Mohon tunggu...
SofialWidad
SofialWidad Mohon Tunggu... Penulis - Latahzan innalloha ma'ana

Daun yang jatuh tak pernah membenci angin Instagram : _sofialwidad

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Di Titik Rata-Rata

29 Maret 2021   12:13 Diperbarui: 30 Maret 2021   08:38 2102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Ninik nggak mau kena marah mamamu gara-gara kamu jadi gosong setelah liburan dari sini!” kata Ninik tergesa-gesa. “lihat adikmu, Yus! Lihat kulitnya sehabis ke Parangtritis sama Ava kemarin! Anak-anak sekarang memang aneh…. Perempuan-perempuan lain rebut kepingin putih dan kemana-mana pakai paying…. Eh…. Lha kok yang sudah kuning seperti adikmu dan Ava nekat panas-panasan di pantai siang-siang! Awas adikmu Yus! Kalau tambah gosong, kamu yang tanggung jawab!” lanjut Ninik, mengomel! Panjang-pendek.

Dalam hati aku cekikikan, tapi depan Ninik aku menunduk, mengangguk-angguk, pura-pura setuju dengan kata-katanya. Padahal sebenarnya aku tak terlalu peduli. Siapa bilang kulit gelap itu nggak cantik? Tuh, nyatanya bule-bule sampai nggak pakai baju berjemur di pantai agar kulit mereka bisa secokelat sebagian besar kulit orang Indonesia!

Yang mengejutkan dalam perjalanan ke Wonosobo, ternyata yang pergi bukan cuman mbak Ava, mas Yusa, dan aku. mas Erwin ikut juga! Aku baru tahu waktu mas Erwin masuk kerumah induk, karena mas Yusa memintanya membantuku membawakan barang-barang yang mau aku bawa menginap di rumah mbak Ava. Dengan riang mas Erwin berkata ia tak sabar mengajakku jalan-jalan mengelilingi Wonosobo yang sejuk.

“lho, memangnya mas Erwin mau ikut?” tanyaku bingung. Bingung campur senang. Membayangkan akan bersamanya dua hari penuh bikin aku mulai lagi merasa demam.

Tidak, bukan demam.

Tepatnya : membara.

Pipiku terasa panas dan jantungku mulai berdebar lebih liar.

“yep, harus ada pria tegas buat ngawasin Ava dan Yusa biar mereka nggak coba-coba bikin bayi!” kata mas Erwin, membuatku tertawa campur tersipu-sipu “mana barangmu? Sini…. Biar kubawain!”

Perjalannya menyenangkan.

Dari jogja kami bertolak ke Magelang, lalu beberapa kilometer kemudian berbelok menuju Temanggung. Selepas Temanggung, perjalanan mulai mengasyikkan. Uadara dingin khas pegunungan membuat kami memutuskan untu mematikan AC mobil dan membuka jendela lebar-lebar. Zuhur belum lagi tiba waktu kami sampai di kledung, dataran tinggi yang berada di antara dua gunung, Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing.

Kami sepakat berhenti dan beristirahat dan mampir ke salah satu dari sekian banyak restoran cantik yang berada di Kledung. Restoran yang kami kunjungi agak ramai, tapi kata mbak Ava gurami bakarnya istimewa. Pelayannya dengan santun berkata, kami harus menunggu pesanan makanan kami setidaknya satu jam, lalu bertanya apakah kami keberatan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun