“A-apakah kau sudah membaca pesan dariku?” Tanyanya gugup dan penuh dengan kehati-hatian.
Aku hanya bisa menanggapi pertanyaan Mike dengan gelisah. Sejujurnya pertanyaan itu sangat menggangguku. Aku sangat ingin segera membaca pesan itu, tapi aku terlalu takut!
Namun, tak urung aku mengangguk. “ Ya! Aku sudah membaca suratmu,” Jawabku singkat.
“Kau sudah membacanya?” Tanyanya menyakinkan dirinya atas apa yang didengarnya. Terlihat ada binar kebahagiaan pada matanya yang letih. Aku tidak pernah melihatnya sebahagia itu! Itu terlihat jelas bagaimana kerap kali dia menggeser tempat duduknya karena adrenalin yang dia rasakan.
“Kau tahu Sher, aku pikir kau tidak akan pernah mau membuka pesanku itu, dan… kau sudah mengetahui semuanya” Ujarnya menggenggam tanganku.
Aku menepis genggamannya dengan kasar. Terlihat keterkejutan terlukis jelas di wajahnya. Akupun menatapnya dengan wajah menantang.
“Apa kau ingin mengatakan sesuatu?” Tanyanya lirih mencari tatapanku. Akupun membalas tatapan itu dengan dingin. Dingin karena tak ada bara cinta didalamnya.
Akupun mendekatkan wajahku kewajah Mike, aku menatap Mike dengan segenap kebencian yang masih tersisa.
“Selamat tinggal, Mike ” Ujarku sambil memiringkan senyumku.
Mike menanggapi perkataanku dengan keburaman yang kembali menutupi. Dia terlihat terluka mendengar kata perpisahan dariku.
“Kau belum memaafkanku,” Ucapnya lirih sambil menggeleng frustasi.