Mohon tunggu...
SofialWidad
SofialWidad Mohon Tunggu... Penulis - Latahzan innalloha ma'ana

Daun yang jatuh tak pernah membenci angin Instagram : _sofialwidad

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Di Titik Rata-Rata

29 Maret 2021   12:13 Diperbarui: 30 Maret 2021   08:38 2102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Tentu indah jika Anda belajar dari kehidupan untuk tidak mengingat memori apapun bersama orang lain selain yang indah, belajar secara sepontan atau  sebut saja secara lugu, berinteraksi dengan wajah –wajah baru, namun jangan sampai semua ini membuat lalai atau memperdaya, yang membuat Anda Jatuh di tengah jalan.

 Ungkapan “menahan amarah” mendesak kita untuk tidak menyerah pada amarah, tidak merubah amarah menjadi tutur kata dan perbuatan, jadikan marah tetap berada dalam lingkaran perasaan sesaat yang berlalu, lalu kita mendorong diri untuk melupakan perasaan itu… saya katakana pada Anda, “cobalah!”

 setiap hari kita tidak harus sama … kita bisa menjadikan setiap hari berbeda dari hari sebelumnya, seakan kita baru lahir saat ini. Setiap hari, orang yang punya akal dilahirkan, Dan setiap hari, orang bodoh dikubur.

 suasana panas bukan berada pada suhu udara panas, tapi adanya dalam jiwa yang kering… Anda harus baik –baik saja, penuhi hati Anda dengan kasih sayang, murah hati, memaafkan, dan kasihanilah mereka yang tidak memiliki sifat –sifat ini.

 Angkatlah semboyan Cinta, teriakkan tutur kata bersih, hadapi faktor –faktor dendam dengan spirit murah hati, jadikan ridha Allah sebagai tujuan yang hendak dicapai, celupkan hati Anda dalam rendaman kesabaran nan indah, selanjutnya perhatikan apakah masih ada duka di hati Anda?[4]

 

MENUNGGU

 Kesendirian membekukan segalanya. Kini usiaku menginjak 23 tahun sudah memasuki dunia dewasa tapi mengapa demikian rasanya menakutkan, banyak yang harus difikirkan di fase ini diantaranya masa depan. Mau jadi apa? Sedangkan orang tua tak lagi muda diumurnya yang mendekati senja mengharapkan agar anak-anaknya sukses dan bisa mandiri apalagi di keluargaku perempuan semua, aku adalah anak pertama yang menurutku posisi paling menakutkan. Kenapa hal demikian? Karena jika aku salah melangkah maka akan menjadi contoh untuk adik-adikku dan menjadi omongan tetangga, bukan omongan mereka yang kutakutkan akan tetapi.. perasaan kedua orang tuaku yang aku jaga agar tidak kecewa dan agar tidak merasa jika apa yang mereka lakukan itu semua sia-sia, aku berada diatas pundakku sendiri. Kata-kata yang menyiratkan bahwa beban-beban receh yang membuatku harus berpikir keras bagaimanapun aku harus menjadi.!?

 Waktu terus berjalan dengan cepatnya. Akan tetapi, rasanya diri ini tak melakukan apa-apa. Sedikit pengalaman yang telah dijalani dan banyak pembelajaran yang didapati, satu yang membekas tentang betapa lucunya hidup ini hanya sekedar berputar-putar sehari-hari untuk makan dan bertahan hidup setelah itu mati. Apa sesederhana itu hidup? Aku berjalan menapaki aspal dengan merenungi bayangan diri, apakah akan seperti ini terus-menerus? Ya Allah aku masih tak mengerti. Rencana apa dibalik semua ini? Aku mencoba berkali-kali memasuki dunia kerja tapi ini hanya selingan mengisi waktu kosong saat libur kuliah, Tapi apa yang aku dapat? Kebosanan. Stagnan dengan kegiatan yang tiap hari, tiap waktu kita dituntut melakukan aktivitas yang sama tiap hari hanya demi uang receh agar bisa bertahan hidup dengan membeli makan, atau memenuhi keinginan yang sesaat datang ketika mata tertuju pada salah satu barang atau keinginan yang melintas setelah itu selesai. Ini hidup? Kenapa semembosankan ini?.

 Aku hampir wisuda maka aku harus menyiapkan bekal untuk hidup mandiri sendiri dalam jangka waktu yang mungkin sangat lama, dalam pikirku mulai terlintas kembali pikiran-piran receh yang aku jadikan kesimpulan dalam merevisi semua tujuan hidupku secara pribadi, berpikir mencari tempat kerja yang memungkinkan aku akan bekerja disana dalam waktu yang lama sampai terpenuhinya membeli rumah sendiri, setelah itu pindah tempat kerja yang lebih mapan lalu menabung untuk menaikkan haji kedua orang tuaku aamiin.. sekilas fikiran-fikiran itu melintas dan aku amini sendiri, semoga dikabul. 

 Mata hari bersinar cukup terang di sebelah Timur sana. Jam masih menunjukkan angka 08.14 tapi hari ini ampuh banget membuat keringatku keluar dan bercucuran banyak memenuhi jidat, didalam kamar yang ukurannya tidak terlalu luas inilah tempatku mengutarakan semua motivasi dan kahayalanku kedalam sebuah karangan yang masih membosankan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun