Mohon tunggu...
SofialWidad
SofialWidad Mohon Tunggu... Penulis - Latahzan innalloha ma'ana

Daun yang jatuh tak pernah membenci angin Instagram : _sofialwidad

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Di Titik Rata-Rata

29 Maret 2021   12:13 Diperbarui: 30 Maret 2021   08:38 2102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Angin berhembusan menyapa wajah membuat semburat bahagia, tapi kalau tidak hati-hati ketika menikung maka bisa jatuh dengan rona memalukan yang terpatri diwajah, Syafira berteriak “Azka besok-besok kita naik sepeda aja jalan-jalannya.!!.” “hemmh,enaknya kekamu, sengsaranya ke aku non.” Dengan nada memelas” “hahaha”tertawa lepas “hus perempuan jangan ketawa kayak genderuwo seperti itu.” Rayuku “iya-iya, maap-maap.” “guyon kalik hehe” aku dan Syafira akhirnya sampai di pasar tradisional tujuan utama kami, disana banyak kerajinan tangan, lukisan, makana khas dan baju khas Bondowoso” waw surganya uang” kataku “haah. Surganya uang, bukan mah, tapi surganya pengrajin.” Dijelaskannya Syafira “heeh kata siapa surganya pengrajin, ini mah surganya uang, tempat ini menggiurkan para pendatang untuk mengeluarkan uangdan menukarnya dengan barang incaran haha.” Candaku”hoh katamulah” “hehehmhh” tertawa kemenangan, bisa menipu sahabat sendiri kami berdua pindah dari losmen pedagang 1 ke pedagang lain al hasil banyak yang akan kami bawa danharus menyewa becak untuk mengantarnya kerumah. Kalau difikir Syafira gakkan muat buat membawa semuanya karena tangannya hanya dua hehe hanya seharian aku telah banya memilih untuk dibawa ke Jogja.

Setelah ke pasar tradisional aku dan Syafira melanjutkan perjalanan ke warung lesehan pinggir jalan asik banget hari ini dan puas telah menghabiskan waktu bersama sahabat tercinta. Waktunya pulang..

Sesampainya di rumah aku dan Syafira membongkar belanjaku yang telah sampai duluan “ckckck, apa aja yang kamu beli ka, emang sebanyak itu yang akan kamu bawa nanti.?” Tanya ibuk keheranan melihatku dengan tumpukan belanja yang barusan aku beli “ enggak kok buk, gak semuanya kan buat ibuk,ayah,bibik, dan sanak keluarga yang ada di Jogja aku beliin juga hehe.” “oya fira ini buatmu yang aku pilihin khusus untukmu mohon di terima ya.?” “wah terimakasih” semburat senyum di wajah Syafira. Cumin beberapa langkah dari rumah akupun tiba di halaman yang tampak cukup rapid an asri “assalamualaikum, safwan,safwan..!!!” “waalaikumsalam.”jawabnya. aku sodorkan tas yang berisi barang yang sudah aku beli untuknya “di pakek ya wan. Maaf hanya itu yang bisa aku kasik ke kamu buat kenang-kenangan sebelum aku balik lg ke Jogja hehe.” “ oh pasti aku pakai ka, oya kapan kamu balik ke Jogja.?” “emh hari senin lusa.” “cepet banget gak betah ya disini.?” . “eh gak gitu juga, aku betah banget, aku kesana karena sekolahku disana wan hehe.” “ow begitu hehe” “iya, oya wan aku dan Syafira pamit dulu yaa Assalamualikum”  “waalaikumsalam.” Aku dan Syafirapun pamit meninggalkan rumah Safwan.

Sesampainya di rumah aku langsung menghampiri ayah yang sedang sibuk dengan pekerjaannya bekerja keras menanam bibit buah dan pohon di sekitar halaman rumah agar tetap rindang, sehingga jika keluargaku kembali keluargaku bisa menikmati hasilnya “yah, ayah lagi ngapain.?” Tanyaku penasaran “ayah lagi menanam pohon buah supaya jika kembali lagi kesini kita bisa menikmati buahnya” jelas ayah “oh, buah apa saja yah.?” “macam buah kesukaanmu lah kan anak ayah sering makan hehe” “hemph, ayah” “benarkah.?” “iya-iya yah” betapa bahagianya aku dilahirkan di tengah keluarga ini dan memiliki sosok ayah yang kuat, teguh pendirian tak pernah menyerah dan pintar dengan beragam penghargaan yang di peroleh saat mengabdi di perusahaannya dan juga sosok yang membela anak-anaknya dan sangat ingin melihat anak-anaknya bisa tersenyum setiap saat dan akupun bangga dengan sosok seorang ibu yang penuh inspirasi dan sabar dalam mendidik ke-2 orangtuaku ketika mereka tidak menghiraukan celotehku atau permintaanku dan kadang mulut ini ingin sekali membantah segala perkataanya kalau saja aku tidak mengingat firman Allah:

“dan Rabbmu telah memerintahkanmu supaya kalian jangan beribadah kecuali kepada-Nya dan hendaklah berbuat baik kepada kedua orang tuamu dengan sebaik-baiknya , jika salah seorang diantara keduanya atau keduanya berumur lanjut dalam pemeliharaanmu maka jangan sekali-kali mengatakan kepada keduanya perkataan “ah”dan janganlah kamu membentak keduanya dan ucapkanlah kepada keduanya ucapan yang mulia dan rendahkan dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah “wahai Rabbku, kasihilah mereka ber-2 sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku di waktu aku masih kecil.” (Al Isra’: 23-24) pasti aku akan terus berdebat dengan mereka.

………………………………………………••••••••••………………………………………………

Lembayung sore mulai Nampak di kejauhan indahnya terhalang rimbunan daun yang banyak di gunung sana yang pohonnya berdiri gagah dan menjadi incaran para penebang liar, setengah lelah dan ngantuk aku masih terhanyut dalam aktifitas harianku yang jalan-jalan dan menunggu hari untuk pulang kembali ke Jogja. Tiba-tiba sms masuk “Asw, Azka besok kita ikut Safwan yuk ngajar besok suka rela kepada anak yang tidak mampu di desa ini, acaranya akan dilakukan selama 5 hari kedepan kan pas tuh kamu selama disini dan keesokannya kamu udah kembali ke jogja gimana, setuju.?” “hemh, iya aku ikut deh, oya. Kamu yang kerumah besok ya.” “ok”.

Besok adalah hari ke-3 dan tinggal 4 hari lagi aku disini mumpung disini apa salahnya aku buat kesan yang takkan terlupakan yaitu menjadi suka relawan mengajar ank-anak gelandangan yang tidak memiliki pendidikan, yah bismillah.. adzan maghribpun di kumandangkan waktunya sholat. Aku bergegas mengambil wuduk dan sholat berjamaah di musholla kecil di dalam rumah bersama ayah dan ibu setelah itu aku pergi ke kamar dan melakukan aktifitas seperti biasa browsing atau apalah kadang disaat aku sumpek, akupun membaca Al-Qur’an yang sebagai pedoman umat muslim sedunia, setelah banyak yang kulakukan akhirnya aku memutuskan untuk istirahat dan seperti biasanya sebelum istirahat aku cuci tangan, kaki dan meminum susu setelah itu, tidur.

Paginya aku sangat bersemangat karena hari ini saatnya menjalankan tugasku untuk terjun ke masjid tempat anak-anak itu akan diajar dan di beri bimbingan rencana ini di buat oleh aparat desa yang diketuai oleh Safwan dan sukarelawannya yang terdiri aku dan Syafira serta teman dan Safwan, selesai bersiap-siap aku tampil dengan jilbab bulgadok baju krem setelah berpamitan kepada ibuk ayak aku melangkahkan kaki dengan mantap kususuri jalan menuju masjid yang lumayan jauh sih di perjalanan akupun berpapasan dengan Syafira “katanya aku yang ke rumahmu ka.?” “oh iya, aku lupa kamu siiih lama.!!” “hehe.. ya sudah yuk kita langsung ke sana pasti Safwan dan anak-anak lainnya sudah menunggu kita” iya ayok”. Aku dan Syafira berjalan dengan obrolan ringan, setelah sampai di masjid ternyata Safwan dan temannya kepadaku dan Syafira.

“Azka, Syafira kenalkan ini Abi teman tingkatanku di SMU sini.” “salam kenal” jawabku dan Syafira gugup ternyata dia satu angkatan denganku, kebetulan aku mengajar dengan Abi, terkadang perasaan menerubus hinggap dan menggelayuti diri. Bisakah aku memasuki dunia cinta ini sekali lagi.? “hemh, pertanyaan macam apa itu yang membuatku gila seperti ini dan ragu.” Tepas dalam batinku yang menolaknya.

“Assalmualaikum.” Aku dan abi mengawali materi dengan mengucapkan do’a bagi mereka yang berwajah polos tak berdosa. “waalaikumsalam” aku tersenyum dan ucapkan terimakasih meluncur dari bibirku sebagai pembuka keakraban aku dengan mereka. Tertatih aku menyampaikan materi-materi ringan kepada mereka, untung saja ada Abi yang bisa melengkapi kegugupanku meskipun segala kemampuan telah kukerahakan agar mereka tidak jenuh dan bosan dalam menerima apa yang kusampaikan senyum lebar dan wajah ceria aku tampilkan. Tapi, tetap saja masih ada anak-anak yang merasa jengkel kepadaku. Gawat berarti aku belum bisa mengondisikan kelas gumamku dalam hati sambil tersenyum malu kepada Abi yang duduk diam memperhatiakan gerak-gerikku.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun