riang dengan seragam putih dongker (biru) basah kuyup, tertawa dengan polosnya. Tertawa serasa aku dan sahabatku yang paling bahagia, sambil menikmati kecipak kecibung air hujan di genangan jalan, tak peduli pada beberapa mata yang memandang heran, gemas ataupun aneh, dengan tegur halusnya.
“hengak bhing jhek jhen ojhenan mik mule sake’.” “hu bhing mak jhen ojhennan, pasa’mik bhettal pasanah”.”tak eghighirih apah ben ibu’en jhek jhen ojhenan.?” Kita tak peduli dengan semua teguran itu, bersama-sama menikmati anugerah mulia, melewati bulan agung penuh rahmat dengan bermain air hujan, dan terawihpun bersama. Satu kesempatan yang sangat di tunggu, berjanji saling membawa cemilan dalam kantong rahasia. Yang kita santap diam-diam saat ceramah H.Hapet di mulai.. agar tak ketahuan kunyahannya oleh orang-orang di syaf kanan-kiri, aku tersenyum geli mengingat semua itu. Aku dan Syafira telah sampai di sebuah toko yang menjual beraneka ragam kerajinan tangan khas Bondowoso. “wah bagus sekali gelangnya.” Syafira terpana dengan salah satu aksesoris indah yang dipegangnya “weh iya-iya kamu mau beli ini, biar aku yang belikan kan udah lama aku tidak mentraktirmu Sya..!!” “iya kita beli yang sama ya” “iya-iya” aku tersenyum, dan membeli beberapa cindera mata buat sebagai kenang-kenangan saat aku kembali ke Jogja nanti. Sejujurnya aku tak pernah ingin kembali kesana tapi bagaimana dengan sekolahku dan teman-temanku berbicara disana, yah entahlah, waktu yang akan menjawabnya nanti.
……………………………………••••••••••…………………………
Berminggu-minggu aku jalani dengan suka cita bersama sahabatku Syafira bahagianya punya teman yang baik dan setia kawan sepertinya pada hari minggu terakhir bulan ramadhan tak terasa telah semakin dekat malam lailatul Qadar malam yang begitu dinanti-nanti dan diharapkan oleh semua orang. Andai saja lailatul Qadar bisa aku dapat betapa beruntungnya aku, tapi aku mengingat semua dosaku yang numpuk bagaikan buih-buih dilautan huft. “capek, kapan adzan ya (pengen cepet buka).” Keluhku sehabis lari pagi, keliling komplek bersama teman akrab dan sahabatku Syafira, hemh aneh banget puasa-puasa begini lari pagi capeknya sampai tingkat maksimum malah sepertinya melebihi batas hehe.. celotehku. Sudah dari tadi aku duduk di depan TV sambil menunggu adzan maghrib tiba menyapa.
Dan berulang kali aku bertanya “ibuk masih lama ya, buka puasanya.?” Tanyaku lelah seperti orang yang kehabisan tenaga, “hemh kamu ini Azka seperti anak kecil baru belajar puasa, ya belum lah ini kan masih sing belum sore.!!!” Jawab ibuksambil tersenyum lelucon, beberapa menit kemudian aku bertanya lagi “buk berapa menit lagi.? Perutku udah gaduh ni pengen diisi, kok gak seperti biasanya ya puasa gak semangat gini.?” “walah dok kamu ini sebentar lagi beduk, salahnya sendiri lari pagi sampai keliling komplek.” Jawab ibuk kewalahan, selang beberapa menit kemudian dan kemudaian, kemudian lagi..
Adzan maghribpun berkumandang juga akhirnya, begitu indah dan aku serasa sangat bahagia dan tak lupa bersemangat untuk berbuka puasa, aku memakan dengan lahapnya seakan itulah masakan terakhir yang pernah ada. Setelah berbuka aku sadar apa yang aku alami hari ini adalah salah satu nikmat dari bulan suci ramadhan. Indahnya ya Allah semoga aku bisa bertemu dan bercengkram dengan bulan sucimu ya Allah amin (pintaku dalam hati).
Beberapa hari berlalu seakan terasa begitu cepatnya ramadhan bergegas meninggalkan peraduannya di bulan in, rasa sesak di dada dan rasa haru yang aku rasa,serasa tak rela melepaskan dan meniadakan ramadhan , baru kemarin aku datang ke Bondowoso untuk ramadhan bersama sanak saudara. Besok lusa harus kembali ke kota yang penuh sejarah, Jogjakarta untuk melakoni satatusku sebagai siswa SMA kelas dua dengan hari-hari yang normal dan aku akan sangat rindu dengan hari-hari yang kujalani bersama sahabatku disini Syafira , Safwan dan banyak lagi.
………………………………••••••••••……………………………………
Malam idul fitri pun tiba aku menangis terharu mendengar gema takbir yang mengalun indah serta syahdu bersama datangnya episode kehidupan yang baru dari pengeras suara serta orang-orang yang mengadakan takbir bersama di jalan raya dekat rumah, suara yang begitu syahdu membuat hati yang mendengar ikut talu dalam kemenangan yang telah di persiapkan bagi Allah untuj hamba yang sholeh dan takwa. “Allahuakbar, Allahuakbar, Allahuakbar laa ila haillallahu allahuakbar…….” Suara yang seakan mengajak hati untuk berharu , malam itu adalah malam tarakhirku bersama nenek dan kakek ketika aku dulu bersamanya di depan teras sambil melihat kembang api yang indah, aku tak lupa dengan kata kakek kepadaku”cu’ jangan pernah kamu menangis ketika nenek dan kakekmu pergi nanti.” Kakek sedikit berbisik, seingatku itulah yang kutau ketika waktu itu aku masih tak mengerti akan kepergian dan arti sebuah perpisahan selamanya. Dan itulah yang sangat terkesan dalam kenangan indah disini.
Tapi sekarang kakek dan nenek yang biasanya dimalam takbiran ini ada bersamaku bercanda tawa denganku sekarang taadalagi , aku kangen sosok itu sosok yang penuh wibawa teduh pandangannya sekarang hanya bisa menyaksikanku diantara bintang yang paling terang dilangit, aku berharap Allah menurunkan keajaiban dan mengambalikan kakek dan nenekku bersamaku disini yang sendiri terpaku merenungi kenangan yang merajut dalam sebuah dilemma hati.
Paginya aku nyekar ke makam kakek dan nenek sebelum sholat ied pagi-pagi sekali, aku bawakan bunga dan parfum khas kakek dan nenek semasa hidupnya aku berkata liri, “kakek,nenek serasa kemarin Azka digendong kakek dan nenek di bangga-banggakan sebagai cucu kesayangan tapi sekarang kakek dan nenek taadalagi, Azka sendirian nek, yang dulunya Azka bawakan apel iris buat kakek nenek sekarang dengan hati yang tak percaya Azka bawakan bunga buat makam kakek dan nenek..” dengan lirih ku bacakan ayatdemi ayat dan berdo’a agar kakek dan nenek tenang di sana.setelah selesai kami pulang untuk melaksanakan sholat ied bersama di masjid, di masjid sholat pun dilaksanakan dengan hikmah aku bersama Syafira di shaf ke-2 shaf untuk perempuan.
Selesai sholat kami bersalaman dan berpelukan erat serasa aku tak mau kembali ke Jogja aku ingin bersama Syafira disini sahabat terbaikku, tapi apalah dayaku. Aku terdiam memandangi sejadah merahku, ada rasa sedih, bahagia yang menggelayuti setiap sisi hati, ini idul fitri detik-demi detik kembalinya aku ke dunia normalku di Jogjakarta. Aku menjelajah waktuku dulu disaat ramadhan tahun lalu berakhir, sayangnya nanti tak kudapati lagi kesempatan mencicipi semalampun kebersamaan iktikaf bersama teman-teman serta sahabat karena sekarang masa planet remaja yang memaksaku untuk berperilaku yang seharusnya bukan masa kanak-kanak dan masa labil, tapi batinku menolak untuk menjadi remaja dan dewasa.
Karena diplanet ini penuh dengan kesakitan, kebencian dan ambisi, aku ingi tetap yaitu di planet masa kanak-kanak aku akan rindu ramadhan yang slalu riuh dengan sirat semangat berburu kajian pagi dan sore, menyiapkan buka, saling berbagi makanan buka puasa, berebut mendapatkan shaf sholat terbaik, bersahutan melantunkan muraja’ah hafalan Al-Qur’an. Menyenggol mata-mata yang mengantuk saat tarawih dan kajian malam . sungguh aku ingin memutar waktu untuk kembali dan menetap selamanya di masa indah itu, tapi waktulah yang mengharuskanku agar tetap tinggal dimasa ini yang sesuai proporsi seorang manusia.
……………………………………••••••••••………………………………
Sholat ied sudah selesai tinggal nuansa harinya yang tersisa takbir masih di kimandangkan aku menangis tersendu di dalam kamar. “kenapa kamu ka.?” Tanya ayah dengan memelankan suara. “ayah besok kita akan kembali ke Jogja, apakah tak bisa kita tinggal lebih lama disini.?” Rajukku sambil memeluk ayah dengan meminta izin agar acara pulangnya ditunda..”hemh, kalau itu yang membuatmu bahagia dan tersenyum, baiklah kita kembali sesudahnya hari raya ketupat seminggu lagi.” “beneran yah .?” “iyya.” Langsung kupeluk ayah dengan erat aku sangat bahagia hari ini.. akan kubuat satu minggu penuh kesan denga sahabatku Syafira.
Waktu sholat asar tiba aku bergegas mengambil wudhuk untuk sholat setelah selesai sholat aku meranjak sendiri dalam keterpakuanku masih menggunakan mukenah. Astaghfirullah..!! rasanya ingin berlari, bukan untuk menginjak setimbun daun kering lagi atau air yang menggenang di jalan, tapi akan selalu menginjak sejadahku, bersujut dan mengadukan air mata penyesalanku, aku memohon satu tahun lagi umurku. Berikanlah hamba kesempatan untuk menebus dosa yang telah bertumpukan, mungkin, dunia ini adalah mimpi yang berlalu yang diyakini abadi oleh orang yang terlelap tidur mungkin mereka tak tau apa yang akan terjadi. Mungkin saja mereka tak tau apa yang akan terjadi mungkin setelah fajar menyapa, kematian membebaskan dari fantasinya mimpi
Dan malamnyapun aku berkumpul dengan keluarga dengan menikmati cemilan idul fitri yang tak lam telah pergi, senang memang menikmati kesempatan langka bertukar kabar dan cerita bersama sanak keluarga yang ikut hadir di tengah bahagianya suasana dengan ditemani ice cream cheese cake. Apa yang menyelinap diam-diam di tengah obrolan hati-hati ada sombong, dan ada pula dengki, keinginan untuk terlihat lebih hadir di satu pihak berakibat pula pada munculnya rasa minder di sisi lain, saya baru menyadari hal itu belakangan dan kembali merasa malu. Setelah di tempa ramadhan, justru diri ini masih juga tidak dapat menghadiri penyakit hati.
Ah tampaknya tantangan jadi lebih besar setelah ramadhan usai, banyak cobaan yang datang dan nafsu yang merajai seakan menghantam bertubi-tubi kedalamkeseharian yang kujalani. Malam yang panjang ini adalah malam awal kembalinya dunia para muslim ke aktifitas normal aku teringat dari kata Al-Hikam, Ibnu atha’ illah As- Sakandari “amal perbuatan adalah bagaikan gambar yang mati dan ruhnya ialah adanya rasa keikhlasan di dalamnya.” (if one star falls every time we make mistake, I bet the sky is dark already now, so let’s lighten it up again by forgiving each other.) semoga.!!
Untuk setiap kesungguhan kita menyapa ramadhan “taqabbalallahu minna wa minkum, shiyaa- manaa wa shiyaa-makum (semoga selalu ada ruang maaf dalam silaturahmi kita).” Setelah bercengkrama dengan keluarga aku bergegas meninggalkan ruang kelurga dan pergi kekamarku dengan di temani perasaan lelah dan bahagia karena bisa berkumpul dengan keluarga huft. serasa melepas beban berjuta ton pikulan di pundak setelah ku hempaskan tubuhku ke atas tempat tidurku dan akhirnya terlelap nyenyak dengan ditemani music syahdu alami yang di sediakan Allah yaitu bunyi jangkrik dari luar jendela namanya di desa semuanya masih alami tidak seperti di kota sebelum tidur masih internetan dan banyak lagi.
……………………………………………….••••••••••……………………………………………
Paginya jam alarm berbunyi keras menunjukkan jam 03.30 waktunya mandi dan sholat subuh, berat sekali rasanya bangun dari tempat tidur serasa bantal yang aku tiduri menghipnotisku untuk kembali padanya dan terlelap tidur, tapi “Bismillah, aku sholat.” Bisikku setelah mandi dan sholat aku kedapur ternyata ibuk sudah masak opor ayam , tempe penyet dan banyak lagi wah serasa air liurku berjatuhan ngeces hehe setelah makan pagi aku mendapat pesan dari Syafira.
Sebelum berangkat tak lupa aku berpamitan ke ibuk dan ayah “buk, aku pamit mau pergi bareng Syafira ke pasar tradisional, udah janji nih mau bawak oleh-oleh ke Jogja nanti senin setelah pulang yaaa.?” Aku setengah berteriak dari dalam kamar dan keluar dari kamar dengan berpakaian rapid an tak lupa jilbab yang senada dengan warna bajuku cokelat penampilan yang simple tapi rapi “iya tapi kesananya pakek apa ka.?” Tanya ibu “pake sepeda pencal peninggalan kakek, hehe.!!” “emang kamu bisa memakainya ta ka.?” Ibuk mulai cemas dan khawatir .
Akupun berlari meninggalkan dapur dan menuju ke tempat penyimpanan sepeda tua belakang rumah ternyata sepeda kakek masih bagus, aku mengeluarkannya dari tempat itu dan sedikit membersihkan debu yang menempel di sepeda kakekku itu sesudah itu akupun mengayuh dengan susah payah dan nafas yang sedikit ngos-ngosan. Selang beberapa menit akhirnya tibalah didepan rumah Syafira “neng Syafira ayo…k.!!” teriakku dari luar halaman rumah Syafira “hemmh tak kira tukang sayur.!!” Syafira terkekeh geli melihatku memakai sepeda peninggalan zaman penjajah ini “ayolah cepat jangan banyak komen deh.!” “iya-iya ayok.” Syafira pun membonceng dibelakangku. Kita harus mengayuh sepeda kadang mendaki, kadang menurun, ketika mendaki kaki sudah tak cukup mengayuh dengan duduk nyantai di sadel “ditambah beratnya Syafira yang berpuluh-puluh ton ini haha.” “ih,Azka” dan harus mengeluarkan urat-urat syaraf melawan tanjakan, terengah, tersengal tapi harus tetap dikayuh. Jika bertemu turun rasanya seperti naik roller-coaster. Wuuuuiiiiih…… setengah berteriak kesenangan.
Angin berhembusan menyapa wajah membuat semburat bahagia, tapi kalau tidak hati-hati ketika menikung maka bisa jatuh dengan rona memalukan yang terpatri diwajah, Syafira berteriak “Azka besok-besok kita naik sepeda aja jalan-jalannya.!!.” “hemmh,enaknya kekamu, sengsaranya ke aku non.” Dengan nada memelas” “hahaha”tertawa lepas “hus perempuan jangan ketawa kayak genderuwo seperti itu.” Rayuku “iya-iya, maap-maap.” “guyon kalik hehe” aku dan Syafira akhirnya sampai di pasar tradisional tujuan utama kami, disana banyak kerajinan tangan, lukisan, makana khas dan baju khas Bondowoso” waw surganya uang” kataku “haah. Surganya uang, bukan mah, tapi surganya pengrajin.” Dijelaskannya Syafira “heeh kata siapa surganya pengrajin, ini mah surganya uang, tempat ini menggiurkan para pendatang untuk mengeluarkan uangdan menukarnya dengan barang incaran haha.” Candaku”hoh katamulah” “hehehmhh” tertawa kemenangan, bisa menipu sahabat sendiri kami berdua pindah dari losmen pedagang 1 ke pedagang lain al hasil banyak yang akan kami bawa danharus menyewa becak untuk mengantarnya kerumah. Kalau difikir Syafira gakkan muat buat membawa semuanya karena tangannya hanya dua hehe hanya seharian aku telah banya memilih untuk dibawa ke Jogja.
Setelah ke pasar tradisional aku dan Syafira melanjutkan perjalanan ke warung lesehan pinggir jalan asik banget hari ini dan puas telah menghabiskan waktu bersama sahabat tercinta. Waktunya pulang..
Sesampainya di rumah aku dan Syafira membongkar belanjaku yang telah sampai duluan “ckckck, apa aja yang kamu beli ka, emang sebanyak itu yang akan kamu bawa nanti.?” Tanya ibuk keheranan melihatku dengan tumpukan belanja yang barusan aku beli “ enggak kok buk, gak semuanya kan buat ibuk,ayah,bibik, dan sanak keluarga yang ada di Jogja aku beliin juga hehe.” “oya fira ini buatmu yang aku pilihin khusus untukmu mohon di terima ya.?” “wah terimakasih” semburat senyum di wajah Syafira. Cumin beberapa langkah dari rumah akupun tiba di halaman yang tampak cukup rapid an asri “assalamualaikum, safwan,safwan..!!!” “waalaikumsalam.”jawabnya. aku sodorkan tas yang berisi barang yang sudah aku beli untuknya “di pakek ya wan. Maaf hanya itu yang bisa aku kasik ke kamu buat kenang-kenangan sebelum aku balik lg ke Jogja hehe.” “ oh pasti aku pakai ka, oya kapan kamu balik ke Jogja.?” “emh hari senin lusa.” “cepet banget gak betah ya disini.?” . “eh gak gitu juga, aku betah banget, aku kesana karena sekolahku disana wan hehe.” “ow begitu hehe” “iya, oya wan aku dan Syafira pamit dulu yaa Assalamualikum” “waalaikumsalam.” Aku dan Syafirapun pamit meninggalkan rumah Safwan.
Sesampainya di rumah aku langsung menghampiri ayah yang sedang sibuk dengan pekerjaannya bekerja keras menanam bibit buah dan pohon di sekitar halaman rumah agar tetap rindang, sehingga jika keluargaku kembali keluargaku bisa menikmati hasilnya “yah, ayah lagi ngapain.?” Tanyaku penasaran “ayah lagi menanam pohon buah supaya jika kembali lagi kesini kita bisa menikmati buahnya” jelas ayah “oh, buah apa saja yah.?” “macam buah kesukaanmu lah kan anak ayah sering makan hehe” “hemph, ayah” “benarkah.?” “iya-iya yah” betapa bahagianya aku dilahirkan di tengah keluarga ini dan memiliki sosok ayah yang kuat, teguh pendirian tak pernah menyerah dan pintar dengan beragam penghargaan yang di peroleh saat mengabdi di perusahaannya dan juga sosok yang membela anak-anaknya dan sangat ingin melihat anak-anaknya bisa tersenyum setiap saat dan akupun bangga dengan sosok seorang ibu yang penuh inspirasi dan sabar dalam mendidik ke-2 orangtuaku ketika mereka tidak menghiraukan celotehku atau permintaanku dan kadang mulut ini ingin sekali membantah segala perkataanya kalau saja aku tidak mengingat firman Allah:
“dan Rabbmu telah memerintahkanmu supaya kalian jangan beribadah kecuali kepada-Nya dan hendaklah berbuat baik kepada kedua orang tuamu dengan sebaik-baiknya , jika salah seorang diantara keduanya atau keduanya berumur lanjut dalam pemeliharaanmu maka jangan sekali-kali mengatakan kepada keduanya perkataan “ah”dan janganlah kamu membentak keduanya dan ucapkanlah kepada keduanya ucapan yang mulia dan rendahkan dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah “wahai Rabbku, kasihilah mereka ber-2 sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku di waktu aku masih kecil.” (Al Isra’: 23-24) pasti aku akan terus berdebat dengan mereka.
………………………………………………••••••••••………………………………………………
Lembayung sore mulai Nampak di kejauhan indahnya terhalang rimbunan daun yang banyak di gunung sana yang pohonnya berdiri gagah dan menjadi incaran para penebang liar, setengah lelah dan ngantuk aku masih terhanyut dalam aktifitas harianku yang jalan-jalan dan menunggu hari untuk pulang kembali ke Jogja. Tiba-tiba sms masuk “Asw, Azka besok kita ikut Safwan yuk ngajar besok suka rela kepada anak yang tidak mampu di desa ini, acaranya akan dilakukan selama 5 hari kedepan kan pas tuh kamu selama disini dan keesokannya kamu udah kembali ke jogja gimana, setuju.?” “hemh, iya aku ikut deh, oya. Kamu yang kerumah besok ya.” “ok”.
Besok adalah hari ke-3 dan tinggal 4 hari lagi aku disini mumpung disini apa salahnya aku buat kesan yang takkan terlupakan yaitu menjadi suka relawan mengajar ank-anak gelandangan yang tidak memiliki pendidikan, yah bismillah.. adzan maghribpun di kumandangkan waktunya sholat. Aku bergegas mengambil wuduk dan sholat berjamaah di musholla kecil di dalam rumah bersama ayah dan ibu setelah itu aku pergi ke kamar dan melakukan aktifitas seperti biasa browsing atau apalah kadang disaat aku sumpek, akupun membaca Al-Qur’an yang sebagai pedoman umat muslim sedunia, setelah banyak yang kulakukan akhirnya aku memutuskan untuk istirahat dan seperti biasanya sebelum istirahat aku cuci tangan, kaki dan meminum susu setelah itu, tidur.
Paginya aku sangat bersemangat karena hari ini saatnya menjalankan tugasku untuk terjun ke masjid tempat anak-anak itu akan diajar dan di beri bimbingan rencana ini di buat oleh aparat desa yang diketuai oleh Safwan dan sukarelawannya yang terdiri aku dan Syafira serta teman dan Safwan, selesai bersiap-siap aku tampil dengan jilbab bulgadok baju krem setelah berpamitan kepada ibuk ayak aku melangkahkan kaki dengan mantap kususuri jalan menuju masjid yang lumayan jauh sih di perjalanan akupun berpapasan dengan Syafira “katanya aku yang ke rumahmu ka.?” “oh iya, aku lupa kamu siiih lama.!!” “hehe.. ya sudah yuk kita langsung ke sana pasti Safwan dan anak-anak lainnya sudah menunggu kita” iya ayok”. Aku dan Syafira berjalan dengan obrolan ringan, setelah sampai di masjid ternyata Safwan dan temannya kepadaku dan Syafira.
“Azka, Syafira kenalkan ini Abi teman tingkatanku di SMU sini.” “salam kenal” jawabku dan Syafira gugup ternyata dia satu angkatan denganku, kebetulan aku mengajar dengan Abi, terkadang perasaan menerubus hinggap dan menggelayuti diri. Bisakah aku memasuki dunia cinta ini sekali lagi.? “hemh, pertanyaan macam apa itu yang membuatku gila seperti ini dan ragu.” Tepas dalam batinku yang menolaknya.
“Assalmualaikum.” Aku dan abi mengawali materi dengan mengucapkan do’a bagi mereka yang berwajah polos tak berdosa. “waalaikumsalam” aku tersenyum dan ucapkan terimakasih meluncur dari bibirku sebagai pembuka keakraban aku dengan mereka. Tertatih aku menyampaikan materi-materi ringan kepada mereka, untung saja ada Abi yang bisa melengkapi kegugupanku meskipun segala kemampuan telah kukerahakan agar mereka tidak jenuh dan bosan dalam menerima apa yang kusampaikan senyum lebar dan wajah ceria aku tampilkan. Tapi, tetap saja masih ada anak-anak yang merasa jengkel kepadaku. Gawat berarti aku belum bisa mengondisikan kelas gumamku dalam hati sambil tersenyum malu kepada Abi yang duduk diam memperhatiakan gerak-gerikku.
Hari kedua lumayan, aku sudah bisa dekat dengan adik-adik komunikasi berjalan baik. Mereka banyak bertanya tentang materi yang aku sampaikan. Pergaulan remaja, masa kecil yang bahagia. Dan sebagainya. Aku jawab hati-hati dan sebisa mungkin membuat suasana tidak tegang dengan proporsi bahasa mereka. Aku dan Abi merasa berhasil hari ini dengan puas aku menceritakan semuanya kepada Syafira. Tak ketinggalan Syafirapun sukses menjalankan tugas dan menang dalam menyampaikan materi bersama Safwan.
Dan hari berikutnyapun seperti hari-hari yang sebelumnya, serta keakrabanku dengan Abi. Ternya dia baik dan rajin Sholat sepulang dari masjid seperti biasa aku pulang dengan Syafira. Selang beberapa menit Syafirapun membuat suasana bungkam menjadi obrolan entah apa yang akan di bicarakan Syafira kepadaku “Azka, aku boleh bertanya kan .?” “boleh lah Fir, emang kamu mau bertanya apa.?” Syafira terasa gugup mengungkapkan suatu hal kepadaku akhirnya dia mengusir kebungkaman ini dari kami “emph.. Azka kamu sukakan pada Abi.?” Pertanyaan Syafira seakan membawa halilintar kepada fikiran dan hatiku, sejenak aku berfikir apakah aku melakukan kesalahan ya Allah, aku tak bisa memendam perasaan dosa ini kepada orang yang bukan mahromku. Apakah aku sudah jatuh cinta.? Segera ku jawab pertanyaan itu “gk Syafira aku menganggap Abi sebagai teman akrabku yang baru aku kenal, kenapa apakah kamu menyukainya non.?” Rayuku, dan sebenarnya aku telah berbohong kepadanya dan kepadaku sendiri..
“iya Azka, begini aku menyukainya karena dia itu perhatian kepadaku, terus orangnya pintar, baik dan taat beribadah. Dan akupun menaruh hati padanya, tapi ka aku takut hal itu dapat merusak hatiku, apa lagi dia bukan mahromku gimana.?” Aku tersenyum dan mencoba bersabar untuk mendengarkan curahan hati sahabatku ini meskipun terasa sesak yang menyelimutiku. Ketika ia sudah menyelesaikan semuan curahan hatinya, maka aku mancoba memberi masukan padanya.
Tidak banyak yang kusampaikan, karena ada gemuruh dalam hatiku ketika Fira menyampaikan kegundahannya jujur, rasa nyeri menyayat ketika aku menyampaikan solusi dan nasihan untuknya, setelah itu kita berpisah di persimpangan jalan komplek. Syafira tersenyum bahagia dengan masukan yang kuberikan “terimakasih ka, solusinya kamu sahabat terbaik. Assalamualaikum.” “waalaikumsalam” kalimat itulah yang menjadi penutup perjumpaan kita karena hari semakin sore aku bergegas pulang dan menyiapkan materi yang besok harus aku ajrkan dan sampaikan kepada mereka malaikat kecil yang tak memiliki dosa.
Sesampainya di rumah ada pesan dari Abi masuk ke ponselku. Smsnya selalu kubaca berulang kali, aku sendiri tak mengerti apa karena aku belum paham dengan perintahnya atau ada hal lain yang aku rasakan, ah. Perasaan aneh ini selalu menghantuiku akhir-akhir ini, ya Allah lindungilah aku dari penyakit hati, tugasku masih belum selesai, pada hari ke empat aku berangkat dengan teman seangkatanku yang juga sukarelawan di masjid dimana aku bertugas, Zahro. Sepanjang jalan. Waktu kami isi dengan guyonan setelah banyak topik obrolan yang kita bahas, akhirnya kita sampai pada topik obrolan masalah pribadi, Zahro mencurahkan isi hatinya kepadaku.
“Azka aku sedang menyukai salah seorang Ikhwan, aku tahu ini memang salah. Tapi, sungguh.! Sulit sekali menghilangkan perasaan ini, ketika rapat acara buka bersama atau sekedar bertemu di jalan dulu. Jujur aku salah tingkah” aku terhenyak, diam, bisu seribu kalimat tak dapat keluar dari mulutku dan tak berkomentar apapun, beberapa saat. Tak banyak yang kusampaikan padanya, karana sekali lagi. Perasaan sakit dan sesak hinggap di dada jelas aku tau pusat pembicaraan ini adalah Abi, selama di tempat mengajarku secara sukarela ini telah kutemukan 3 kasus hati merah jambu yang salah satunya ku alami sendiri, dan semuanya menuju ke satu objek yaitu Abi. Serta semuanya telah membuatku sakit dan sesak, karena kenyataannya akupun terjangkit penyakit yang sama dengan mereka, aku sadar ini dosa dan aku tak ingin dimurkai Allah karena aku berbicara sedangkan aku sendiri belum pernah mengalaminya walaupun hanya 1 kali.
Kutenangkan diri, kutarik nafas dalam-dalam dari kucoba membuka kembali pemahamanku tentang amal, ikhlas dan cinta ”ketika kau ingat dia satu kali, maka ingatlah Allah sepuluh kali. Ketika kau ingat dia 10 kali maka ingatlah Allah 100 kali. Belum tentu dia yang terbaik bagimu, jangan buang waktu dan mengotori hati dengan hal yang belum pasti dan yakinlah bahwa Allah akan memberi yang terbaik bagimu.” Kalimat itulah yang selalu kusampaikan pada orang-orang yang mencurahkan masalah hatinya padaku dan sebenarnya aku mengatakan itu semua untuk diriku sendiri, Rabbi, beri aku kekuatan untuk senantiasa menjaga hati, beri kekuatan padaku untuk menjaga hatiku dari kepalsuan dunia dalam fikiran berkecamuk seakan batinku menghujam. “hey, ada cinta lain yang hadir. Cinta yang tak sepantasnya untuk di berlarut-larutkan dan mungkin itu adalah hal yang bisa mengotori hati.” Perasaanku berkata lirih.
Menjelang hari terakhir aku menjalani rutinitasku bersama mereka entah apa yang aku rasakan disaat berdekatan dengan Abi teman sepatnerku “Azka, sudahlah focus,focus,focus.” Tolakku dengan batin aku mencoba rileks mungkin bersamanya karena tidak mungkin aku memiliki perasaan yang sama dengan sahabat-sahabatku yang lain “ka, kamu kenapa dari tadi kayak yang bingung sendiri.?” Pertanyaan Abi membuyarkan semuanya “hemmh… nggak ada apa-apa kok Bi hehe.” Aku dan Abi meneruskan pembelajaran sampai pada waktunya “aku gak bisa membohongi perasaanku sendiri terhadap dia (Abi) sahabatku sendiri, dia harus tau aku harus jujur. Ya… Azka kamu harus jujur apapun resikonya jujur itu lebih baik daripada begini, berapa banyak dosa lagi yang akan timbul.” Kebingunganku meresahkan diriku sendiri entah mengapa.? Waktu hari ini serasa lambat sekali Syafira mengajakku pulang “ka, ayok pulang entar kemalaman lagi besokkan musti pagi sekali, kan besok perpisahan sama anak-anak panti dan besok kamu terakhir disini ka ayok..!!!” “oh yaudah aku duluan ya, emh tadinya aku mau cerita tentang hal yang sangat spesial ke kamu. Tapi ya udah besok ajadah Assalamualaikum ka.!” Jawabnya sambil mengakhiri percakapan “waalaikumsalam.” Hari semakin petang tak terasa tugasku sudah kelar “humph akhirnya.” Aku beranjak pergi dan pulang selang beberapa langkah dari depan pintu, ada sesuatu yang mencegatku “Assalamualikum ka.?” Suara yang aku kenal “waalaikumsalam bi.” Ternyata Abi yang aku kenal “eh ka kamu ada waktu nggak.?” “ehm nggak bi ada apa yaa.?” “kalau kamu bisa, bisa kan ikut aku sebentar ke tepian danau dekat pesantren ini. Penting ka. Aku mau minta pendapat kamu, mau kan.?” “iyya” aku dan Abi berjalan sejajar, badai beserta gemuruh seakan ada dalam hati ini, apa ini ya Allah dosakah aku memiliki perasaan ini.?
Sesampainya di tepian danau dengan cahaya yang mulai redup pertanda hari mulai sore aku dan Abi terdiam tak ada yang memulai perkataan “emh, oya. Bi sebelum kamu cerita apa masalah kamu, bolehkah aku bertanya.?” Mencoba membuka pembicaraan “ ya ka kamu mau bertanya apa.?” Tanya Abi seolah mengorek jawaban yang akan aku lontarkan. Perasaanku sedingin es di kutub sana menunggu cair dan bahagia seolah hari ini aku mengaduh nasib entah mati ataupun hidup hemh.. “mungkin.. dosanya aku bilang seperti ini ke kamu bi, tapi perlu kamu tau kalau aku telah salah memiliki perasaan yang tak seharusnya aku ungkapkan. Intinya…. Aku.. suka kamu bi.” Ya Allah serasa aku terbakar dengan mengucapkan kalimat itu, ya Allah dosakah aku.?
Kami terdiam, aku tertunduk di depan Abi seakan aku tak ingin melihat wajahnya “ka, Azka..” panggilnya dan dia mengeluarkan setangkai mawar merah dan ditangkainya ada kertas ucapan disodorkannya mawar itu ke depan wajahku. Aku baca kertas itu.!
“Assalamualaikum Akhi, berdosakah aku memiliki perasaan ini padamu, aku tulus menyatakan ini padamu mungkin cinta yang lewat di selembar kertas ini tak seputih dan sesuci cinta siti Khadijah kepada Rosulullah, aku mohon kamu mengerti bisa apa aku dengan terleburnya perasaan ini apakah aku harus menghentikannya.? Salahku adalah kenapa aku jatuh cinta.!(Syafira)
Setelah aku baca, aku tersadar orang di depanku tak baik untuk aku miliki, aku bodoh.. bodoh siapa sih kamu ka lancang banget nyatain perasaan haram ini ke dia, dia buat sahabatmu bukannya buat kamu. Tak terasa tetesan itu jauh dengan sendirinya aku tetap terdiam seakan hari ini tak berarti lagi buatku, salah tingkah bicara sendiri. Berkhayal yang terbaik inikah jawaban yang aku harapkan “maaf ya biaku telah lancang nyatain ini ke kamu. Emh.. a..aku pergi dulu ya.!!” Beranjakku dari tempa tadinya aku berdiri dengan berlari, hari itu aku ingin cepat sampai dirumah dan membugem gulingku sampai hancur… hancur.. “ka.. tunggu.!!” Teriaknya Abi tapi aku tak menanggapinya aku berlari sekencang mungkin agar cepat sampai dirumah sesampainya di depan rumah aku mengusap air mata yang tak perlu orang lain tau. Akupun memasuki halaman rumah dengan perasaan malas “ka, darimana aja kok sampek sore gini.” ”emh, tadi masih ada tugas tapi Alhamdulillah udah selesai semua oya bu, tadi bu sunar nelvon katanya tadi di sekolah ada kegiatan mendadak. Besok kita pulang ya bu.?”.
“kalau itu sudah keputusanmu yang terbaik iya besok kita pulang” “emh” “sana gih mandi, sholat lalu istirahat.” “iya bu” aku berfikir keras, bodoh banget iya. Sedetik saja aku udah memalukan mana harga diriku udah di injek-injek “kenapa harus gini.?” Tanyaku dalam batin yang tak menemukan seorang penjawab “besok aku pulang, dan semuanya akan membaik dan tak ada orang lain yang harus di salahkan dengan apa yang terjadi hari ini, ini semua salahku.. hem Azka, Azka konyol banget kamu.” Celotehku..
Setelah selesai sholat aku langsung istirahat. Sebelumnya telah kusiapkan matang-matang barang-barang yang akan dibawa pulang ke Jogjakarta kulihat kesekeliling sudut kamar “entah apa yang aku dari sini serasa ada yang kurang perasaanku menelaah mencari hal yang hilang” “ah mungkin.?” Tepisku malampun memainkan sandiwaranya dengan cerita yang amat panjang, mimpi-mimpi seakan menjadi sejarah lampau manusia yang takkan bisa terpecahkan beribu teka-teki di dalamnya.
………………………………………………••••••••••………………………………………………
Pagipun tiba, saatnya pulang ke peradaban kota Jogjakarta, serasa baru kemarin disini “ka, ayok kita udah diluar ni.!!” “iya, aku pulang.yes.” aku seakan lupa dengan apa yang terjadi kemarin, terserah sejarah akan menganggapku cemen tetapi ini cerita hidupku, aku yang memainkannya. Sebelum aku menoleh ke depan gerbang ada sebuah suara yang memanggilku “Azka.” “Syafira.!!” “kok udah mau balik.? Gak betah disini.?” “emh.. gak kok, aku betah disini, disini tempat kelahiranku masak gak betah ra.. aku balik karena di sekolah ada acara mendadak jadinya aku buru-buru pulang ke Jogja. Bakalan kangen ni ke kamu ra.” Ku pelik dia, walaupun sesak di dada kembali menyeruak di perasaan ini humph. “apa sih ka, dia sahabat kamu, masak kamu cemburui ih, dosa.dosa….” kikirku “ayok ka, nanti keburu siang. Ketinggalan bus loh.” “emh iya bu.” Dn akupun mengakhiri percakapan kami “ iyadah ra..kamu bisa telfon atau sms aku kok, nomorku tetep ra.” “iya,hati-hati ya ka.” “ok” setegar mungkin aku tersenyum kepada dia yang telah dipilih dan akan terpilih sebagai jodohnya.
Mobilpun perlahan meninggalkan pekarangan rumah, kuliaht jalan setapak yang kemarin aku lewati dengan perasaan hancur lebur. Betapa kecewanya aku tapi apalah ini adalah kisah yang kulewati dan ambil hikmahnya.. sesampainya di terminal, ibu langsung memesan tiket dan langsung menaiki bus tujuan Jogjakarta, aku merasa salah sangat bukan cumin lelah fisik tapi juga hati.. “ci..ileh Azka kenapa lebay gini sih hemh, serahkan semuanya kepada Allah.” Gerutu dalam hati, buspun mulai bergerak maju serasa hari ini adalah awal kembali hari yang baru. Perasaan baru, fikiran baru dan semuanya di perjalanan ku pandangi luar jendela serasa pohon-pohon di pinggir jalan berlarian menghampiri atau menjauh hemh.. lelah mata memandang akhirnya terlelap juga di pundak ibu tercinta.
“ka.. Azka.. bangun nak sudah sampai,” mataku serasa buram seakan semua benda menjadi dua. Ku gosok-gosok mataku dengan ke2 tanganku “hemh.. udah sampai bu.?” “iya ayok turun “ternyata udah sampai hemh.. ibu dan aku melihat kesekeliling terminal mencari bapak “wah itu bapak bu.” “oh iya” kami berduapun menghampirinya “kok udah pulang? Katanya masih nanti sore.” “iya tadinya memamang mau pulang sore, tapi Azka ni pak di telfon sama gurunya soalnya di sekolah ada acara mendadak katanya.” “ouh.. ayok gih pulang.” kami bertiga bergegas masuk kedalam mobil dan pulang . serasa remuk semua ini tulang hemh.. di perjalanan kulihat kesekeliling perjalanan kota Jogja tak ada yg berubah semua tetaplah sama dengan kemarin yang aku tinggalkan “tik.tok, tik tok..” bunyi handphone.
Aku buka pesan temanku namanya Rifia dia teman sekolahku disini,di kota ini. Message (Rifia “Assalamualaikumm Azka, mau pulang kok gak bilang-bilang kan aku bisaikut jemput ke terminal.?” Aku “Waalaikumsalam Rif, hehe aku buru-buru pulangnya soalnya bu Sunar tadi nelfon, jadinya aku pulang deh.” Rifia “emhiya aku yang telfon sama bu Sunar, tapi anehnya gak biasanya kamu di telfon sama guru dan ada kegiatan mendadak di sekolah biasanya kamu paling gak antusias tapi kenapa sekarang..??” aku “ah..gak biasa aja kok.. ya udah ceritanya lanjutin besok yaa di sekolah assalamualaikum Rif.” Rifia “hemh. Ya udah waalaikumsalam.”) ku akhiri percakapan antara aku dan Rifia, setelah beberapa lama perjalanan akhirnya sampai juga di rumah tercinta. Hump ku masuki halaman rumah dan berlari tak sabar menuju kamar kesayangan, setelah sampai di dalam kamar huft.. akhirnya sampai juga hehe terkekeh sendiri, kulihat kesekeliling kamar tetap rapi seperti dulu yang pertama kali aku tinggalkan “besok akan kumulai kembali dengan semangat..” bisikku dan terlelap di pangkuan sang bantal empuk beserta teman-temannya (guling, selimut dan banyak lagi hehe)
Sorenya ku bangun dari nyenyaknya tidurku dan ting,tong ting,tong ku bergegas keluar kamar dan mencoba membuka pintu tapi sayangnya sebelum pintunya di buka eh, keduluan di buka dari luar “duuh” rintihku sakit kejedot pintu. “eh… ka kamu gak papa.?” “ih sakit tauk Rif.” Rifia merangkul tanganku dan menuntunku ke sofa ruang tamu “hemhh, ada apa kok mendadak datang kesini Rif.” “what, mendadak aku udah beribu-ribu kali ngasik kabar ke kamu kalau aku mau kesini humph.” “sms.?” “yo.i” “tunggu” aku bergegas mengambil handphone ku di kamar eh ternyata bener 10 panggilan tak terjawab 25 sms masuk 24nya sms Rifia satunya sms asing, asing.? (abi) “hah…. Ngapain dia sms tanpa aku baca, aku langsung menghapusnya.” Dan akupun kembali ke ruang tamu bercakap dengan Rifia “eh, ka mana oleh-olehnya masak kamu gak bawak oleh-oleh satupun dari sana.?” “oh kamu kesini nyari oleh-oleh bukan kangen ke aku.?” “bukan gitu.. hehe aku kangen kok ke kamu.” “heh, alesan lu iyya tunggu.” Akupun mengambil bungkusan yang satu khusus buat Rifia “ni..” “hehe makasih,” “oya Fina mana kok gak ikut Rif.?” “hemh.. dia lagi nganter mamanya ke pasar katanya kangen-kangennya besok di sekolah” dasar itu anak.” Banyak hal yang diceritakan Rifia dari mulai kesan-kesan liburannya sampek suasana-suasana Jogjakarta kalok gak ada aku.. hemh memang Rifia adalah sosok periang, baik, gak membosankan pokoknya. Aku beruntung memiliki teman sebaik dia “hemh, Azka aku pamit dulu yaa mamiku sms ini disuruh pulang cepet-cepet soalnya diruamh gak ada orang. Kita lanjutkan besok di sekolah yaa Assalamualaikum.”
”ok, waalaikumsalam” dan Rifiapun bergegas pulang dengan menaiki angkot setelah Rifia pergi akupun langsung bergegas pergi ke kamar, merapikan tempat tidurku dan tatapanku berhenti dimeja belajarku aku lihat buku yang lama banget tak aku buka, ku duduk dan aku buka dayri hemh tak kira apa setelah ku buka. Kenapa ingin sekali ku mengisinya dengan berbagai cerita lalu kutulis sebuah kalimat motifasi yang sekiranya membawa semangat baru buatku. (Kemarin adalah pelajaran, sekarang adalah tantangan), kata itu yang ku suka. “ka.?” Panggil ibukku “iya bu, ada apa.?” “sudah sholat ashar belum.?” “belum hehe.” “hemh sana gih mandi lalu sholat setelah itu anterin ibuk ke pasar. Kalok gak ada kita ke swalayan aja” “iya” “cepetan gih” “iya ibuk.” Akupun mandi, sholat dan ganti baju tak lupa hijab hehe.. “ayok buk” “iya.”
Di depan rumah aku dan ibuk menunggu angkot untuk pergi ke tempat tujuan, sampainya di swalayan ibukku berbelanja dengan mencari bahan-bahan yang telah di incarnya, akupun membuntutinya dibelakang. Sampai selesai dan langsung pulang sampainya dirumah hari sudah menampakkan gelapnya tandanya malemlah. Masak pagi, setelah selesai sholat maghrib acara makan malampun tiba banyak hal yang diperbincangkan di atas meja makan. Dari mulai pekerjaan ayah sampai urusan sekolahku, ternyata seru banget membahas masalah sekolah dengan orang tuahat yang sekiranya kita gak salah jalan dan bergaul sehingga aku sebut keluargaku adalah teman curhatku , setelah selesai nonton tv bareng dengan ditemani cemilan yang begitu gurih nyumy. Sesudah kenyang 8istirahat dikamar masing masak iya, udah gede kayak gitni masih mau tidur sama orang tua kan malu..
Pagi cerah banget yah seperti inilah suasana Jogjakarta , ramai tapi masih ada sisa-sisa sejuknya bergegas mandi menyimpan seragam pagi mengucapkan salam dan naik angkot menuju sekolah. Sekolahku adalah SMA 1 Jogjakarta bukan faktor itu sih tapi tak apalahlahyang penting dapet ilmu dan pengetahuan. Angkot yang kutumpangi cukup penuh “pagi-pagi udah gerah.” Hump sesampainya di depan gerbang harus masih berjalan ke gerbang, di depan gerbang harus masih berjalan ke gerbang putri, huft capek bin gerah itulah yang kurasakan setiap pagi, kulangkahkan kaki dengan khidmat dan seperti biasa di depan gerbang masih mencium tangan guru-guru putrid tanda hormat dan baktinya kami kepadanya,
Setelah selesai kulangkahkan kaki menuju kelas “ooo… ci’iming dicari-cari ada disini” “hemh..aku baru dating capek tauk.” “halah biasa aja ka kamu kan sudah terbiasa.” “terbiasa, apanya 1 bulan lebih liburan gak terbiasa itumah namanya. Gempor tauk.” “haha Azka aku kangen kamu” Fina memelukku dengan erat sampai sesak banget rasanya.”huft.. sudahlah aku kehabisan nafas Fin.’ Kulepas dekapannya hemph “oya, ka di area cowok ada anak baru loh.” “terus.apa ngaruhnya ke aku .?” “yah nagaruhlah kapan lagi kamu deket sama cow, setahuku kamu jomblo terbaik, ayok dong kali ini aja yaa..” “ gak apaan sih Fin, kamu aja yang ngedeketin dia, toh aku masih banyak urusan hukumanku belom kelar hemph.” “hukuman apa emang.?” “hukuman gara-gara gak masuk 3 hari pesrom.” “haha alah kamu kan kebiasaan tenang-tenang aja meskipun dihukum.” “ih.. sekarang mah beda, aku kok jadi takut gini yaa Fin” ‘ halah gak usah takut bukan cumin kamu kok yang di hukum banyak anak-anak yang gak masuk.” “iya ka, tenang aj.”
Kamipun bergegas memasuki kelas “assalamualaikum” “waalaikumsalamka.” Semua serasa bahagia hemh bel pun berbunyi pertanda aktifitas belajar mengajar akan segera dimulai. Mata pelajaran pertama Ekonomi faforit banget sam gurunya P.Triboyo baik. Bijaksana, lugas dan semuanya deh. Biasanya jurusan IPS yang di lingkungan sekolah ini katanya terkenal nakal tapi perasaan jurusanku baik-baik semua hehe aku mengikuti semua mata pelajaran yang di terangkan di papan tulis a’ istirahat langsung ah ke ruang guru buat nagih hukuman yang akan diberikan kepadaku. Sebenarnya males yah buat kebaikan lah dan biar cepet selesai.” Fikiranku ngelantur kemana-mana bel istirahatpun berbunyi,dengan tergesa-gesa aku berjalan melewati koridor setiap ruangan eh maksudnya setiap depan ruangan”bruk” aku menabrak sesuatu dengan keras.
Kulihat sejejeran buku terjatuh berserakan di lantai kulihat perlahan-lahan kedepan. Ternyata yang kutabrak anak IPA cew langsung aku bantu dia untu berdiri eh malah apa balesan dia, “heh, kalok jalan itu liat-liat jangan celingak-celingukan dong.”sewotnya cew ini “emp.. iya-iya map-maap” “gak usah aku gak perlu bantuanmu.” Cewek jutek ini memandangiku aneh “oh kamu anak IPS pantesan kayak gak punyak aturan.” “maaf yaa mbk, saya sudah minta maaf dan mencoba santun sama samean, kalok kayak gini yaa makasih dah.” Ku tinggalkan cewek jutek ini dengan penuh kesal dan kembali focus tujuan menuju ruang guru, belokan pertama tadi menyebalkan”siapa sih cew itu.?” Aku memikirkan kejadian tadi dan tibalah di depan ruang guru dan kutemui wali kelasku B.Damai “assalamualaikum” “waalaikumsalam” jawab ramah semua guru yang ada di dalam ruangan.”cari siapa nak.?” “emh, cari B.Damai bu dimana ya bu.?” “oh,itu nak.” “makasih bu” langsung aku cium tangan wali kelasku yang paling hati ini. “ Bu kan saya belum” menyelesaikan kalimat eh B.Damai udah tau kenapa aku menghadap. “iya ibu sudah tau kamu kesini nagih hukuman kan,?” “hehe iya bu.” “hemh.. kenapa gak masuk.?” Banyak hal yang aku sampaikan sejujurnya semoga B.Damai gak menganggap penjelasanku sebagai alasan saja amii ya Allah “oh gitu” iya bu” “jadi hukumannya bersihin lep IPS selama satu minggu “ “hemh,” “kenapa kurang.?””nggak kok bu gakdah bu. Assalamualaikum” “waalaikumsalam” kuseret langkah berat-barat “baru kali ini seumur-umur aku di kenak hukuman hemh nasib dah.”bersihin sih gak papa tapi yang membuat aku males harus lewat kelas cow dan koridor lep IPA huh la bismillah dah, ku berjalan menuju kantin buat ngeluapin rasa laper, dahaga, dan jengkel hari ini “Azka gimana.?”apa hukumannya .?” “hemh gimana apanya.? Hukumannya bersihin lep IPS selam satu minggu.” “Fin ternyata bakalan terjadi kenyataan ni doa kita, Azka bakalan deket sama salah 1 cow “ “iya Rif hehe” “ih, apaan sih kalian temen susah malah cow terus yang dipikirin “oya temen-temen tadi aku gak sengaja ngebentur anak IPA cew huh.. dia ya cek juteknya, aku pengen tau sapa ya namanya.?” “eh jangan-jangan Reisa” “hah..Reisa gak mungkin Rif” “Reisa siapa itu.?” “hemh kayak gini ni kalok gak pernah keluar kelas kuded.” “weh aku di bilang kuded hemh iyalah teros siapa tu yang kalian sebutin.?” “Reisa itu anak kepala sekolah dia cantik,putih, tinggi pokoknya popular deh di kalangan cowan.” “hemh ya teros ..” “dia ya ka.. paling disegani sama guru dan teman kita gak ipa atau ips” “hemh ya sudahlah setenar apapun dia aku tetap laper makan yuk mbak.?” Aku memesan makanan dan melahap penuh semangat, udah keroncongan dari tadi gara-gara dikasik hukuman sama B.Damai.
setelah itu bel masuk berdering kembali dan seperti biasa setelah pulang sekolah membersihkan lep IPS selama satu minggu di mulai dari sekarang hari ini juga .. kuseret langkah kaki tak bersemangat melewati koridor yang sudah lenggang dari aktifitas siswa satu koridor lagi aku lewati lalu sampai deh tak disangka tiba-tiba pintu koridor di sebelah le pips terbuka secara mendadak “bruk” “eh maaf-maaf” buram dan bau minyak kayu putih menyeruak di hidungku buka pandangan ku melihat kesekeliling “eh. Dimana aku.??””kamu ada di lep ipa” “hah,” lalu aku turn terburu-buru dari tempat tidur karena langsung ku ingat tugasku membersihkan lep ips belum selesai “duh gawat” “apanya yang gawat.?” Tak kutanggapi dia yang menyeloteh sendiri, entah siapa yang menolongku mau keluar “eh.. siapa nama kamu.?” “Azka, makasih udah nolong aku” “aku” akupun pergi ke koridor sebelah tanpa harus tau siapa dia yang membenturku terus menolongku halah biardah.. setelah selesai semuanya aku langsung pulang naik angkot langgananku.
Sesampainya dirumah kuletakkan sepatu di rak sepatu dan langsung menuju kamar.. “hemh masih sakit kepalaku entah siapa tu cow.?” Alah dosa-dosa ka udahlah aku laper “cuci kaki tangan ganti baju terus sarapan sesudah sarapan lalu sholat dan istirahat sore. Bangunnya seperti biasa bersepeda kelilingkomplek hampir belok di gang pertama “Azka.” “hah, siapa.?” “aku, yang tadi lep IPA” “oh, kok bisa kenal.?” “ kan tadi kamu yang bilang kalok namamu Azka yak an,?” “oh iya ya kamu>?” “kenalin namaku kinan.” “emh salam kenal, ku katupkan ke dua tangan tanpa berjabat tangan dengannya.” “mau kemana nih.?” “gak cumin keliling kompleks aja ni nan kamu mau kemana.?” “emh,, gak niiaku lagi buang sampah kebetulan rumahku deket sini mampir dulu gih.?” “emh iya, makasih kapan-kapan saja” “oo ya sudah” “assalamualaikum” “waalaikumsalam hati-hati ya ka.?” “J” akupun melanjutkan perjalanan “ternyata namanya Kinan.” Setelah sampai di rumah aku parker kembali sepedaku di dalam garasi sudah seharian bermain sepeda.gerah juga ternyata.
“enaknya minum apa yaa.?” Ku obrak-abrik si kulkas mencarisesuatu yang segar agar bisa melepas dahaga akhirnya ku putuskan siang ini enaknya makan eskrim.setelah melepas dahaga dan istirahat buat sejenak , enaknya nonton telivisi “hemh Azka kamu bauk kecut pasti belum sholat ashar.? “sudah kok, bentaran buk aku mandi kok hehe” setelah istirahat sejenak lalu mandi dan seperti biasa belajar karena aktifitas sekolah sudah di mulai kembali belajarpun juga aktif dan dilakukan kembali. 1 menit benar-benar di fokuskan untuk belajar setelah selesai aku sms teman-temanku “Rif lagi apa.?” “Azka aku lagi ngebantu mami nii buat kue kamu.?” “ aku lagi nyantai-nyantai aja nih.” Panjang lebar sampai malampun tiba.
Paginya paginya di sekolah seperti biasa aku dan teman-teman berbincang-bincang di depan kelas banyak hal yang seru menjadi bahan perbincangan hemh.. “Azka kamu di panggil sama pak.Ilham” “ ada apa emnagnya.?” “aku juga gak tau” Rif-Rif ikut aku yuk ke ruang pak Ilham” “iya ayok” akupun bergegas menghapiri ruangannya setelah beberapa langkah tibalah di depan mejanya. “iya pak ada apa.?” “Azka tugasmu belum selesai kemana kok telat ngumpulinnya.” “emh ketinggalan pak besok insyaallah akan saya kumpulkan” “iya secepatnya ya.?” “iya,iya pak.’ “ya sudah” “assalamualaikum” “waalaikumsalam” setelah itu aku kembali dan tibalah jam pulang setelah selesai membersihkan lep ips di depan gerbang “hay ka” “hay kin ada apa.?” “kamu mau pulang.?” “iya niilagi nunggu angkot” “emh nebeng yuk’ “ah nggak makasih” “oh ya udah aku duluan yaa” “iya” dan tak lama Kinan pergi angkotpun datang “ayok non” “iya mang, kok telat.?” “masih narik penumpang ke pasar non.”
Angkot pun berjalandan tiba-tiba saja bannya meledak bocor”hah apes-apes” “gimana nih pak.” “kenapa pak.?” Tanya kakakkelas yang kebetulan searah dengan ku, dia naik angkot juga tapi beda angkot denganku “ini bocor” “ouh” terlintas tatapanku dengank tatapa kaka itu bertemu, entah apa yang menyelinap dia-diam “ka, kamu gak kenal kenapa harus cari kasus lagi dengan amplop merah jambu sih”
Tepasku dalam diam “kapan selesainya mang.?” “sebentar lagi non” setelah selesai angkotpun berjalan kembali di pertigaan ibukku sudah menunggu “buk maaf jadi nunggu lama.” “iya ibuk tau kok kenapa lama ban angkotnya bocor kan.?” “ko tau.” “tadi ada anak cowok bilang kalok angkot yang di tumpangi kamu bannya bocor” “siapa.?” “gak tau juga ibuk” “kayaknya kelihatan anak cow itu baik loh ka.” “hemh” akupun bersama ibuk bergegas pulang di tengah perjalanan ada seorang cowok yang jalan kaki ibukku tersenyum ramah kepadanya tak lupa kelaksonpu di bunyikan, cow itu menundukkan tersenyum menandakan kata iya ku lihat sekilas “loh tadi dia kan kaka kelas yang tadi.” “ituloh ka yang ngasik tau ibuk.” “oh kaka kelas itu bu,?” “iya” aku kagum kepadanya selain santun, baik, mungkin juga sederhan dan semangatnya pun juga pantas di acungin jempol. Sudah Azka jangan lagi kasus amplop merah jambu itu terjadi.. sudah-sudah.. ceritaku sekian sampai di sini tanpa lanjutan menurutku cinta itu hanya demam flu yang kapan saja menghinggapi stiap orang dan kapanpun bisa sembuh dan hilang.. biasan indah semata, maka Azka berjuang dalam kejombloannya.
Tak ingin terlibat dalam kepalsuan rasa. Semoga dia yang masih jauh dan masih tergenggam hatinya oleh-Nya, tetap menjaga ke hati-hatiannya dalam rasa yang tak biasa dalam kestatusan halalnya, yang akan dia bawa dalam cerita bersama hati ini yang selalu menunggunya dalam kesendirian tanpa cinta sebelumnya. No caption.!
Ajaran Teladan Tentang Syukur[1]
Tidak mudah bagi kita untuk menanmkan rasa syukur dalam kehidupan apalagi menanmkannya dalam hati. Seolah-olah berat untuk mengkonsistenkan rasa itu kedalam hati, apalagi tanpa bekal cara pandang positif, seperti yang sudah kita bahas pada hal-hal sebelumnya bukan hanya bentuk fisik saja sebuah ujian hadir akan tetapi ujian dapat hadir dan dirasakan sangat melelahkan jika sudah menyangkut pautkan dengan hati. Ya, ujian hati tak pernah selesai dibahas karena hati yang dimiliki manusia sangatlah sensitive jika diamati lewat kaca sebuah rasa. Syukur adalah cara yang cukup ampuh untuk mengantarkan kita pada kebahagiaan hidup yang sesungguhnya. Disamping itu, syukur juga merupakan sikap yang sangat dicintai oleh Allah Swt., dan telah diteladani oleh para nabiyullah.
Rasa syukur telah membuat Rosulullah Saw. Bebas dari kemalasan, lalai, bahkan arogansi sebagai seorang pemimpin umat. Rasa syukur telah merendahkan hatinya, menjadikannya arif serta bijaksana. Rasa syukur telah menjadikannya kian dicintai oleh Allah Swt., kerabat, para sahabat, dan ummatnya. Disitulah, sebenarnya letak nilai dan kualitas personalitas beliau yang tak ternilai harganya.
Sesungguhnya, pengertian rasa syukur sangatlah luas. Bukan semata mendapat kenikmatan lantas kita mengucapkan Alhamdulillah. Rosulullah Saw, mengajarkan kita untuk lebih mengerti makna syukur dalam berbagai hal. Bukan hanya berbentuk ucapan verbal, melainkan juga pada implementasi spiritual melalui cara pandang dan akhlak. Rasa syukur seperti ini jauh lebih bernilai dan sesuai dengan maksud-maksud Allah.
Dalam hal ini, Ibnul Qayyim merumuskan tiga konteks syukur kepada Allah Swt., yaitu:
Bersyukur melalui lisan, yakni berupa pengakuan dan pujian, misalnya mengucapkan Alhamdulillah atau ucapan terima kasih lainnya serta bertasbih kepada Allah Swt.
Bersyukur melalui hati dalam bentuk kesaksian dan kecintaan. Rasa syukur ini termasuk ungkapan syukur dalam tingkatan yang lebih tinggi, sebab melibatkan emosi spiritual seseorang. Seseorang akan memaknai segala hal yang diperolehnya dari Allah Swt. Dengan keikhlasan dan kegembiraan hati.
Bersyukur melalui seluruh anggota tubuh dalam implementasi akhlak. Seseorang yang bersyukur dalam tahap ini akan menjadi pribadi yang santun, arif, dan menghargai setiap keadaan yang dialaminya. Segala hal yang diberikan oleh Allah Swt. Untuknya tidak lantas mengubah kepribadiannya yang bersahaja, perangainya yang baik, kesantunan lisannya, dan lain sifat baik lainnya.
Oleh karena itu, implementasi rasa syukur memiliki beragam bentuk. Segala perbuatan maupun ucapan yang bertujuan baik dan ditunjukkan kepada orang lain maupun Allah Swt. Setelah diri kita mendapat kebaikan termasuk bentuk rasa syukur. Sebab, pada dasarnya, rasa syukur adalah wujud ketakwaan dan keshalihan diri. Itulah sebabnya, Rosulullah Saw. Mendedikasikan diri secara total untuk taat dan tunduk kepada Allah Swt. Semua itu merupakan implementasi rasa syukur beliau kepada Allah Swt. Alangkah indahnya makna syukur.
Rasa syukur tidak hanya berupa etika, tetapi juga bentuk latihan untuk membebaskan diri dari pamrih dan kufur nikmat. Seseorang yang dilimpahi nikmat oleh Allah Swt. Namun ia tidak menghaturkan rasa syukur, bersikap tulus, welas asih, serta selalu merasa tidak puas dan suka mengeluh maka sesungguhnya ia adalah orang yang merugi. Allah Swt. Telah menutup mata hatinya dengan kabut gelap. Sehingga, ia tidak merasakan nikmat rasa syukur yang sesungguhnya.
- Cara Pandang Yang Tepat
Cara pandang yang tepat adalah cara pandang yang jauh akan hal-hal negative, jika cara pandang sudah lebih banyak hal-hal negative daripada positifnya, maka akan lahir energi-energi yang dapat membahayakan diri sendiri maupun orang lain. Pikiran negative tersebut akan membuat kita berada dalam penderitaan. Dalam hal ini, energi negatif bagaikan seekor kuda yang lepas kendali. Ia bisa membunuhmu orang dengan satu kali tendangan saja. Ada beberapa poin untuk menumbuhkan cara pandang yang tepat dalam berbagai hal yang sedang kita hadapi dalam kehidupan ini diantaranya:
Tidak Terlalu Sibuk Mengurusi Urusan Orang Lain
Seseorang yang sibuk mengurusi urusan orang lain bagaikan benalu pada sebatang pohon. Orang seperti itu tidak akan membuat kita merasa tentram. Dalam hal ini, urusan yang dimaksud tentu saja hal-hal yang bersifat negatif, seperti bergunjing, mencari-cari kesalahan orang lain, menyebarkan aib, dan mengomentari gerak-gerik mereka. Sikap tersebut memicu kehadiran energy negatif dalam diri kita.
Bagaimana tidak? Orang yang sibuk mengurusi urusan orang lain akan selalu memata-matai atau bahkan ikut campur dalam suatu masalah. Bila orang lain mendapat kebahagiaan, maka ia akan sentiment dengan kebahagiaan itu. Ketika orang lain mendapat kesedihan, ia akan merasa senang dan menyalahkan orang tersebut. Ia akan selalu menanyakan pendapat orang lain atas masalah dan keadaan yang dihadapinya dan tak akan pernah puas atas pendapat itu. Terlebih, ia tidak pernah merasa bersyukur atas keadaan dirinya sendiri.
Jadi, berhentilah menjadi orang yang sibuk mengurusi orang lain. Sebab, sikap tersebut tidak bermanfaat dan justru merugikan diri sendiri. Seseorang yang selalu mengurusi urusan orang lain tidak akan pernah tentram dan tenang dalam hidupnya.
Menyibukkan Diri dengan Kegiatan Positif
Menyibukkan diri dengan kegiatan positif akan membantu kita untuk berpikir positif. Kita akan menjadi orang yang lebih inovatif, orientatif, dan kreatif. Hal itu disebabkan karena orang yang selalu melaksanakan hal-hal positif akan selalu berpikir jernih. Ia mampu menyusun langkah-langkah strategis untuk masa depan. Ketika dihadapkan oleh suatu masalah, ia tak hanya memusatkan perhatian pada masalah yang dihadapi, tetapi juga pada solusi dari masalah tersebut. Kegiatan positif yang dilakukannya menghasilkan nilai-nilai positif dalam dirinya.
Ketika suatu permasalahan dipikirkan dan dirasapi melalui emosi, terlebih bila masalah itu adalah masalah orang lain yang sangat sepele dan tidak penting bagi kita, maka sesungguhnya kita telah melakukan hal yang sia-sia dan merugikan diri. Hal itu hanya mempercepat tumbuhnya pikiran negatif dalam diri kita.
Berlomba-lombalah dalam kebaikan dan perbanyaklah amal! Bentuklah kualitas diri kita dengan sebaik-baiknya! Lahir dan batin yang positif akan mempermudah kita menyelesaikan masalah hidup. Apa pun jenis persoalannya, dengan cara pandang yang positif, kita akan merasa tidak sendiri, gelisah, maupun mengeluh.
Membangun Kekuatan Spiritual
Kekuatan spiritual merupakan hal penting yang harus kita miliki. Itulah sebabnya, setiap orang harus membangun kekuatan spiritual. Kepercayaan kepada Allah Swt. Akan memberi cahaya pada lahir maupun batin seseorang. Keyakinan akan adanya Allah Swt. Adalah kunci kedamaian hati, ketenangan pikiran, dan kebagusan akhlak.
Karenaitulah, kita harus membangun spiritualitas diri. Jangan pernah mengabaikan hal ini, sebab spiritualitas merupakan hal yang paling inti dalam diri kita. Saat yang inti tidak terjaga kekokohannya, maka hal itu akan mempengaruhi tingkah laku kita.
Kekuatan spiritual telah membuat pasukan Islam menang dalam perang Badar. Kekuatan tersebut juga membuat Rosulullah Saw. Mampu mengentaskan umat manusia dari kegelapan manuju hari yang cerah. Kekuatan spiritual telah membuat para sahabat menyerahkan segala yang mereka punya untuk berjuang di jalan Islam. Kekuatan spiritual pula yang membuat Islam terus dimuliakan dari zaman ke zaman.
Kekuatan spiritual bisa mewujudkan hal yang tidak mungkin menjadi mungkin terjadi, misalnya orang yang sakit menjadi sembuh, hal yang kacau balau menjadi tertata, gelap menjadi terang benderang, lemah menjadi kuat. Dan lain sebagainya.
Kekuatan spiritual yang baik bisa menciptakan tingkah laku terpuji, energy positif yang kadarnya beli lipat lebih banyak, menata pola piker, mengatur hati, mengontrol lisan, serta mengarahkan seseorang pada kemuliaan dan kearifan.
Sungguh, spiritualitas ketuhanan sangatlah penting bagi kita. Kita tidak akan bisa bersyuku tanpa kekuatan ini, sesempurna apa pun keadaan yang diberikan oleh Allah Swt., jika tidak disertai kesadaran spiritual ketuhanan, maka tidak akan membuat kita merasa puas, senang, dan damai. Kita hanya melihat kenikmatan sebagai keadaan yang tidak sempurna maupun menyenangkan. Demikian pula sebaliknya, meski keadaan yang kita rasakan serba terbatas, tetapi disertai dengan kesadaran spiritualitas ketuhanan yang baik, maka keadaan itu akan mendatangkan kebahagiaan dan kedamaian. Kita tidak akan melihatnya sebagai keterbatasan, tetapi hal lain yang bermakna dan bernilai yang telah diberikan oleh Allah Swt. Kepada kita.
Dengan demikian, kita mengetahui betapa penting arti rasa syukur bagi kehidupan kita. Rasa syukur menjadi penentu kebahagiaan kita di dunia, sekaligus menentukan kualitas diri kita.
BEAUTIFUL
Keindahan sang Tuhan bisa dirasakan dari sekian jengkal kecil yang ada di dunia ini. Terkadang diri ini terharu akan semua yang di lukiskan oleh Dia, ketika diri ini merindukan sosok teman dalam hidup aku menghabiskan waktuku untuk melihat dan memandang lekat-lekat dalam waktu lama langit biru dengan barisan awan putih yang ada. Seketika itu aku percaya bahwa dia yang digariskan untukku sama-sama menatap langit yang sama, menghirup udara yang sama, menghabiskan waktu yang sama, dan menginjak bumi yang sama. Tapi, entah dibagian bumi mana dia tinggal? aku masih belum bertemu dengannya.
Kerinduan yang tak kunjung selesai. Pertemuan yang tak kunjung datang, dan mimpi yang terus membalut duka dalam hati. Entah bumi bagian mana aku menghentikan penungguan ini? Menunggu ternyata rasanya seperti sungguh menyiksa dan menyesakkan dada dan aku mengakui aku tidak benar-benar menyukainya. Dari waktu kewaktuku dihabiskan dengan duduk termenung dan menikmati waktu yang sekian detik telah berlalu sia-sia, sia-sia? Aku benci mengakuinya. Terlalu larut dalam perasaan yang entah tak bisa dimengerti oleh akal pikiran ini.
Bunga matahari itu. Bunga yang sama mengajarkan apa arti sabar dalam penungguan panjang, simbol dari cinta, kesabaran, keikhlasan, dan kekuatan. Bunga yang setiap hari menampakkan kecantikannya dan sepertinya akan selalu bersinar. Aku menyukainya, sebagaimana Tuhan menciptakannya begitu cantiknya. Apa pun yang hadir dalam hidup jika pada akhirnya harus melupakanku, maka aku akan baik-baik saja entahlah ini pilihanku melepas yang seharusnya dilepas. Tak lagi memaksakan siapa pun untuk tetap tinggal, untuk tetap menyukai, dan untuk tetap memihak. Terserahlah Tuhan dan semesta ini menjawab bagaimana aku dan bagaimana garis hidupku aku pun sudah tak memaksakan semuanya harus seperti apa yang aku inginkan dan yang aku harapkan. “Tuhan……. Apa yang sedang Engkau rencanakan untuk membuatku bahagia!?”. (terkadang susah menebak jika perasaannya masih labil kayak gini hehehe)
Kecantikan itu adalah hal relatif. Relatif siapa yang melihat, relatif perasaan yang sedang melihat. “Karena kecantikan berasal dari pandangan setiap orang” bukannya memang benar seperti itu.? Seseorang dengan make up yang mahal sekalipun, dengan aksesoris yang indah sekalipun, dengan warna kulit yang menawan sekalipun. Tapi jika jatuhnya pada pandangan orang yang tidak memiliki minat untuk melihatnya apakah hal itu masih bisa ternilai cantik, indah, bahkan menawan? Maka dari itu kecantikan itu adalah hal relatif. Kecantikan hadir dan dimiliki setiap makhluk yang Tuhan ciptakan tidak terkecuali detail setiap jengkal bumi ini.
Kisah Yang Telah Pupus
Cinta Tak Harus memiliki
Cinta memang tak harus memiliki.
Aku mencintaimu.
Tapi tak bisa memilikimu.
Aku hanya bisa duduk termenung.
Menghayal jika kau menjadi milikku.
Mungkin ini takdirku.
Yang tak mungkin mendapatkanmu.
Aku hanya ingin melihatmu bahagia.
Aku rela melepaskanmu untuk dirinya.
Karna cintamu tak harus kumiliki.
Ini kisahku cinta pertama yang hambar, hambar.? Iya. Hambar, tapi sangat mengesankan tau lah cinta pertama tak pernah sama.. kisah ini yang membuatku tau betapa cinta itu gila.. tak berasa tapi bisa membuat orang gila.. kisah yang awalnya indah cerita yang berkesan.. kisah anak kecil yang baru mengenal cinta. Ini hanya teks tak berhaluan yang di tulis lewat buku harian tak bernilai, kuciptakan cerita yang berkesan dalam sejarah cinta yang pernah ku alami. Yang pada akhirnya ku temukan mutiara hati sebenarnya. Entah kapan, tapi pasti. ku percaya dia sedang membaca cerita ini dengan rasa apa aku tak tau.? Yang hanya ingin ku sampaikan tetap percaya, ini hanya sejarah yang mengajarkan sebuah hati agar kuat seperti saat ini kau miliki. Ini indah..
Pis, hehe masa yang indah itu adalah hari ini pertama masuk madrasah, malah bisa ngerjain anak itu.. ngejatuhin dia dari prosotan haha J J menyenangkan banget tapi sayangnya dia membalasku dengan kejam, dia mengajakku berantem. Masak anak cew diajak berantem hemh beraninya. Hari pertama masuk SMP sudah menyebalkan.. kakak osisnya sok semua.
Hemh.. nyebelin banget Rizky.. aku di permaluin di depan kelas satu madrasah.. ngeselin banget. Rizky cow yang nyebelin, ganteng sih tapi yaa gitu nakalnya sangat keterlaluan. Masak taunya ngegoda anak-anak cew saja.
jadian sama Musuh yang kataku yang paling menyebalkan dan yang paling jahat ke cew, ternyata baik dan perhatian. Emmh dia baik, perhatian dan cinta pertamaku aku hanya tau jika saat ini aku jatuh cinta.. yaa aku jatuh cinta Tuhan.. Yes,Yes,Yes ternyata perasaanku terbalaskan juga. Rizky nembak aku loh.. mati aku sekarang, masak kayak gini rasanya jatuh cinta, kalau gitu aku ingin merasakannya berulang kali hehe J J mukaku merah ingin rasanya aku berteriak dan mengatakan Dunia Aku Bahagia.. dia cinta sekaligus musuhku.
Lembaran baru di buka inilah awal pertama seorang puitis dilahirkan, aku bahagia memilikimu, aku bahagia bersamamu aku bahagia mendapat kasih sayangmu. Walau kau tak selalu berwujud untukku, walau kita hanya bertemu dan membalas senyum itu cukup membahagiakanku J. Rizky banyak kesamaan yang kutemukan saat kita canda tawa bersama, di handphone meskipun secara tidak langsung.. entahlah itu menyenangkan bagiku.
Malam ini aku sakit, sakit cacar hehe. . paling menyebalkan dan aku gak bisa keluar rumah dan sekolah, tapi gak ada alasan buat gak sms sama rupieku J “hay.?” Gak dibalas kemana yaa.. hemh ini kan jam sekolah, yah dia pasti sekolah lah. Aku buatin lagu aja dah buat dia.. Rizky ada 1.. tercipta hanya untukku.. kusimpan dalam kalbu.. jangan pernah ada cemburu.. itulah harapanku.. yang hanya 1 dalam hidupku.. biarlah semua orang tau.. kalau aku cinta padamu.. (versi balonku). (Ketika ku ulang cerita ini sungguh miris diriku waktu itu hahahaha cinta monyet)
Hanya beberapa minggu ini saja hal buruk pun menimpa mungkin rasa bosan yang datang aku bertanya pada Rizky “aku rasa apa ya.?” Aneh jawabannya “rasa strawberry, nanas dan leci. Kamu imut dan aku pengen cium pipimu” aku nanyak yang bener no.. dia bilang aku suruh baca pesanku yang tadi.. haha ternyata aku salah ngetik kalimat owalah… J J
Akhir-akhir ini aku banyak mendengar kabar yang tak ku harapkan yang mulai Rizky playboylah, Rizky pacaran sama inilah, Rizky songong lah. Apalah itu, itu angin lalu yang penting Rizky adalah Rizky toh yang digosipkan Rizky bukan Rizkynya walaupun orangnya sama sih hahaha.. Terakhir gosip yang begitu menyakitkan telingaku adalah Rizky di gosipin jadian sama sepupuku sendiri putri anak pondok Nurul Jadid haaammh .. kenapa harus sama dia sih iya kalau sama cew lain gak papa aku bisa tutup telinga tapi kenapa harus sama cew yang songongnya ketinggian itu nyebelin banget.
Tak tau malam ini serasa aku yang dipermainkan sms. telfonku gak ada balesan yang ada hanya curiga dan kecewa.. terakhir ku kirim pesan basa-basi “mungkinkah aku yang salah telah menganggapku begitu baik dan sempurna untuk berbahagia bersamamu.? Tapi aku bungkam dengan senyum agar aku setara denganmu, aku halangi dan aku buramkan garis pembeda dan pembatas antara kau dan aku yang begitu jelas ketika hari ini terjadi, tapi tak masalah akan ku hapus sakit dan kebencian yang datang dengan ketulusan yang entah aku mungkin miliki jujur aku bahagia mendapatkanmu sebagai sosok terang di dalam keraguanku.” (Cielah puitis banget aku masa ini huhu)
Saat putus, cinta pertama mengecewakan tidak cukup untuk aku percaya aku cerita ke Lia tapi aku gak bilang sih kalau aku jadian sama Rizky hemh.. ternyata lia malah membongkar semuanya.. aku bungkam seribu bahasa seakan semua remuk di dalam hati, kepercayaan yang aku pertahankan untuk kokoh tapi sudah berubah jadi puing-puing rongsokan yang tidak ada nilainya.
Apa aku harus percaya .? semuanya terlalu cepat yaa Allah di tahun ini aku bahagia dan di tahun ini pula aku patah hati. Aku marah aku kesal tapi tidak ada gunanya aku mencoba menyusun semuanya kepercayaan itu, tanpa berfikir panjang aku langsung menelfonnya “halo ky.” “hay” “bolehkah aku bertanya sesuatu gak.?” “boleh kok nanyak apa.?” “apa bener yang ku tanyakan dulu soal kamu sama Putri itu.?” “maaf yaa.. mungkin aku sudah nyakitin kamu.. bla.bla.bla….”
Ternyata yaa semua cowok itu sama, di kasik hati malah mintak jantung… (aku putus hari itu juga dimana mimpiku yang indah dan harapan akan dia ambruk dan patah. Seolah-olah aku ingin tak percaya dan menerima semua akan dia.. tapi gak bisa dia gak bener dan harus tau aku seperti apa ketika dia tinggalkan.)
Salahkah Aku Terlalu Mencintaimu
Kutatap dua bola matamu.
Tersirat apa yang akan terjadi.
Kau ingin pergi dariku.
Meninggalkan semua kenangan.
Menutup lembaran cerita. Oh sayangku...
Aku tak mau... Ku tau semua akan berakhir.
Tapi ku tak rela lepaskanmu.
Kau tanya mengapa aku tak ingin pergi darimu.
Dan mulutku diam membisu...
Salahkah bila diriku terlalu mencintaimu.
Jangan tanyakan mengapa
Karena aku tak tau.
Aku pun tak ingin bila
kau pergi tinggalkan aku.
Masihkah ada hasratmu
tuk mencintaiku lagi.
Apakah yang harus aku lakukan.
tuk menarik perhatianmu lagi...
Walaupun harus
Mengiba agar kau tetap disini.
Lihat aku duhai sayangku...
Andaikan aku tau kalau hatiku akan hancur, takkan pernah ku berikan hati ini untukmu.
…………………………………••••••••••…………………………………
Cerita hanyalah cerita mengikuti takdir bersama ilusi mimpi yang di ciptakan oleh manusia dengan begitu indahnya.. hati yang kosong tak gampang untuk terisi kembali seakan celotehan yang penuh emosi ini tertuang kembali dari 5 tahun dalam kesendirian. Perkenalan yang tak di sangka mendatangkan Cinta kembali.. berkomitmen tapi akhirnya kandas juga..
Kangen
Kutrima suratmu..
Tlah ku baca dan aku mengerti..
Betapa merindunya.. dirimu akan hadirnya diriku..
Di dalam hari-harimu..
Bersama lagi..
Kau bertanya padaku
Kapan aku akan kembali lagi
Katamu kau tak kuasa
Melawan gejolak di dalam dada
Yang membara menahan
Rasa pertemuan nanti
Saat bersama dirimu
Semua kata rindumu
Semakin membuatku tak berdaya
Menahan rasa ingin jumpa
Percayalah padaku, akupun rindu kamu
Ku akan pulang melepas semua kerinduan yang terpendam
“seseorang yang istimewa bukanlah dia yang selalu ada di depan mata, bukan pula dia yang selalu ada di sisi kita.. tetapi dia yang setia dan menjaga bagaimana baiknya kita dan mengingat kita di setiap doanya.”
Takkan Terganti
Telah lama sendiri
Dalam langkah sepi
Tak pernah kukira bahwa akhirnya
Tiada dirimu di sisiku
Meski waktu datang dan berlalu sampai kau tiada bertahan
Semua tak 'kan mampu mengubahku
Hanyalah kau yang ada di relungku
Hanyalah dirimu mampu membuatku jatuh dan mencinta
Kau bukan hanya sekedar indah
Kau tak akan terganti
Tak pernah kuduga bahwa akhirnya
Tergugat janjimu dan janjiku
Banyak cerita yang tak sempat tertulis, intinya ada satu janji yang tak pernah ku tepati untukmu yang pernah singgah dan pernah menjadi yang terindah.. lepaskanlah semua kenangan ini dan takkan pernah lagi ku simpan secara pribadi.. dia yang akan halal dengankupun akan tau seperti apa kisahku dulu. Aku tak sempurna, hati ini bukanlah yang pertama tapi komitmen hidup bersama adalah 1 kali seumur hidup, tak gampang mendapat sosok yang pas dan bisa menerima. Butuh waktu dan proses, hapus dan tulis.. maaf buat dia dan dia yang pernah menangis karena aku.. aku tak bermaksud menjatuhkan butiran bening itu dari matamu dan dia. Biarlah kisahku berjalan adanya. Pesan untuk seorang lelaki yang mempunyai nama Farhan.
Hai januari ku lepas dengan paksa, ku tinggalkan dengan tangis, ku yakin ini yang terbaik ketika orang tuaku banyak berkomentar tentangmu. Aku tak terima semuanya.. biarlah yang kamu tau aku bosan kepadamu, hanya Dia dan aku yang tau Rabbku ridho atas semuanya..
Pesanmu membuat luluh lantah hati setiap kali aku membaca, aku begitu kejamnya memutuskan semua hal tentangmu. Jika tidak begitu aku yang akan gila tanpa kamu.. maaf janjiku yang ingin mengantarkanmu sampai kamu bisa masuk kuliah dan sampai-sampai semua bukuku aku berikan ke kamu. Aku motifasi kamu biar orang tuamu merubah cara berpikirnya untuk kamu bisa kuliah.. tapi semua itu hanya janji yang sampai saat ini tak mungkin terjadi.
Jujur saat tes tulis masuk ke perguruan tinggi aku nunggu kamu meskipun tak ada hal istimewa antara aku dan kamu. Maaf, maaf jika banyak kebohongan perihal pergiku dari hidupmu.. itulah yang terbaik. Mantan, disini aku bahagia.. J J dia yang ada di hatiku baik-baik saja, dan aku janji takkan pernah meninggalkannya apa pun yang terjadi.. bahagialah kamu dengan dia yg entah siapa yg terbaik daripada aku.. terimakasih selama bersamaku kamu menjaga jarak aman antara aku dan kamu.. ini isi terakhir surat-suratmu yang kamu berikan ke aku sampai sekarang aku simpan dengan baik dan rapi.
“salam rinduku padamu bidadariku, Assalamualaikum , mungkin dengan tulisan ini aku bisa menyampaikan pikiranku, perasaanku, kepadamu tanpa kamu harus emosi padaku. Semakin kamu menginginkan kata putus terucap dari bibirku, aku semakin jatuh cinta padamu aku semakin tak ingin kehilangan dirimu namun kau anggap aku sebagai hal yang tabu, hanya kepura-puraan belaka. Bahkan aku kau anggap sama halnya dengan laki-laki lain yang baru kau kenal dengan anggap hanya modal dusta (modus) bahkan kau sampai tak percaya pada cintaku, dan sayangku padamu hingga pada hari itu setelah kamu meminta putus padaku setelah acara ultahku . aku mengabulkan permintaanmu itu dengan kata terpaksa, demi bahagiamu yang ingin sendiri tapi aku sadar dan bahkan aku tau diri kalau keputusanku itu salah. Aku akan bertambah jauh dengan dirimu.
Benar saja setelah itu kau perlahan-lahan mulai tak perduli tak acuh dengan diriku, tapi aku tetap berjuang untuk tetap bersama dengan dirimu. Pelan-pelan aku merajut asa untuk bisa bersama dengan dirimu kembali, untuk kembali memupuk harapan yang telah kau tanam di hati benar saja usahaku dan pengorbananku sedikit menemukan jalan terang untuk bisa kembali bersama.
Namun.. kau kembali ingin memupuskan harapanku yang dengan segala upayaku untuk bisa lagi bersama dengan dirimu, kau menjudge diriku dengan kata “menjauh dari dirimu” melalui surat ini aku katakana “aku tak pernah ingin jauh dari dirimu, wanita terindahku”.
Tuhan, apakah ini mimpi.? Bidadariku tak inginkanku lagi. Tuhan , apakah harapanku agar sang purnama tak pernah pergi, terlalu tinggi. Aku hanya ingin cinta yang sederhana, ku hanya mau menjaga kebersamaan ini selamanya..
Kamu- satu nama
Yang paling mesra dalam doa
Cinta yang selalu ku semogakan
Menyatu dalam satu restu
Jangan sampai aku mendampingi seseorang bila itu bukan kamu.
Sungguh, hanya bersamamu aku ingin menua dalam waktu
Aku mencintaimu dan akan selalu seperti itu
Kamu terhebat, yang ku cinta tanpa syarat.
Farhan
Semua hal terukir dengan indah. Namun, akhirnya yang menempati masing-masing goresan cerita takdir yang tiada tau seperti apa akhirnya, dulu kau adalah alasan sekarang kau hanya untaian cerita sejarah bagaimana hati berjuang tuk tegar dalam setiap kegelisahan yang datang.
……………………………………••••••••••……………………………………
Benarkah kamu di kecewakan.? Atau, justru dirimu yang tak sadar memberi kepercayaan terlalu besar.? Hampir 2 bulan aku berusaha melupakannya.. sebenarnya apa yang aku cari.? Apa yang membuatku tak bisa percaya.? Ku coba lagi menutup hati yang kosong dengan mengisinya dengan hati seseorang yang tulus untuk mengisinya..
Hai Maret yang hangat, seseorang datang menawarkan kenyamanan semu. Ya, dia Aldi J J JHubungan aku dan kamu adalah sebatas sementara yang berbalut sebuah kata “pacaran”, banyak orang miris tentang kata yang satu ini heran dan penuh tanda Tanya besar kenapa.? Iya karena orang di luar sana dan tak sedikit para orang tua melarang anaknya untuk mencoba kata itu, apa yang salah dengan kata itu, yang penulis baca dan penulis pelajari dari beberapa buku dan seminar-seminar yang membahas tentang pacaran tidak akan lepas dari pergaulan bebas dan dampak yang menakutkan dari hubungan itu.
Pacaran, kata itu tidak salah karena hanya sebuah kata yang bermakna aku dan kamu saling menjaga dan saling memperbaiki ke arah yang positif, bukan malah memiliki makna aku rusak kamu baru aku tinggalkan kamu. Yang membuat pacaran dilarang dalam agama islam adalah tingkah laku manusianya sendiri maka itulah sebabnya pacaran dilarang.
Aku ukir dalam kata salah itu sebuah niat yang halal untukmu, entah garis takdir akan sepihak dengan niatku atau tidak. Tapi inilah usahaku. aku tidak meminta hal lebih dari kamu, cukup jaga hati itu untukku. Sadar, jika aku memikirkan kamu ketika kamu berada di jarak itu atau bahkan melihatmu di depanku dengan senyuman itu, itu adalah hal yang masih salah sekarang. Tetapi nanti hal dan sebab itu adalah hal yang benar. Kesanku dalam cerita yang baru.. aku tuangkan dalam goresan pena bersamamu, kepercayaan dan saling menerima adalah pondasi awal dari aku dan kamu. Harapan yang selalu aku semogakan, takdir kita berjalan beriringan.
Terimakasih sudah menerimaku tanpa kau melihat masa laluku. aku berusaha membuka semua cerita masa laluku entahlah kamu akan percaya atau tidak yang penting inilah yang sebenarnya yang harus kamu ketahui dariku.
Juni yang sulit. ku putuskan kisah ini dengan dia. yang akan menjadi terakhir dalam kisah ketidak pastian dalam hidup, mungkin menyesal, mungkin kerapuhan yang akan datang, dan mungkin saja kesendirian yang akan menemani dalam jangka yang cukup panjang. Sampai saatnya ada yang siap mengetuk dan mengisi dengan komitmen yang pasti.
Kalimat yang awalnya biasa-biasa saja sekarang pada akhirnya pun kembali biasa-biasa saja, yang awalnya baik-baik saja mungkin sekarang sedang tidak baik-baik saja, “Aldi” nama yang akhir-akhir kemarin atau yang telah lalu adalah sebuah kisah yang selalu ingin aku ceritakan dalam doaku. Kemarin ku bersenandung tentang kisahku sendiri yang akan berakhir bahagia dengannya. siapa sangka, takdir Tuhan yang berkuasa atas semuanya. Benar saja kebodohan menghampiriku akhirnya, kenekatan yang tak pernah terfikirkan akhirnya kulakukan hanya demi kembalinya kata dia, dia yang kutinggalkan dan dia yang merelakan tetap aku usahakan walaupun memang lucu, padahal aku yang pergi, setelah pintu tertutup dan dikunci akupun ingin pulang dan kembali, padahal isi rumah telah terganti.
Bukan aku lagi yang menjadi pemiliknya, bukan aku lagi yang memberikan kenyamanan didalamnya, dan bukan aku lagi yang akan membuat dia tertawa. Hanya saja aku mengusahakan yang sia-sia mengusahakan hal yang mustahil kudapatkan lagi mengusahakan hal yang membuatku berkhayal dengan hal yang sebenarnya tidak ada, Tuhan apakah aku sudah terlalu gila dengan sebuah rasa. Kembalikanlah kesadaranku bahwa dia bukanlah yang terbaik untuk hidupku, Tuhan sakit ini yang paling aku benci, rasa ketidak nyamanan ini yang paling aku hindari tapi kenapa aku kembali lagi di dalam rasa yang seperti ini.
Setelah itu kamu yang menggantungkanku, memberikan harapan jika pintu yang kau tutup itu seolah-olah kamu buka lagi, kamu beri harapan lagi tanpa sebuah kejelasan kembali. Kembali tapi sebenarnya pergi, kamu harus tau aku bingung menempatkan posisiku dimana. Sebenarnya sudah aku akhiri tapi kenapa semua tingkahmu mengisyaratkan tak ada apa-apa tak pernah terjadi perpisahan antara kita, setelah aku kembali berharap kamu pun sudah berhasil lupa segalanya sedangkan aku kamu jatuhkan kedalam jurang dalam yang membuatku susah untuk kembali kedasar dan melupakan. Bukan aku yang salah dan kamupun tak pernah salah yang salah adalah keadaan itu saja. Dan aku akui taktikmu (caramu) sangatlah rapi dan bagus. Terimakasih, kesalahan berasal dari aku Itu yang kamu tau dan yang tak pernah aku akui.
Posisi perasaan perempuan yang kamu gunakan kelemahannya, satu saranku jangan pernah lagi memberi hati jika tak ingin memberi kepastian, jangan pernah ada lagi yang kecewa karena kebaikanmu, karena semua yang nampak dari kamu. Sudah cukup aku saja, jika nantinya ada yang membuatmu bahagia berkomitmenlah dan jangan memberinya harapan seakan kamu ingin hidup bersamanya. Karena pada hakikatnya kamu adalah seorang lelaki yang bisa hidup dan hadir di dunia ini karena Rahim seorang perempuan. Jujur aku terlalu naïf untuk bilang hal sedemikian untukmu. Bacalah dengan pikiran yang tenang karena ini pesan seorang yang pernah mau jalan denganmu, berani menerjang hujan karena untuk sebuah kesembuhan. hal itu pembelajaran untuk kita semua.
ikhlasnya mencintai takkan pernah ingin tau kondisi fisik, dan finansial pasangannya dan takkan pernah mau mendengar gosip orang lain daripada penjelasan pasangannya. dan satu lagi, ikhlasnya mencintai takkan pernah mencari kenyamanan selain membagi keluh kesah hanya dengan pasangannya bukan dengan orang lain hanya sebab merasa nyaman. keikhlasan yang aku tau adalah aku memberi dan melupakan semua yang telah hilang dari diri ini. Karena ada Tuhan yang akan menggantinya dengan selebih-lebihnya dari kadar yang kamu keluarkan.
Hanya saja ada satu ucapan yang tak pernah ku ucapkan kepada dia, “Terimakasih” telah mengajarkanku banyak hal tentang bersabar, tentang mengikhlaskan, dan tentang betapa ajaibnya sebuah doa dan betapa benarnya isyarat mimpi. Tanpa kamu datang dalam cerita ini, sampai kapanpun aku takkan pernah tau semua hal tadi, takkan pernah tau bagaimana rasanya menyepi dengan hati yang kecewa dengan diri sendiri. Aku berterimakasih atas semua yang pernah datang, banyak pembelajaran yang aku dapat. Maafkan jika sesering apapun aku menyakiti kalian, pernah menjatuhkan butiran bening itu dari mata-mata indah kalian, percayalah semua itu akan kembali kepadaku dalam bentuk bingkisan karma dari Tuhan, dan aku sangat mempercayai hal itu. terimakasih banyak ya J sudah mampir dalam kisah ini.
Cukup.!!!!! Lupakanlah hari yang lalu itu.. Itu membuktikan mereka yang pergi dan tidak bertahan mereka bukan yang terbaik untukmu mereka yang tidak rela untuk menunggumu dengan sabar, mereka yang tidak akan pernah mengerti seperti apa dirimu… sudah cukup!!!! Dan lupakan! Kisah yang tidak pasti tidak untuk diulang-ulang lupakan dan buang. Katakan selamat tinggal bagi mereka yang tak pantas untuk hidupmu. Kisah ini ku ceritakan untuk kalian yang pernah merasakan amplop merah jambu, memang menyenangkan jatuh cinta membuat siapa saja tersenyum bahagia, Membuat setiap orang menjadi sangat puitis. Tapi, janganlah merasa terlalu jatuh ketika cinta direnggut dari hatimu seketika itu. Renungkanlah kenapa Tuhan mengambilnya dari hatimu?. Karena Tuhan tahu apa yang membuat kita bahagia kedepannya apa yang tidak. Semangatlah kebaikan akan selalu menghampirimu.
Hai Mblo, membosankan yaa? Jangan merasa bosan dulu. Coba deh lanjutkan membacanya nanti kamu bakalan tau motivasi – motivasi apa yang bisa diambil dari sekilas kisah hidup tadi, karena cerita pendek tadi sedikit banyak diambil dari kisah nyata sebagian orang loh, Selamat melanjutkan membaca J
FAJAR DAN SENJA
Pagi hari… angina sepoi –sepoinya adalah nafas kerinduan… merasuk ke dalam nurani paling dalam, menggerakkan kerinduan yang tak pernah menutup mata, dan menyadarkan hati yang tak pernah reda kesedihannya. Kerinduan menghadapkan wajahnya kepada kalian. Aneh sekali! Saya merindukan seseorang yang mungkin saja tidak akan pernah saya temui sekalipun. Cipatakan pagi yang berbeda dari pagi –pagi yang sebelumnya hiruplah udara pagi yang menyejukkan jiwa dengan perasaan optimis kebahagiaan dan kerelaan hati dan dengan lisan hati. Izikan kami mengatakan, “Ya Allah! Sungguh, kami memohon kepada-Mu kebaikan, kemenangan, pertolongan, cahaya, berkah, dan petunjuk hari ini.”
Pagi hariku lari membawa kerinduan dan Cinta terhadap hati –hati nan suci, pagi hari cerah dengan mawar –mawar harapan dan mimpi –mimpi untuk bertemu. Setiap pagi datang menyapa menawan nan bernafas lega setelah tidur dengan tenang di bawah selimut malam, burung –burung menari gembira. Bersyukur atas kembalinya ruh kedalam raga (tubuh) sekali lagi kamu ini manusia! Bagaimana dengan hadirnya semua tanda –tanda kebesaran yang Allah hadirkan kamu masih bisa meninggalkan-Nya dengan sengaja dan melalaikan pemandangan keindahan dan tanda –tanda keluhuran!”.
Kisah ini ditulis setiap mata ini bisa kembali melihat pagi, matahari yang sangat hangat menghangatkan jiwa –jiwa yang kemarin telah banyak melewati dan menyelesaikan kisah yang Tuhan hadirkan untuk makhluknya, pagi optimis, perubahan, semangat, dan kebahagiaan, saya akan memulai hari ini dengan harapan yang takkan runtu, saya berjanji untuk pembaruan dan pergantian yang lebih baik. Anda harus selalu sehat, agar saya juga bisa seperti itu. Karena saya selalu mencintai Anda tanpa syarat, pagi cinta dan kesetiaan intensitas cinta dan kesetiaan terhadap wajah –wajah yang tak pernah lenyap dalam angan saya, melebihi intensitas hubungan saya dengan mereka. Andai saja saya mengetahui kabar mereka yang telah pergi, karena saya tak pernah lagi mendengar kabar tentang mereka, Karena sebuah rindu hanya bisa hilang karena adanya pertemua antara dua raga yang saling mendoakan.
Semoga pagi ini kau menjadi cahaya yang menunggang di punggungmu, wahai ruh yang menenangkan banyak ruh, semoga pagi ini ketenangan membuatmu mulia, wahai ruh nan jernih dan luhur dari segala krdengkian, dan meluas untuk mencakup siapapun yang merindukan.
………………………………………………••••••••••………………………………………………
Sebelum memejamkan mata untuk terlelap, jangan lupa untuk menjawab pertanyaan ini. Apakah Anda puas dengan apa yang Anda kerjakan dan katakana pada hari ini? Pendapat orang tidak penting, yang penting pendapat Anda, dan pada pagi hari esok Anda akan baik –baik saja. Selamat sore untuk orang tercinta, teman, dan orang dekat. Salam jernih dan setia dari hati saya nan terasing.
Selalu saya harapkan untuk Anda yang jauh disana dengan doa yang sangat panjang tapi tak pernah henti –hentinya saya panjatkan, semoga hati Anda nan bersih melalu malam nan nyenyak dan tenang, semoga ruhani Anda berkelana menuju golongan tertinggi, semoga jasad Anda bisa istirahat tanpa keluh kesah karena seharian kelelahan yang berdiri tegap diatas pundak Anda, dan keesokan harinya baik –baik karena nikmat Allah selalu menyertai Anda.
Hati adalah saksi, saya merindukan Anda sore ini. Mengingat kenangan indah bersama Anda yang tak pernah lenyap dari ingatan saya. Terkasih Anda hidup dalam dunia ingatan saya semakin cepat malam menyapa semakin cepat saya berjumpa dengan Anda dalam dunia mimpi yang terbaur dalam kumpulan ingatan yang siap dinikmati oleh malam yang tenang, Anda tak pernah tau kisah apa yang saya siapkan untuk Anda esok. Walaupun Anda jauh dan telah lama pergi saya masih berasumsi bahwa Anda akan kembali dengan ruh yang lebih baik lagi, yang siap membawa saya untuk merenovasi semua tentang rumah imajinasi kita. Ini hanya sebatas asumsi mimpi yang terkadang saya yakini akan terjadi, tapi Allah yang akan menjawab semuanya entah akan jadi nyata atau hanya sebatas dalam ingatan saja.
Ya Allah! Aneh sekali, kita mengamati banyak hal indah laksana impian –impian mustahil. Kala mimpi itu tercapai, kita ambil dengan cepat dan kita lupakan sisi bahagianya. Seperti runtuhnya penguasa semena –mena, proyek yang berhasil, atau bertemu seorang tercinta. Kisah –kisah yang hadir dalam hidup ini bagaikan bergantinya pagi ke senja. Perubahan langit yang menakjubkan yang membuat mata takjub akan kebesaran kuasa Allah atas alam dan segala isinya. Alahamdulillah.
LITERASI MOVE ON
Pembelajaran yang sangat berharga untuk semua, benar saja pacaran adalah sebuah hubungan yang tidak ada kebaikannya. Tapi, meskipun kita sudah memutuskan untuk tidak lagi berhubungan tetaplah jaga tali silaturahmi bukan dengan cara memutusnya dan membeci segala hal yang pernah dilalui, kuncinya ikhlaskan. Walaupun kata ”IKHLAS” adalah kata yang sangat berat untuk direalisasikan kedalam sebuah tindakan percayalah jika didalam diri kita sudah ada kemauan maka ikhlas itu akan muncul dengan sendirinya.
Hai Blo, hari ini sudah Move On belum? Bagi yang belum Move On jangan pernah memaksakan hati dan pikiran untuk menghapus semua kenangan yang masih ada. Tapi jalanilah dan rasakanlah, bukannya memaksakan diri untuk melupakan semuanya tentang si dia, tentang semua kenangan yang pernah dilalui. Bahkan jika sekarang kamu melakukan hal demikian. itu adalah cara yang salah, kenapa? Semakin kita memaksakan pikiran dan hati kita untuk melupakan semuanya maka akan semakin kuat kita untuk mengingatnya dan alhasil kita gagal Move On pada akhirnya seperti halnya jebakan pasir semakin kita menarik diri untuk keluar maka pasir akan semakin kuat menarik kita tenggelam kedalamnya, tapi jika kita diam dan meringankan diri maka dengan mudah kita keluar dari dalam pasir tersebut.
Maka dari itu lepaskan pelan – pelan mulailah dengan memuhasabah diri, dekatkan lagi diri kita kepada Tuhan salah satunya memperbaiki Sholat kita, perbanyak doa karena ada yang bilang apapun yang kita pinta dalam doa suatu hari pasti dikabulkan percayalah, dan yang terakhir memaafkan diri sendiri setiap hari, semua hal tadi adalah bentuk cinta kita kepada diri kita sendiri karena selama kita bersama orang yang hanya dititipkan sesaat dalam hidup kita, kita hanya sibuk dengan dia sampai – sampai kita lupa apa yang dibutuhkan oleh diri kita sendiri seperti halnya menyegarkan iman, mempertebal akhlah, mengaji, berbincang dengan keluarga dengan durasi waktu yang sangat lama dan sebagainnya, hal tadi sudah jarang bukan? selama kita bareng si dia. 99% ini fakta meskipun ada yang mengelak dari kalian “aaa aku nggak gitu kok” tapi besar persentase ini faktanya hehe walaupun kadang kita lupa kalau kita memang seperti itu.
Dan Move On tidak butuh pelampiasan, itu cara yang kurang tepat. Karena jika melampiaskan kepada orang lain (jadian sama orang baru) seperti halnya kita menggali kuburan yang baru untuk kita loncati, Pastikan dirimu Move On sebenar – benarnya Move One dan setelah itu terserah kamu mau menjalin hubungan yang baru dengan orang yang baru atau tidak itu terserah pada diri masing – masing. Yang pasti hubungan yang akan kamu jalani lagi adalah hubungan yang berujung kepastian bukan berujung janji dan ditinggal pergi lagi ya mblo.
Pacaran, penyakit paling banyak menimpa remaja kita, penyakit yang tidak akan pernah bisa dan tidak aka ada yang mau disembuhkan. Kenapa? Ya dari awal status pacaran sudah berstatus membudaya, istilahnya turun – temurun. Saat ini pacaran dalam status siaga, kenapa demikian? Karena sudah banyak kasus pemberian cucu sebelum akad nikah. Entah itu ditutupi dengan ikatan pertunangan itu sama saja, cuman istilahnya yang berbeda. Membahas pertunangan, pertunangan adalah status yang memperkenalkan 2 keluarga menjelang akad (pernikahan) bukan status yang sama dengan pernikahan, dan yang pasti hukumnya pun berbeda.
Pertunangan ada karena mengikuti kebudayaan yang dulunya berhubungan laki – laki dan perempuan dianggap boleh dan bebas sehingga diadakanlah pertunangan yang diharapkan mampu untuk menjaga diri dari kerusakan, dan diharapkan mampu menjaga hubungan laki – laki dan perempuan sampai waktu akad (pernikahan) tiba.
Mblo, jangan galau karena masih sendiri. Percayalah setiap makhluk ciptaan Tuhan diciptakan saling berpasang – pasangan akan ada waktunya dipertemukan dengan jodoh, selama itu kita persiapkan diri kita masing – masing dengan cara memperbaiki diri dan selalu mendekatkan diri dengan Tuhan.
Berpiki Positif
Berpikir positif sangat diperlukan untuk terus menyalakan energy positif dalam diri. Karena pikiran sangat berpengaruh pada tindakan seseorang, maka kita harus bisa mengendalikan pikiran kea rah yang baik (positif).
Jangan sampai pikiran negatif mengendalikan tindakan kita. Sebab, pikiran negatif akan menghasilkan tindakan-tindakan yang negatif juga.
KOMUNIKASI SEJARAH[2]
Dari sekian banyak buku bacaan bernafas sejarah yang saya baca tak sedikit yang begitu indah dan ingin diulang –ulang untuk dibaca. Entah itu sejarah kerajaan sampai sejarah reformasi negara, di dalam poin pembahasan komunikasi sejarah ini penulis ingin memadukan keserasian sejarah dengan ingatan yang ingin diulang –ulang. Kemesraan yang tiada hentinya bagi penulis ingin berpadu kedalam sejarah itu sendiri, sebagai warga Indonesia saya bangga terlahir di tanah Indonesia karena keragaman bahasa, budaya dan keyakinannya. Semua hal tadi tidak mengurangi rasa hormat, rasa saling mencintai, dan rasa saling peduli antar sesame, karena perbedaan bukan untuk saling membanggakan akan tetapi untuk saling memahami dan melengkapi.
Saya bangga dengan Indonesia apalagi dengan Bahasa Indonesia, Bahasa Indonesia adalah bahasa sehari –hari. Bahasa ini berasal dari Bahasa Melayu dan dipakai di seluruh Indonesia, selain lebih dari 300 bahasa daerah. Bahasa ini digunakan di pemerintahan, sekolah, dan perguruan tinggi. Bahasa ini pula yang memungkinkan seluruh rakyat Indonesia dari beberapa daerah untuk berkomunikasi satu sama lain. Lebih dari 90 persen penduduk negara ini berbicara bahasa daerah sebagai bahasa ibu. Bahasa daerah yang paling penting ada Bahasa Jawa, Madura, Sunda, Minangkabau, Bali, dan Bugis.
Bahasa Indonesia adalah bahasa yang memungkinkan kita untuk mengekspresikan diri secara tepat. Misalnya, hanya ada satu kata untuk rice, dan semua produk yang terkait dengannya harus menggunakan kata ganda yang rumit: rice field, boiled rice, rice flour, grain of rice, rice noodles, rice pudding, dan lain-lain. Sebaliknya, bahasa Indonesia punya kata-kata yang berlainan untuk semua konsep yang berhubungan dengan padi: bibit, sawah, lading, padi, beras, gabah, nasi, ketan, bihun, dan masih banyak lagi. Ada kata khusus untuk setiap metode penanaman, setiap tahap kematangan, dan persiapan. Kata-kata tersebut berdiri sendiri, dan banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Kita saja yang terlahir asli Indonesia harus belajar banyak kata. Bahkan dari setiap daerah yang akan didatangi agar bisa berbaur dengan dekat, semua anak sejak lahir memakai dua bahasa, bahasa ibunya dan bahasa Indonesia sangat menarik bukan di negara kita ini. Saya pun selalu heran mendengar bagaimana seorang anak berusia tiga atau empat tahun bicara dalam bahasa Madura dengan teman mainnya. Namun, jika bicara dengan saya, dia segera mengganti bahasanya dengan bahasa Indonesia sangat lucu atau bahkan dibilang menarik karena saya juga paham dan bisa sedikit berbahasa Madura walaupun Bahasa Madura saya tergolong tidak halus jika bebarengan dengan orang Madura asli, dan logat-logat bahasa antar daerah pun bisa saja berbeda-beda antar desa saja logat dan intonasi bicara mereka beraneka ragam jika di dengar, sungguh menakjubkan Indonesia beragam tapi sangat mesra.
Dari buku Professor Kahler yang berkebangsaan Jerman beliau bisa dikatakan adalah ahli bahasa, dalam bukunya tata bahasa Indonesia. Dia menguasai bahasa dalam jumlah 25 bahasa, menerutnya dalam bukunya ia menuturkan bahwasanya, Bahasa Indonesia adalah satu bahasa yang membuatnya putus asa. Proses yang dipelajari oleh beliau adalah dengan belajar dengan metode pyramid; dimulai dengan belajar banyak, lalu semakin keatas, makin sedikit yang dipelajari, dan kita tiba dipuncak. Tetapi, beliau merasa jika belajar Bahasa Indonesia malah metode pyramid terbalik karena semakin beliau berusaha ingin tau satu kata makan akan semakin banyak makna dan aneka bahasa yang muncul dan semakin banyak pengetahuan yang beliau ingin tahu.
Dengan awalan dan akhiran yang tak terhitung banyaknya, yang sering mengakibatkan perubahan akar kata, arti sebuah kata bisa berubah total. Jarang kata tertulis, misalnya di surat kabar Indonesia, yang bisa langsung ditemukan di kamus. Kita harus menemukan akar katanya terlebih dahulu dengan menghilangkan awalan dan akhirannya.
Komunikasi sejarah tidak hanya tersimpan dalam Bahasa keseharian saja melainkan keindahannya juga tersimpan dalam setiap hal yang ada dalam keaneka ragaman Indonesia. Seperti halnya Di Bali keindahan dan Komunikasi sejarah ada di setiap makna nama yang diberikan sejak melihat alam dunia (bayi). Di Bali, anak pertama selalu diberi nama Wayan atau Putu. Bergantung pada kastanya, namanya juga bisa Luh atau anak perempuan dan Gede untu anak laki-laki. Anak kedua dinamai Made, walaupun tergantung kastanya, bisa juga Kadek atau Nengah. Anak ketiga dinamai Nyoman atau Komang. Anak keempat adalah Ketut nama depan tidak menandakan jenis kelamin, untuk membedakannya digunakan awalan Ni untuk perempuan dan I untuk Laki-laki. Jadi kalau kita mendengar nama Bali, atau melihat tulisannya, kita bisa langsung tahu apakah dia laki-laki atau perempuan, kastanya yaitu status sosialnya, dan anak keberapa.
Komunikasi sejarah ada dimanapun jika kita bisa merasakannya karena kita ada dan bisa hidup setentaram seperti saat ini berkat sejarah. Cintailah sejarah dengan perasaan yang menghargai akan keanekaragaman yang tercipta didalamnya, dan jika kita tak mengingatnya niscaya kita tak bisa belajar akan dia.
KUMPULAN MOTIVASI
YA diri ini sudah lama Move On Menjelajahi hal baru yang memang benar-benar nyata, bukan hanya sekedar maya. Bukan hanya sekedar harapan kosong yang ditunggu tanpa ampun tapi membawa hasil yang kosong dan hampa, itulah kebodohan yang nyata. Dan bukan hanya omongan kosong lengkap dengan pemanis buatannya yang mampu membuat banyak orang diabetes karenanya.
Jalani hidup nyata bukan maya, jangan hidup didalam cermin, hiduplah nyata didalam bentuk yang sebenarnya. Karena jika hidup didalam cermin kita hanya menjadi bayangan saja dan orang lain akan seenaknya mengatur bagaimana cara kita hidup.
Maafkan dirimu sendiri setiap hari maka kamu akan tau cara menghargai dirimu sendiri, jangan salahkan dirimu karena apapun. karena dirimu tidak salah, yang salah adalah keadaan. dirimu sudah berusaha melakukan dan memberikan suatu hal dengan sebaik-baiknya (hargai dirimu sendiri, baru orang lain) kata ini bukan semata-mata diri ini menjadi sosok yang egois tapi setidaknya mengantisipasi rasa kecewa ketika orang tidak bisa menghargai diri ini seperti halnya diri ini menghargai mereka.
Tak butuh orang lain untuk melampiaskan kekesalan, tidurlah.. itu cukup meredakan rasa penat dalam pikiran dan hati. Jika dilampiaskan ke orang, benda atau apapun yang terjadi hanya ketidak indahan terhadap semua itu. Dan semuanya sia-sia saja kesalmu takkan hilang. dan cara yang paling ampuh hanya diam dan tidurlah.
Pagi ini serasa ingin kunikmati setiap detiknya, setiap langkah kaki yang menjajaki sedikit-demi sedikit sentimeter jalanan, diri ini berfikir “kenapa tidak dari kemarin kunikmati hal moment seperti ini, sampai kulupa kapan terakhir kuberjalan kaki se santai ini.?” JJJ hanya senyum yang bisa melukiskan betapa kunikmati hari ini.
Ayolah takdir, kuatkanlah diri ini dalam hal menyelesaikan cobaan dan permasalahan yang sedang terjadi. Jangan sampai tumbang sebelum akhirnya Tuhan menyuruh diri ini untuk pulang dan istirahat. Ayolah, ayolah, ayolah bertahanlah sampai diri ini menua bersama kekasih yang memang digariskan takdir Tuhan dalam buku keabadian-Nya. GANBATTE (moment, mau nyebarkan kuesioner penelitian).
Setiap hari matahari terbit dengan sinarnya yang begitu memancar kuat kepada bumi, tak pernah lelah. kumenyukainya (sunrise) bertanda mentari baru telah tiba dan akan lebih baik dari hari sebelumnya J, menandakan manusia dengan aktifitas dan semangat yang baru dari hari sebelumnya. Semuanya baru dan semuanya lebih baik dari hari sebelumnya, aku tak lagi menyukai suara deru ombak di lautan sana. karena ada kesedihan yang kuluapkan dan takkan pernah kutagih lagi pada buih di samudera sana. Bukan ku keluhkan apapun yang telah terjadi. hanya saja ku tak sudi menghadirkan semua itu kembali lagi. Hanya suara-suara deru ombak itu yang aku mengerti betapa mengerikannya hari sebelumnya, betapa kasihannya diri ini sampai sesendu itu suara ombak di samudera sana. Memanglah tenang, tapi kesemua suara itu menyimpan cerita dukanya masing-masing, dan aku tak menyukainya lagi. Aku tak ingin mendengarnya lagi… (Sunrise di puncak nan indah disana)
Percayalah dalam hidup ini bukan hanya kamu atau hanya diri ini yang mengalami cobaan dan berbagai masalah. Tapi, semua makhluk yang bernyawa pasti memiliki bagiannya dalam buku cobaan dan masalah karena dengan itu semua Tuhan ingin kita menaiki level kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya, maka jangan pernah menyerah dari keadaan, istirahat itu boleh tapi dengan menyerah jangan. Kamu atau diri ini masih memiliki banyak orang yang bersedia jatuh bangun agar kita bahagia, lihatlah mereka yang menantimu membawa segala hal kesuksesan dan kebahagiaan yang akan membuat mereka tenang dan tidak kembali gelisah, jangan pernah biarkan mereka gelisah dan bersedih. Karena tawa mereka adalah sebuah harta yang takkan pernah ternilai oleh apapun dialam semesta ini.
Malam bukan hanya tentang kegelapannya, bukan hanya tentang kisah seram fiksi dibaliknya. Cobalah lihat diluar jendela ketika malam dan lihatlah keatas begitu menakjubkannya langit malam, sesederhana itu ya hati ini tenang karenanya. Malam mengingatkanku suatu kisah ketika dimana aku nyekar ke sebuah makam suci di PP.Sukorejo Situbondo, kesan dan suasananya sama dengan malam ini angin berhembus dengan begitu kencangnya aku melintasi kebun tebu yang cukup sepi sambil berkata orang itu “yang ditakutkan ketika sepi begini bukan Hantu atau setan. Tapi, begal.” Dengan berboncengan dibuntuti adeg dan juga istrinya.
Kesan yang sekilas melintas kala rindu datang tapi serindu apapun diri ini, sekuat apapun diri ini bermimpi, kesadaran yang membenarkan bahwa ia takkan pernah kembali lagi. Malampun ikut menghakimi jika aku harus benar-benar sadar jika ia telah lama pergi, Tuhan. Kenapa sesulit ini? Aku telah menikmati sedikit demi sedikit penyesalan mungkin, atau rasa bersalah, atau lagi ini rasa tak ingin ditinggalkan. Aaa sudahlah jangan tambah di ungkit malah tambah sakit dan takkan kunjung sembuh, aku berhenti untuk semua hal yang bercerita tentang ia, aku berhenti memintanya dalam doa, aku berhenti untuk segala hal yang menyangkutkan ia dengan diri ini. Sekian sudah jangan diungkit lagi (dasar labil).
jika sudah terbiasa dihadapkan dengan permasalahan yang rumit dan besar sampai pikiran kita tak bisa menyelesaikannya, percayalah bahwa Allah maha pemberi kemudahan atas setiap kesulitan yang datang dalam hidup. Sehingga jika kita telah bisa menyelesaikan dan melewatinya dengan penuh keyakinan maka pada waktu kita dihadapkan dengan permasalahan dan ujian yang kecil ataupun lebih besar lagi kita sudah kuat dan bisa terbiasa menghadapinya dengan penuh keyakinan bahwa Allah selalu dan akan selalu ada. Percayalah JJ
Cinta adalah sebuah rasa yang begitu menyenangkan dan indah tapi ketika dihadapkan oleh sebuah harapan yang sangat pada satu hal cinta menjadi rumit dan menyakitkan. Bukan cinta yang mengambil alih pada semua apa yang terjadi pada kesakitan kita tapi diri kita sendiri dan harapan itu sendiri. Jadi jangan pernah berharap jika tak ingin sakit dan hancur, karena cinta tak pernah salah dan cinta tidak harus memiliki cukup ikut berbahagia jika orang yang kita cinta berbahagia. Hal itulah yang aku pahami dari sebuah rasa cinta.
Tidak apa kita dilupakan oleh banyak orang. Karena hal itu kita merasa baik-baik saja, karena penilaian orang terhadap kita bukanlah suatu hal yang sangat berharga akan tetapi yang paling berharga adalah seberapa besar kita bisa meghargai diri sendiri dan orang lain.
Jangan terlalu pintar menilai kekurangan orang lain karena kita tidak tau seberapa rapi dan seberapa rapat Tuhan menjaga kekurangan kita agar orang lain tidak mencela kekurangan yang ada didiri kita. Jika Tuhan membuka kekurangan kita akankah mulut kita masih berani mencela dan menilai seberapa buruk kekurangan yang ada pada orang lain.
KATA YANG KU RENGKUH
Teruntuk mata indah yang sekarang jarang ku tatap ada salam dari sebuah tangan yang sangat berharap bisa menggenggam. (Salamku)
Aku mencintaimu tanpa sambat, seperti halnya kopi yang tak pernah berdebat. Perihal ia dinikmati dalam dingin atau hangat. (Kopi) tapi setiap teman-teman ajak ngopi aku selalu memesan susu hangat atau es susu hehe
Jika gagal menjadi yang terbaik dimata orang yang kau cintai, cukup jadi yang terbaik dimata Sang Maha Cinta saja itu sudah lebih dari cukup. (Cukup)
Semua orang pasti pernah jatuh, tapi semua orang belum tentu pernah bangkit. Tentang aku yang mampu bangkit dari jatuh ku, hal itu laksana sebuah sujud. Terjatuh bukan karena hina dan lemah, tetapi terjatuh karena mengerti Tuhan akan memberi yang jauh lenih baik lagi. (Mengerti)
Titip salam untuk semua yang meninggalkanmu. Bilang pada mereka, terima kasih telah pergi dan melepaskanmu. Cara mereka pergi dan meninggalkanmu itu, ternyata menjadi awal bagiku berhenti dari segala pencarian dan pelarian panjangku. (Arigato)
Aku tidak memintamu bertahan, tapi aku memintamu “berTuhan” sebab, apalah artinya kamu datang padaku jika Tuhanmu sendiri kamu tinggalkan. (BerTuhan)
Jatuh cinta tidak pernah salah memilih hati untuk dicintai, jatuh cinta hanya terkadang salah memilih waktu untuk jatuh (Waktu)
Dan jika aku punya kesempatan untuk berbicara sekali saja. Aku hanya akan mengatakan “terima kasih” karena telah menyelamatkanku dari harapan untuk dicintai, dan telah memberiku sedikit pengalaman untuk dimiliki. (Kembali)
Bagiku, kau itu yang ku raih namun tak bisa ku genggam. Yang kutemukan namun tak pernah aku dapatkan, yang ku yakini bahagia namun tak mampu berjalan bersama. Yang sama-sama jatuh cinta, namun yang sama-sama tak bisa berbuat apa-apa. Yang saling berdoa namun tak sanggup untuk meminta. (Bagiku)
Dibelakang semua nasehat rindu yang mereka tanyakan kepadaku. Ada aku, yang tak pernah sedikitpun berhasil menasehati agar aku bisa berhenti “merindukanmu” (Nasehatku) dulu
Bahuku yang menopangmu ketika kamu terjatuh, tapi tangan dia yang kamu genggam ketika kamu mampu berdiri (Sudahlah)
Siapapun yang mencintaimu dengan benar pasti akan mengenal hatimu dengan baik, seolah hati itu miliknya sendiri (Hatimu) Naluri sebuah keikhlasan cinta
Doaku masih sama seperti tahun lalu semoga Tuhan, selalu melindungimu disetiap pijakan dan semoga Tuhan selalu menyertaimu disetiap kebahagiaan. (Dariku) doa yang telah lalu.
Yang mendoakanmu, memang bukan hanya aku. Tetapi yang tetap mendoakanmu saat tau kamu mendoakan orang lain “mungkin hanya aku”. (hanya aku) kebodohan kemarin.
Lucu ya…. Aku yang membantumu berdiri, tetapi orang lain yang kau ajak berjalan (selucu itu)
Tak ada hal yang lebih menyedihkan daripada, pendoa yang menyerah terhadap doanya (menyerah) iya itu aku saat ini.
Bermunajat kepada Allah meski hanya beberapa detik, memberi saya kekuatan besar tak ternilai. Saya menemukan kekuatan ini kala saya perlukan dalam menghadapi berbagai musibah dan mara bahaya, kala menapaki tangga kehidupan normal, kala kesempatan bahagia dan kenyamanan datang menghampiri, lalu tiba –tiba kesepian nan mematahkan karena rasa takut atau memori lalu menyerang dan mengotori kebahagiaan. Saat itu, saya merasa Rabb memberikan perlindungan, keridhaan, dan kasih sayang, memberi saya kesempatan demi kesempatan, hingga saya menjadi orang bahagia.
Kala kita memutuskan untuk menjadi orang bahagia, angin topan nan berlawanan takkan mampu menghapus putusan kita, meski sekencang apapun.. untuk itu mari kita membuat keputusan, dan mari kita mati –matian membela keputusan itu.
Kala bahagia meluap menyelimuti ruh dan menjadi teman abadi kita, segala sesuatu akan terlihat indah dan menawan, meski sebenarnya tidak seperti itu. Lantas bagaimana kiranya jika memang benar –benar indah.
Saat –saat hidup yang paling indah adalah saat –saat yang tak bisa diungkapkan seseorang atau tidak ingin diungkapkan. Ibadah, kondisi ruhani kala hanya berdua dengan Rabb, kebahagiaan, dan perasaan kala berduaan dengan orang tercinta. Dan sejarah paling indah adalah yang tertulis didalam hati dengan bahasa perasaan.
Ketika saya bilang pada anda, “Saya mencintai Anda,” jangan sampai anda mengira bahwa yang saya maksudkan adalah orang lain, sehingga kata –kata indah ini menjadi hampa tanpa makna… saya mencintai anda.
Mentari laksana orang –orang tercinta, jika mereka pergi tanpa pamit. Kala pergi, segala sesuatunya terasa gelap.
Seberapa besar Anda memberikan Cinta pada orang lain, seperti itulah hati Anda akan semakin lapang, ruhani Anda akan kian luhur, perasaan Anda akan semakin lembut, dan Allah akan menganugerahkan kebahagiaan dan kesuksesan.
Bahkan andaipun kau tak datang, bahkan jika pun tempat ini menjadi gelap dan sepi tanpamu… ruhku akan tetap mencari ruhmu dari jarak yang tak jauh… lantas apakah gerangan ruhku bisa menemukan ruhmu? Ruhku yakin bahwa kau dekat… mustahil jika ruhmu berada jauh dariku…
Allah menyebut akad pernikahan sebagai “perjanjian kuat,” sebagai petunjuk akan kokohnya ikatan dua ruh dan jasad. Pernikahan adalah ikatan akal, kalbu, ruh, jasad, masa sekarang dan masa depan. Pernikahan adalah ikatan lembut nan menawan, di sana tangan –tangan berpegangan erat untuk menempuh jalan hidup dengan harapan, optimis, dan kerjasama.
Siapapun yang sadar dan hidup harus ingat, bahwa setiap permulaan itulah yang terakhir, dan setiap yang terakhir itulah permulaan. Satu fase berakhir selanjutnya fase berikutnya baru dimulai, dan agar seseorang naik satu tingkatan demi satu tingkatan. Saat –saat paling indah adalah saat –saat memikul beban berat kala disertai cita –cita, dan dialihkan dalam pekerjaan. Adalah termasuk keteguhan hati ketika Anda tidak merasa sudah sampai hingga benar –benar sampai, karena bisa saja seseorang terhalang untuk menjadi tujuan di saat –saat terakhir.
Kata –kata yang paling mampu meredakan amarah ketika segala sesuatu terjadi tidak seperti yang kita inginkan adalah “semoga ini lebih baik!”.
Kala mencapai kesuksesan, Anda harus membaca melalui rona –rona muka banyak orang yang terlibat bersama Anda menciptakan keberhasilan itu. Ayah, ibu, teman, dan orang dekat yang ikut membangun dan menopang proyek Anda, hingga sampai daftar nama terkahir, entah banyak atau sedikit sesuai karakter jiwa anda, sesuai kemampuan anda untuk melepaskan diri dari sifat egoisme, guna membersihkan kesempatan pada orang lain, dan memuji capaian mereka.
Kegagalan adalah sekolah yang dilalui orang –orang besar, orang –orang kreatif, dan orang –orang terkenal. Kita tidak boleh kehilang kepercayaan diri dan perasaan kemampuan untuk bangkit.
Siapa yang menampakkan diri seakan lebih cerdas dari yang sebenarnya, sejatinya ia lebih bodoh dari yang sebenarnya!
Pagi hari… angina sepoi –sepoinya adalah nafas kerinduan… merasuk ke dalam nurani paling dalam, menggerakkan kerinduan yang tak pernah menutup mata, dan menyadarkan hati yang tak pernah reda kesedihannya.
Kerinduan menghadapkan wajahnya kepada kalian, sementara ruh berharap bisa bertemu kalian. Aneh sekali! Saya merindukan seseorang yang mungkin saja tidak akan pernah saya temui sekalipun.
Ciptakan pagi yang berbeda… hirup udara pagi dengan optimis… kebahagiaan dan kerelaan hati… dengan lisan hati, izinkan kami mengatakan, “Ya Allah! Sungguh, kami memohon kepada-Mu kebaikan, kemenangan, pertolongan, cahaya, berkah, dan petunjuk hari ini.!”
Andai Anda meminta saya untuk memberikan nasehat dalam satu kata, tentu yang saya sampai adalah kata “sabar”. Dan dari kata ini saya meringkas kata –kata “sabar terhadap diri sendiri,” mengatur diri sendiri dengan bijak, kerelaan hati, dan harapan. Jangan putus asa meski Anda gagal seribu kali atau sejuta kali. Bangkitlah dan mulailah lagi. Kepercayaan inilah yang menjadi rahasia kesuksesan Anda.
Tentu indah jika Anda belajar dari kehidupan untuk tidak mengingat memori apapun bersama orang lain selain yang indah, belajar secara sepontan atau sebut saja secara lugu, berinteraksi dengan wajah –wajah baru, namun jangan sampai semua ini membuat lalai atau memperdaya, yang membuat Anda Jatuh di tengah jalan.
Ungkapan “menahan amarah” mendesak kita untuk tidak menyerah pada amarah, tidak merubah amarah menjadi tutur kata dan perbuatan, jadikan marah tetap berada dalam lingkaran perasaan sesaat yang berlalu, lalu kita mendorong diri untuk melupakan perasaan itu… saya katakana pada Anda, “cobalah!”
setiap hari kita tidak harus sama … kita bisa menjadikan setiap hari berbeda dari hari sebelumnya, seakan kita baru lahir saat ini. Setiap hari, orang yang punya akal dilahirkan, Dan setiap hari, orang bodoh dikubur.
suasana panas bukan berada pada suhu udara panas, tapi adanya dalam jiwa yang kering… Anda harus baik –baik saja, penuhi hati Anda dengan kasih sayang, murah hati, memaafkan, dan kasihanilah mereka yang tidak memiliki sifat –sifat ini.
Angkatlah semboyan Cinta, teriakkan tutur kata bersih, hadapi faktor –faktor dendam dengan spirit murah hati, jadikan ridha Allah sebagai tujuan yang hendak dicapai, celupkan hati Anda dalam rendaman kesabaran nan indah, selanjutnya perhatikan apakah masih ada duka di hati Anda?[4]
MENUNGGU
Kesendirian membekukan segalanya. Kini usiaku menginjak 23 tahun sudah memasuki dunia dewasa tapi mengapa demikian rasanya menakutkan, banyak yang harus difikirkan di fase ini diantaranya masa depan. Mau jadi apa? Sedangkan orang tua tak lagi muda diumurnya yang mendekati senja mengharapkan agar anak-anaknya sukses dan bisa mandiri apalagi di keluargaku perempuan semua, aku adalah anak pertama yang menurutku posisi paling menakutkan. Kenapa hal demikian? Karena jika aku salah melangkah maka akan menjadi contoh untuk adik-adikku dan menjadi omongan tetangga, bukan omongan mereka yang kutakutkan akan tetapi.. perasaan kedua orang tuaku yang aku jaga agar tidak kecewa dan agar tidak merasa jika apa yang mereka lakukan itu semua sia-sia, aku berada diatas pundakku sendiri. Kata-kata yang menyiratkan bahwa beban-beban receh yang membuatku harus berpikir keras bagaimanapun aku harus menjadi.!?
Waktu terus berjalan dengan cepatnya. Akan tetapi, rasanya diri ini tak melakukan apa-apa. Sedikit pengalaman yang telah dijalani dan banyak pembelajaran yang didapati, satu yang membekas tentang betapa lucunya hidup ini hanya sekedar berputar-putar sehari-hari untuk makan dan bertahan hidup setelah itu mati. Apa sesederhana itu hidup? Aku berjalan menapaki aspal dengan merenungi bayangan diri, apakah akan seperti ini terus-menerus? Ya Allah aku masih tak mengerti. Rencana apa dibalik semua ini? Aku mencoba berkali-kali memasuki dunia kerja tapi ini hanya selingan mengisi waktu kosong saat libur kuliah, Tapi apa yang aku dapat? Kebosanan. Stagnan dengan kegiatan yang tiap hari, tiap waktu kita dituntut melakukan aktivitas yang sama tiap hari hanya demi uang receh agar bisa bertahan hidup dengan membeli makan, atau memenuhi keinginan yang sesaat datang ketika mata tertuju pada salah satu barang atau keinginan yang melintas setelah itu selesai. Ini hidup? Kenapa semembosankan ini?.
Aku hampir wisuda maka aku harus menyiapkan bekal untuk hidup mandiri sendiri dalam jangka waktu yang mungkin sangat lama, dalam pikirku mulai terlintas kembali pikiran-piran receh yang aku jadikan kesimpulan dalam merevisi semua tujuan hidupku secara pribadi, berpikir mencari tempat kerja yang memungkinkan aku akan bekerja disana dalam waktu yang lama sampai terpenuhinya membeli rumah sendiri, setelah itu pindah tempat kerja yang lebih mapan lalu menabung untuk menaikkan haji kedua orang tuaku aamiin.. sekilas fikiran-fikiran itu melintas dan aku amini sendiri, semoga dikabul.
Mata hari bersinar cukup terang di sebelah Timur sana. Jam masih menunjukkan angka 08.14 tapi hari ini ampuh banget membuat keringatku keluar dan bercucuran banyak memenuhi jidat, didalam kamar yang ukurannya tidak terlalu luas inilah tempatku mengutarakan semua motivasi dan kahayalanku kedalam sebuah karangan yang masih membosankan.
Pikirku bagaimana membuat semua orang terutama orang tuaku mau menerima imajinasi? Semua imajinasi dalam pikiranku yang terkadang tak masuk akal, tapi mengapa banyak orang yang bilang “ah itu hanyalah khayalanmu saja, jangan banyak menghayal yang pada akhirnya mengecewakan jika hal semua itu tidak terjadi.” Ucap mereka setiap kali aku menceritakan perihal tujuan –tujuan hidupku, aku terus –menerus menulis apapun yang menjadi tujuan hidupku tanpa aku utarakan lagi kepada mereka dan hanya aku dan Tuhan yang tau. Aku menulis memeras otak kanan, membayangkan semua kejadian aneh yang mungkin terjadi di benak. Kutuangkan dalam tulisan. Wajar kalau jadinya aneh, beda dengan yang lain. Kutunjukkan pada seorang dosen yang memang menyukai karya –karya tulis ilmiah dan bahkan sudah paham dalam literatur penulisan yang sangat apik dibidangnya. Lalu apa katanya.
“Siapa yang mau baca tulisan seperti ini? Buku yang kemarin kamu beli kan bilang seorang penulis harus mempertimbangkan pembaca. Kalau tulisan seperti ini kamu buat, siapa yang mengerti. Baca dong bukunya.”
Hufts… ucapan beliau benar, tapi tidak juga. Kebenaran dan ketidakbenaran sekaligus numpuk dalam ucapannya. Namun bagaimana menjelaskannya? Beliau doyan sekali sama logika. Paradoks seperti itu mana mau dia terima. Dalam satu hal hanya ada satu esensi, tidak boleh ada dua hal yang bertentangan di dalamnya. “Mana ada kebenaran sekaligus ketidakbenaran menyatu dalam satu penjelasan?” begitu kubayangkan beliau akan berbicara nantinya. Ia akan berkeras mengatakan pendapatnya benar karena jelas rujukannya, jelas argumentasinya.
Lalu bagaimana membuat beliau memahami bahwa imajinasi yang kutuliskan ada gunanya?
Perempuan yang melubangi dada setiap bertemu kekasihnya, sinar matahari yang menjelma menjadi sebuah platina berkilauan, cahaya bulan yang menghujani dengan taburan emasnya, gadis –gadis yang bermain riang di titian pelangi, organ –organ tubuh yang saling berdebat, pesta –pesta dibalik awan sana, angin yang sudah bosan untuk bergerak, perempuan yang merajut kain indah dengan kerinduannya hingga menjelma sebuah hutan aneka warna, surga yang jatuh ke bumi karena terlalu tua dan lapuk.
Mengapa beliau tak dapat memahaminya?
“kalau kamu mau jadi penulis, jangan egois dengan tulisanmu. Ingat –ingat pembaca. Tulisanmu harus dibaca orang, kalau tidak, buat apa kamu menulis. Lihat di Eropa dan Amerika, penulis –penulisnya banyak yang kaya dari hasil tulisannya. Itu baru sukses. Kenapa mereka sukses? Karena mereka mempertimbangkan pembaca. Mereka menulis apa yang disukai pembaca.” Kata –kata beliau terngiang –ngiang lagi di kepala.
Aku memahaminya, aku juga membaca buku –buku tentang menulis itu dan menulis seperti yang disarankan buku –buku itu. Namun sering kali aku juga ingin menulis yang lain, ada setusan –cetusan di dada yang ingin kutuangkan dalam tulisan yang berbeda, yang mengalir, yang tak tertahan oleh kesenangan pembaca. Aku mencurahkannya saja. Semua mengalir. Semua terhambur begitu saja, bagaimana membuat beliau mengerti betapa menyenangkannya berimajinasi?
Kalau beliau sedang bicara ketika aku meminta bimbingan akan semua tulisan yang kucoba rangkai kedalam sebuah karya, maka beliau akan berbicara dan menjelaskan bagaimana seharusnya menjadi penulis yang baik. Akan tetapi hal semua yang beliau jelaskan dan sarankan menurutku cukup monoton, aku diam saja. Kepalaku cuma dipenuhi pertanyaan “kok beliau enggak ngerti ya?” aku memandanginya saja. Aku barang kali seperti kebanyakan anak manis yang mendengarkan nasihat –nasihat orang tua.
Keesokannya aku pulang kerumah tempat tinggal sesunggunya Bondowoso dengan menaiki motor aku melajukan kecepatan minimum banyak ingatan –ingatan yang diutarakan dosen pembimbing tentang tulisan –tulisanku saat di kampus tadi. Aku berfiki beliau sebagai seorang yang lebih tua dank arena dianggap lebih berpengalaman, bicara terus dengan penilaian dan nasihatnya. Ia bicara sebagai orang tua dan aku mendengarkannya sebagai anak. Kita berdua bukan orang dewasa yang sedang saling memahami. Dalam pikiran beliau barang kali belum pernah tersirat bahwa anak gadis di depannya itu sangat mungkin jadi orang dewasa, atau bahkan beliau tidak pernah memiliki anak gadis maka dari itu beliau tak pernah paham imajinasi seorang anak perempuan yang mencoba diutarakan kepadanya yang posisinya sebagai orang tua.
Sesampainya di rumah kuucapkan salam kepada kedua orang tuaku, ternyata ibu bapakku sedang asik menonton serial TV di ruang keluarga. Aku berbaur diantara mereka “gimana kuliahnya nduk?” pertanyaan ringan ketika aku pulang. Aku hanya bisa menjawab “Alhamdulillah lancar bu.” “kapan lulus, sudah sampai mana tugas akhirmu? Dan bagaiaman, sudah dapat ancang –ancang (pandangan) perihal kamu mau kemana setelah lulus/wisuda nanti?” bapakku yang sendari tadi diam fokus ke TV didepannya sekarang berbalik pula menanyaiku perihal pertanyaan yang tak henti –hentinya kudengan saat pulang. Aku hanya terdiam dan berfikir keras akan jawaban yang aku berikan, “entahlah pak. Ini masih proses pengerjaan tugas kahir, mengenai pandangan kemana setelah wisuda itu masih menjadi pandangan saja. Doakan saja semoga lancar dan sukses toh.” Aku menjawabnya sambil berlalu dan memasuki kamarku.
Kurebahkan tubuhku diatas tempat tidur yang hanya muat satu orang saja, aku lihat sekeliling ruang. Entah apa yang sedang aku lakukan sekarang, hanya terdiam tidak melakukan apa –apa ku hela nafas panjang, aku pikirkan. Selain menulis, aku lebih banyak jalan –jalan ketimbang kuliah. Aku nimkati film –film yang diputar di bioskop –bioskop 21. Kuliah semakin membosankan. Isinya lurus –lurus saja. Barang kali karena aku terlalu memeras tenaga ketika SMA. Hanya saja yang paling aku senangi adalah membaca buku terus saja membaca buku entah buku fiksi atau non fiksi, buku psikologipun tak luput aku baca entah apa yang ingin ku ketahui, musik –musik yang menemani begadang saat aku tak bisa tidur.
Lalu datanglah kegemaran menulis, godaan dari buku –buku yang kubaca mendorongku menulis. Sedikit demi sedikit, lalu menjadi kebiasaan. Tapi hal itu hanya bisa dinikmati teman –temanku tidak untuk hal layak umum. Sampai saat aku rebahan merenung berlama –lama ketika harus memilih jurusan di perguruan tinggi. Ternyata aku tak hanya memikirkan kuliah apa yang akan kuambil. Kupikirkan juga apa mauku yang tak kunjung jelas. Kupikirkan siapa aku yang maunya tak kunjung jelas. Kupikirkan mengapa terjadi diri yang tak jelas dengan mau yang tak jelas. Kupikirkan lagi mengapa ada diriku dan segala hal tak jelas yang melingkupinya. Terus berlama –lama, berulang –ulang. Siapa diriku? Siapa aku? Siapa aku?
Ternyata pertanyaan itu susah dijawab, amat pelik. Bukan karena seluk –beluk dan liku –likunya rumit, tetapi karena aku tan punya pendekatan untuk menemukan jawabannya, taka da metode, tak punya teori, siapa aku? hah! Siapa? Bagaimana menjawab pertanyaan ini. Pertanyaan klise para filsuf sepanjang zaman siapa aku?
Kutemukan sebuah risalah memuat baris –baris kata yang memberi sebuah celah untukku mengintip diri sendiri. Menulis, begitu risalah itu kuringkas, dapat membantu manusia menemukan diri, membantu perempuan mengurai lagi sejarah hidup dan menemukan jejak –jejak asal yang masih bersih dari peradaban. Kalimat –kalimat yang belum tegas dan kurang jernih itu menjadi penuntunku dalam kebingungan. Bagi mereka yang bingung, sepercik kata saja bisa jadi penanda bagi sederetan patok yang menuntun tindakan. Kata –kata mutiara, seberapa pun membingungkannya, betapa pun tidak realistisnya, bisa jadi insight yang menggerakkan benak menemukan solusi bagi masalah. Dan itulah yang kurasakan, menulis membantuku mengenali diri sendiri. Saat itu memang masih angina –anginan, aku menulis saat mood menggenangi dan hanya mengalunkan saja kata –kata yang terlintas, tidak menggali, tidak menimbang –nimbang dan belum mempergunakan keseluruhan diri untuk meramu kata.
Menulis adalah mengurai diri, mengurut pengalaman, merunut jati diri. Menulis adalah pembebasan. Begitu tegas kata –kata itu menekan di otakku, membentuk kerangka bagi penalaranku setelah kukacaukan diri dengan ketidakjelasan. Lepaskan semua, biarkan pergi. Datanglah kepada huruf dan hiruplah tubuhmu dengan kata. Itu inspirasi yang terhembus dan merajut di lamunanku berbulan –bulan. Namun, jangan langsung percaya pada kata sebelum sempat mengupas huruf –huruf. Jangan gunakan huruf sebelum membelah bagiannya. Bongkarlah, bedah dan cermati liku –likunya, ikuti liuk –liuknya, pahami seluk –beluknya. Begitu nasihat memberi janji kebebasan di sana. Janji pemahaman diri. Biarkan tubuh mengalami, biarkan hasrat menghendaki, dan biarkan kecemasan memetakanmu, sebab itu saja yang jelas kupunya. Dan hanya dengan kupunya aku menulis.
Semua ingatan yang hadir membuatku jenuh, dan aku berhenti memutarnya dalam otakku. Seketika itu kuberikan segenap pikiranku kedalam alam bawah sadar yang membawaku untuk bermimpi kembali akan angan –angan yang telah lama pergi meninggalkan untuk berlalu dan bercanda dengan semua yang sudah menjadi bahan imajinasi semata saja. Aku menunggu kejalasan atas semua mimpi dan ingatan yang jelas –jelas datang dan tak bisa di lewatkan semua hal itu memutar dengan sendirinya membentuk layar pertontonan seolah –olah diri ini berada di sebuah bioskop besar.
Menunggu kejelasan sangatlah membosankan, apa salahnya jika aku tak punya jawaban atas semua pertanyaan hidup yang tidak masuk akal. Aku tak punya jawaban jelas untuk pertanyaan –pertanyaan itu. Menjelaskan kepada semuanya tidak perlu meski berguna. Imajinasi dan semua hal itu adalah dunia yang berbeda. Iya semuanya tak seindah dalam imajinasi waktunya sadar diri, penerimaan mereka akan semua imajinasi yang aku utarakan tidak perlu meski berguna. Aku sudah memilih banyak hal tak berguna dan apa ruginya kalau sekarang kutambah lagi satu untuk menunggu hal yang mungkin tak pasti bahagia pada akhirnya, ah itu hanya tentang menunggu atau berhenti menunggu.
Menunggu. Banyak hal yang kutunggu dari pertanyaan di setiap sudut kehidupanku, Tuhan aku butuh jawaban. Hari inipun aku selalu bertanya di setiap kejadian, kenapa harus angkatan LDR? Karena keadaan genting ini pun Yudisium dan Wisuda dilaksanakan secara online. Hai Maret, kenapa kau datang dengan wajah yang penuh dengan luka dan lusuh? Apa karena masa ini banyak kedukaan dari setiap keluarga yang kehilangan jiwa yang amat dicintai karena kematian yang tak terfikirkan sebelumnya? Virus ini terlalu jahat untuk memisahkan jiwa-jiwa yang amat dicintai dengan waktu yang singkat tanpa pamit yang manis. Karena hal ini pula grup wisuda yang tadinya sepi sekarang ramai di penuhi oleh banyak perdebatan dan usulan-usulan agar wisuda tetap berjalan seperti biasa. Pada masa ini banyak hal yang harus ditunda dan banyak hal yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan demi menjaga keselamatan banyak pihak.
Indonesia benar-benar berduka. Angkatan pertama yang LULUS tanpa wisuda bertemu dengan pelukan, berpisan tanpa berjabat tangan. Dear Mahasiswa, angkatan ini akan menjadi angkatan pertama yang penuh cinta dimana disaat segalanya sudah direncanakan dengan rapi, disusun sedemikian rupa namun tidak akan terlaksanakan, hingga begitu saja. Sebut saja angkatan ini “angkatan LDR Corona” tetapi jangan khawatir angkatan kalian akan terkenang sepanjang masa. Dimana nilai ijazah pertama kali diambil dari nilai tugas-tugas secara online dan daring (dalam jaringan), dimana kelas dilaksanakan dalam online tatap muka jarak jauh. Untaian demi untaian pada masa ini memiliki makna yang menyentuh, ada kecewa da nada rasa kesal didalamnya. Menurut ego semua tidak akan apa-apa jika ruang yang diadakan dalam acara wisuda lebih di sterilkan lagi. Tapi, secara akal sehat semua ini demi kebaikan untuk semua orang. Selalu bersyukur karena siapapu yang tidak ada di vase ini sungguhlah menyenangkan karena bisa wisuda seperti biasa, melakukan aktivitas normal diluar rumah dan semua sistem berjalan lancar dan normal, bersyukurlah.
Beberapa bulan telah berlalu dari usainya acara kelulusan itu. Semua ingatan itu masih tetap terpatri dibenak serta membekas dalam sanubariku, banyak angan-angan yang ingin kugapai sampai akhirnya kutemui suatu masa dimana banyak kematian karena virus yang begitu menakutkan. Tanyaku berkali-kali pada diriku sendiri “kenapa? Kenapa Allah mengujiku seberat ini.? Padahal banyak yang harus aku gapai banyak hati yang ingin kubuat bahagia dan bangga. Kenapa?” banyak usaha yang kulakukan untuk menggapai apa yang telah menjadi rencana jangka panjangku sebelum kelulusan itu. Sekarang semuanya menjadi berhenti.
Allah. Apa? Apa semua ini? Cerita ini bahkan taklagi sama dengan apa yang ada dalam pikiranku sendiri. Semuanya luluhlantah bahkan serasa aku terpojok dengan masa ini masa Covid-19 berjaya. Hidupku semakin bergantung pada ke-2 orang tuaku aku hanya bagaikan beban untuk mereka. Allah. Boleh aku mengeluh? Terlantarlah semua mimpi kemarin, terabaikanlah rencana A, B, dan C, terhentilah langkahku disini. Di ruang yang semakin hari semakin membuatku terasa terbunuh.
Allah. Aku menyadari banyak hal aku yang tak sempurna, aku yang banyak dosa, aku yang penuh kesalahan.tapi dari semua hal itu, aku adalah manusia yang sama yang memiliki mimpi untuk membuat senyum diwajah yang tak lagi muda yaitu orangtuaku. Allah, aku pun juga tau takdir-Mu takkan bisa dirubah olehku. Bisakah 1 saja doaku Engkau Kabul yaitu bahagiakanlah kedua orangtuaku seumur hidupnya hilangkan beban dan kesedihan dalam fikiran dan hatinya.
Menunggu serasa hal biasa untukku tidak lagi berat, tidak lagi membuat lelah. Dari ini semua aku belajar dengan menunggu kesabaran datang sendiri dalam diri.
REMEMBER
Hai April. Masa yang penuh dengan cerita dan derita, entah apa yang dirahasiakan semesta untuk dijadikan pembelajaran. Hanya saja diri ini telah berada dititik jenuh dimana ingin melakukan apa-apa, tapi apa?. Pasrah adalah kata yang salah, lebih tepatnya bersyukur banyak-banyaklah bersyukur dan solusi untuk mengatasi semuanya adalah diam. Saat ini hanya diam biarlah semesta yang memutuskan dan biarlah semesta yang bekerja. Ingatanku memaksaku untuk berkata bahwa terkadang kita memaafkan seseorang, bukan karena kamu telah menerima apa yang telah terjadi entah kesalahan atau hal apapun. Tapi, karena kita tak ingin hal-hal itu mengusik hidupmu kedepannya. Dan diriku terus berkata “ya Allah. Sabar dan tegarkan hatiku untuk melihat kenyataan hidup yang tak sesuai dengan apa-apa yang aku harapkan.”kulihat semua orang pikiran inipun datang (ketika seseorang cukup kuat untuk membuatmu terjatuh, kamu harus tunjukkan padanya bahwa kamu juga cukup kuat untuk bisa bangkit dan lebih kuat) hanya saja mereka terlalu jahat telah menyakitiku dengan ucapan dan perbuatan mereka. Dan aku merasa sedih, kenapa mereka harus seperti itu kepadaku padahal Allah menempatkan aku sama dengan mereka, Tidak di tempat tinggi ataupun di tempat rendah melainkan sama dengan mereka.
Seketika itu kulihat langit diatas kepalaku dan ku bersyukur karena aku masih berada di bawah langit yang sama, sama dengan hari kemarin ketika aku melawati hari-hari ketika aku merasa bahagia. Ketika waktu berjalan dengan cepat dan berlalu aku merasa diriku akan sendiri di dunia yang sangat luas ini padahal aku tau jangan pernah merasa dirimu sendiri dalam hidup ini, karena selalu ada yang peduli. Yang akan selalu menyebutkan bait namamu di setiap doanya.
Selamat datang Juli, kesan pertama yang kudapat tidaklah menandakan rasa bahagia. Bagaimana bisa seorang manusia yang diciptakan sama memiliki penilaian rendah maupun tinggi terhadap sesamanya? Padahal Tuhan yang diyakini satu dan sama-sama memiliki kesempatan sama antara hidup dan mati serta jodoh dan rezeki. Jangan pernah menyianyiakan orang lain karena kekurangan yang ia miliki. Karena, dunia dan yang ada didalamnya hanya bersifat sementara. Semuanya hanya titipan dari Allah satu-satunya Tuhan semesta alam yang bisa menariknya kapan saja.
Ingatlah fase ini. Fase dimana manusia menilai rendah, tinggi atas sesamanya, buatlah pembelajaran bahwa semuanya hanya sekedar titipan untuk apa dibanggakan dan disombongkan. Faseku ini adalah fase dimana semua orang memandang keluargaku rendahan, penuh dengan ujian, penuh dengan penderitaan dan kekurangan serta penuh kesusahan bahkan kemelaratan, dimana tekanan datang dari luar maupun dari dalam keluarga sendiri. Bersikap Diam, Cukup membuat redaman atas emosi yang ditimbulkan dari keinginan untuk membalas semua tindakan yang setiap waktu datang hanya sekedar menggugurkan sabar-sabar yang terpaut dalam hati. Kuatlah bagi kamu yang sedang atau pernah melewati posisi ini. Bunuh diri bukanlah solusi, frustasi dan stress memang hal biasa terjadi dalam kehidupan manusia. Berdoalah, Allah selalu mendengarkan doamu apapun isi doamu Allah selalu menerimanya dan selalu sudi mendengarkannya. Asal jangan pernah duakan Dia.
Ingatan yang tidak pernah memudar bahkan membawa segala hal yang seharusnya dihapus dengan waktu yang ikut berlalu. Tapi, dengan cara itu Tuhan menyiapkan segalanya dengan indah pembelajaran yang dapat diambil dari setiap kejadian yang hadir dalam hidup. Manusia hanya bisa belajar dan mengambil hal-hal yang indah dan cantik dari setiap kejadian, “Tuhan hadirkan suatu hal tanpa sia-sia. Bersyukurlah karena Tuhan masih cinta.”
Sesuatu hal yang diusahakan sedemikian kerasnya agar bisa berhasil menjadi nyata ternyata tidak akan pernah menghasilkan pengharapan yang sedemikian rupa. Hari ini diri ini mengerti darimana, bagaimana proses pembentukan ide dari teori kehidupan. Ternyata kehidupan hanya membawa penderitaan dari segala yang datang dan hal itu akan berlalu dan pergi pada waktunya. Aku ingin meluapkan segala keluh resah tentang cerita di keseharianku yang akhir-akhir ini hanya ku habiskan dengan berdiam diri tanpa melakukan apa-apa. Seolah, Allah tidak ingin lagi berperan dalam kehidupanku. Ketika diamku seperti ini banyak pertanyaan yang menyelinap masuk kedalam pikiranku tentang Allah tentang kehidupan dan segala harapan yang sirna serta rencana yang berjalan tidak sesuai mauku, apa aku yang terlalu egois dan terlalu merencanakan hal-hal yang aku inginkan bahkan tidak berpikir apa yang sebenarnya Allah inginkan dan rencanakan.
Hanya bisa pasrah dan ikhlas apapun yang akan terjadi terserah bagaimana semesta mengambil keputusan akan hal itu. Sesabar apapun diri ini hanya bisa berdiam diri bahkan diri ini tak bergerak sama sekali, “Allah…. Harus bagaimana aku?” tanyaku pada diri sendiri. Bagaikan terpojok tidak menemukan jalan keluar gagal akan semua yang direncanakan, sesaat aku menyerah terduduk terdiam berpikir apa yang sebenarnya terjadi hari ini? Aku hanya bisa diam tidak memberi tanggapan akan semua hal terjadi. Mungkin ini baik, diam saja tidak usah berkata ataupun berpendapat. Orang-orang sekitar hanya bisa bertanya dan memberi komentar tanpa berpikir yang dilakukan mereka benar atau salah, segala keluh kesah pikirku tak memberi dampak akan segala hal yang terjadi bahkan tak memberikan jalan keluar akan hal itu. Baru tersadar, bukannya diri ini dari dulu memang diabaikan? Bukannya diri ini dari dulu menjadi prioritas nomor sekian? Bukannya dari dulu diri ini memang terbawahkan? Dan bukannya dari dulu diri ini memang tidak di khususkan?. Lalu mengapa diri ini harus selalu Nampak baik, tidak lemah, selalu tersenyum, bahkan membantu disetiap kebutuhan orang lain.
Aku menyerah. Bahkan ketika aku menyerahpun aku tetap sendiri tidak ada satu orangpun yang merangkulku atau memberikan dukungan untuk tetap semangat, lalu untuk apa aku memikirkan orang lain bahkan diriku sendiri saat ini membutuhkan dukungan diri ini. Ternyata benar, kebahagiaan tidak dihasilkan orang lain melainkan berasal dari diri sendiri. Tak perlu berusaha selalu ada untuk orang lain jika diri sendiri sedang tidak baik-baik saja.
INGATAN DUKA
Aku tak bisa menerka keberartian diriku. duka bukan saja asing, tetapi memedihkan. Sudah berapa banyak kubuat, aku tak tahu. Berartikah? Waktu tak pernah selesai, tetapi masih saja aku terburu – buru. Berapa liter oksigen harus kuhirup setiap hari, biar hidup jadi lapang? Atom – atom tubuhku tumbuh pesat, bertabrakan melinukkan. Kemana hati akan bertempat sejak plasma darah tak lagi bergerak aku lemas, dan waktu padahal tak pernah selesai melonggarkan ruang, menyempatkan burung – burung berkepakan, kawin, beranak pinak.
Bukankah memang begitu, hidup sejak semula adalah kelelahan dan putus asa. Seperti Chairil menegaskan, hidup sekedar menunda kekalahan. Kuterima itu sebelum aku mabuk dengan keyakinan bahwa hidup dapat terpegang dengan jelas. Kuterima hidup yang akan berulang, kembali seperti sedia kala, sama dan sama lagi. Kuterima hidup yang Cuma mondar – mandir, melingkar kembali dan kembali, begitu dan begitu saja. Kuterima hidup sebagai ruang angkasa yang tak terjelajahi dan yang tak pernah tersentuh oleh ilmu pengetahuan manapun, sampai kapanpun, tak akan pernah kumengerti. Lalu kucoretkan kata – kata setiap resah datang menyergap. Kucegah datangnya duka dengan persuasi terhadap diri. Kubujuk benakku untuk percaya bahwa resah dan duka –lara akan berhenti punya makna jika mencegahnya dengan makna –makna lain. Kucegah remuknya diriku dengan bujuk – rayu yang mengundang hasrat. Kucegah hidup jadi telinga dengan gerak – gerik tak beraturan. Kucegah penghianatan dunia dengan ketidaksetiaan pada apa pun. Kucegah harapan palsu dengan pembatalan segala niat. Kucegah semua ketidakmungkinan dengan kemungkinan acak yang tak pernah kubayangkan sekalipun karena sang tangan Tuhan yang mengikuti segala alur cerita hidupku. Mengalir dalam kebingungan, menyanyi dalam kepedihan, dan berlari ke segala arah.
Aku tak bisa tertawa selepas dulu, maka kulepaskan saja kata –kata yang tersusun rapi dalam sebuah karya sederhana. Kuhirup saja udara –udara yang tadinya tak bergerak kemana –mana. Kuabaikan saja segala perkara yang datang yang hanya dengannya ingin melupakan semua kenangan yang telah berlalu pergi teramat lama dan jauh. Masihkah akan lama kebingungan –kebingungan ini membidik waktu yang tepat untuk melepasku dari dunia yang semakin ramai akan ingatan –ingatan manusia yang semakin membuat drama yang cukup apik agar membuat setiap orang terlena di dalamnya.
Ingatan yang tak pernah kuharapkan datang setiap waktu datang bagaikan alarm yang kapan saja bisa membuatku terlelap dalam buaian mimpi yang tak kunjung selesai kisahnya, kapan ingatan ini akan usai dan terlupakan seakan aku muak dengan semuanya. Aku lelah dengan apa yang dihadirkan oleh ingatan tapi aku berpositif terhadap semuanya yang diulang –ulang oleh sebuah ingatan, yaitu semakin menjadi kuat dan sabar menghadapi semuanya.
Karena, semua hal di dunia ini diciptakan oleh Allah Swt. Sesuai dengan takaran masing-masing, termasuk ujian hidup manusia melalui tindakan, atau yang dihadirkan kedalam ingatan. Sehingga, sebenarnya tak ada manusia yang mendapat ujian terlalu berat. Jika ada seseorang yang merasa ujian hidupnya sangat berat, maka sesungguhnya hal itu hanya anggapannya saja sebagaimana emosinya saat itu. Segala ujian yang Allah Swt. Berikan kepada hamba-Nya pasti bisa dilalui. Dengan kesabaran, ketabahan, serta ikhtiar, setiap orang tentu saja mampu melalui ujian hidupnya.
Setiap ujian merupakan bagian dari sistem kehidupan. Tidak ada seorang pun yang bebas dari ujian Allah Swt. Bahkan seseorang yang benar-benar beriman dan dekat kepada-Nya pun tidak luput dari ujian. Ujian bukanlah hal yang buruk dengannya kita sampai berputus asa, jangan sampai hal seperti itu terjadi berfikirlah yang positif karena disetiap ujian hidup menyimpan kebaikan-kebaikan yang membuat kita semakin dekat dengan-Nya.
Bermesra Dengan Musibah
Hidup berputar seperti roda. Setiap sisi merasakan keadaan di bawah dan di atas secara bergantian dan terus-menerus. Maka dari itu, kita harus menyadari bahwa hidup tidak hanya berkenan dengan kebahagiaan, melainkan juga kesedihan. Pertanyaannya, saat kesedihan datang secara tiba-tiba, apakah kita siap menghadapinya? Padahal, setiap orang tentu berharap agar hidupnya jauh dari kesedihan, bahkan memohon agar kesedihan tidak pernah datang dalam hidupnya.
Kesedihan adalah bagian dari kehidupan. Tidak ada orang yang dalam kehidupannya tidak diterpa oleh kesedihan. Semua orang, termasuk kita, pasti mendapat kesedihan. Tentu saja, dengan macam dan ukuran yang berbeda-beda yang hanya diketahui oleh Allah Swt. Siapa pun bisa tertimpa kesedihan, baik karena musibah maupun hal lainnya. Bahkan, kesedihan datang secara tak terduga dan berbatas. Kesedihan juga bisa datang secara bertubi-tubi maupun dalam jeda waktu tertentu.
Sifat kesedihan yang datang secara tak terduga mengharuskan kita untuk selalu siap sedia. Kesiapan tersebut mencakup kesiapan mental maupun spiritual. Sebab, taka da bekal yang paling tepat untuk bisa menghadapi kesedihan selain dua hal tersebut.
Bekal mental yang harus dipersiapkan untuk menghadapi kesedihan, meliputi kesiapan diri, kejernihan pikiran, serta ketahanan fisik dan psikis hingga kemahiran mencari jalan keluar. Sedangkan bekal spiritual yang dipersiapkan untuk menghadapi kesedihan, meliputi kekokohan iman dan tawakkal billah. Tanpa kedua bekal tersebut, kesedihan akan menjadi masalah besar bagi seseorang, jika ia tidak mampu menahan terpaan kesedihan, maka ia akan hancur bersama penderitaannya.
Pada dasarnya, musibah adalah persoalan dan beban hidup yang berat. Untuk bisa menerima musibah, kita membutuhkan kebesaran hati. Tidak semua orang bisa menghadapi musibah dengan cara pandang dan sikap yang baik. Banyak sekali orang yang tidak siap ketika ditimpa musibah, jadi bermesralah dengan musibah bukan kita meratapinya dengan keterpurukan akan tetapi musibah itu adalah dimana bagaikan kunci sebuah pintu menuju hal yang sangat luar biasa dan hal yang lebih baik lagi.
JANGAN BERSEDIH
Jangan bersedih. Yang akan datang lebih indah, perkirakan selalu sesuatu yang lebih baik janganlah bersedih kenyataan ini penuh dengan kebahagiaan andai saja kita buka kedua mata dan melirik pastilah ada satu hal yang sangat indah dan kita bisa mensyukuri itu semua. Jangan bersedih, segala beban berat yang kalian tanggung adalah pintu jalan keluar dan saya bisa berucap seperti ini untuk kalian yang sering kali merasa sedih “ Kala Krisis kian pelik, pertanda jalan keluar akan segera tiba, maka yakinilah itu.” Bagi saya. kesedihan adalah pencuri yang terusir, saya tidak memperkenankan kesedihan untuk diam dan mendekam. Saya tipikal orang bahagia dan ceria untuk apa menampakkan kesedihan? Karena jika kita menampakkan kesedihan hal sedimian itu hanya menularkan energi negatif kepada orang lain, maka saran saya jika kalian sedang bersedih tampakkanlah sebaliknya karena itu bisa merubah kondisi perasaan kalian.
Saya. Iya saya, saya gembira karena kesenangan-kesenangan kecil, saya memperlakukan kesenangan-kesenangan kecil laksana kebahagiaan saya kala mencapai kemenangan-kemenangan besar, bahkan sebelum kesenangan-kesenangan kecil itu terjadi. Jadi, perangi rasa sedih dan berbahagialah. Tataplah hal-hal indah dan bersiaplah untuk menyambut saat-saat gembira anda, karena saat-saat itu sudah dekat, jangan terus menatap seseorang hari ini. Karena kalian tidak tahu apa yang akan ia alami esok hari! Maka syukuri keadaan diri anda sendiri jangan terlalu sibuk memfokuskan orang lain sebagai bahan anda bahagia.
Yang paling menyedihkan ketika dimana saya melihat air mata berjatuhan dari setiap hati yang bersedih dan terluka, saya berfikir “harus apa?”. Dan ketika saat itu saya hanya bisa memberikan doa dan tutur kata baik untuk semua yang dialaminya. Saya berusaha keras untuk menyembuhkannya tapi saya tak pernah berfikir luka parah yang sedang saya tanggung bahkan membusuk seiring waktu berlalu membawa sejarah indah yang telah lalu. Ada waktunya saya merasa tidak peduli dengan air mata mereka yang telah jatuh, karena ketika itu saya berfikir “kemana mereka ketika saya berada pada titik/posisi seperti mereka.?”. saya hanya bisa bilang pada diri sendiri dan kalian yang sedang bersedih “jangan bersedih semua akan baik-baik saja, apa yang menimpa diri ini dan apa yang menimpa kalian adalah baik adanya dan apa yang dialihkan/dijauhkan dari anda hal itu adalah buruk adanya, angkatlah tinggi-tinggi kepala kalian seperti kepala saya saat ini, peluklah langit sebagai penguat diri kalian, dan hiruplah udara segar sedalam-dalamnya dan ringankan semua pikiran yang anda rasa tak perlu mengingatnya sebagai hal yang penting.”karena.
Kehidupan tidak Allah berikan kepada kalian dan diri ini agar diri ini dan kalian menjadi kisah sedih dan pilu, juga agar kalian dan diri ini tidak menjadikan kehidupan sebagai musim kemiskinan. Kehidupan Allah ciptakan agar kalian dan diri ini bahagia di dunia, dan kalian dan diri ini membangun istana bahagia di akhirat maka dari itu selamat berbuat banyak kebajiakan tiap hari untuk kalian dan diri ini J
Daftar Pustaka
Abazhah Nizar, 2010, Ketika Nabi di Kota, Jakarta : Penerbit Zaman.
Geerken Horst Henry, 2011, A Magic Gecko Peran CIA di Balik Jatuhnya Soekarno , Jakarta : PT Kompas Media Nusantara.
Hefni Azizah, 2015, Disyukuri Dijalani Dinikmati, Yogyakarta : Diva Press.
Al – Audah Salman, 2017, Andai Aku Burung, Jakarta : Mutiara Publishing.
Profil Penulis
Assalamualaikum, semoga Allah SWT selalu memberikan kesehatan dan kebahagiaan untuk kita semua aamiin allahumma aamiin. Perkenalkan nama saya Shofiyatul Widad (Shofi Al Widad) saya lahir di Kota kecil yang indah nan asri tepatnya Kota Bondowoso, pada tanggal 28 Agustus 1997. Saya sempat menempuh pendidikan di jenjang SDN 1 Jebung Lor, SMPN 1 Pujer, MAN Bondowoso dan S1 jurusan Ekonomi Islam di IAIN Jember. Saya memiliki 2 saudara kandung mereka sangat cantik dan baik Alhamdulillah, dalam kesempatan ini saya mengucapkan terimakasih untuk banyak pihak yang telah menyemangati saya dan bisa menjadi inspirasi dalam karya-karya saya. Sungguh luar biasa cerita dan kisah yang Allah hadirkan dalam hidup saya selama ini, sehingga saya bisa banyak belajar dari semua hal itu. Satu kalimat motivasi dalam hidup saya “Doing what you like is freedom, liking what you do is happiness.” Semoga bermanfaat, salam cinta untuk kalian semua .
Wassalamualaikum…
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H