Aku semakin diliputi oleh rasa bersalah yang teramat besar ketika Eliz mengabarkanku bahwa anakku telah lahir. Eliz mengabarkanku, Sher! Dia tidak membenciku, dia tidak membenci keegoisanku, bahkan aku merasa dia merangkul dan memeluk erat keegoisan yang selalu menaungiku.
Aku sangat mengingat, ketika dia mengabari dan memintaku untuk memberikan nama pada bayi yang tak bersalah itu. Aku hanya bisa menahan malu melihat ketegaran Eliz. Aku tidak pantas, namun Eliz terus mendesakku “Puteri kecilmu, hanya ingin diberi nama oleh Ayahnya!”. Aku masih mengingat dengan sangat jelas bagaimana bahagianya Ibumu menyambut kelahiran bayi itu. Sedangkan aku? Aku hanya bisa diliputi oleh rasa malu atas pengkhianatanku.
Sher, Ibumu adalah sosok yang sempurna. Seorang dewi berkeringat empati yang selalu merangkul rasa bersalahku, yang selalu memberikan kata maaf tanpa kuminta. Keanggunan yang terdapat pada kedua sayap Ibumu telah membawaku terbang menuju satu asa yang bernama… cinta.
Aku ingin anakku seperti dia, seorang kekasih yang sempurna. Amory Sheryl Viveza. Itu adalah nama anakku Sher. Itu adalah namamu! Sekarang kau tumbuh menjadi gadis dewasa yang memiliki suatu ambisi untuk merebut kembali kebahagiaanmu yang sudah kuremuk.Aku sangat membenci diriku karena itu! Aku semakin membenci diriku sendiri ketika melihat matamu yang selalu memancarkan kebencian padaku.
Aku semakin takut! Takut, seandainya kau mengetahui fakta lain mengenai hidupmu. Fakta yang sangat kau benci. Fakta yang mengatakan bahwa darah yang mengalir ditubuhmu itu adalah darahku. Aku Ayahmu. Bukan Jack. Jack hanyalah penutup dari rasa maluku. Dia juga menyayangimu, dan dia tidak mau mengakui bahwa kau adalah anakku. Itulah salah satu alasan mengapa aku menghabisi Jack.
Sheryl… Aku ingat 6 bulan yang lalu, ketika aku berjalan disebuah taman hiburan. Aku melihat seorang anak bermain dengan Ayahnya. Aku iri. Aku ingin seperti itu. Tapi itu tidak mungkin, karena aku tidak pantas. Aku tidak pantas menjadi seorang Ayah, dan aku tidak pantas memiliki seorang anak.
Aku telah menghargai ketidak pantasanku itu Sher, sungguh! Namun aku tak lagi kuasa ketika aku dilemparkan dengan sangat keji oleh dosaku ketempat busuk ini. Aku malu untuk mengakui bahwa aku ingin seperti Ayah dari anak itu, memiliki seorang anak yang selalu memanggilnya ‘Ayah’.
Sher, kau tahu… disisa hidupku ditempat busuk ini, aku ingin kau mendatangiku, memelukku erat seperti anak ditaman bermain itu, dan aku sangat ingin kau memanggilku…Ayah!!!
Sher, aku mohon dari lubuk hatiku yang terdalam… panggil aku Ayah, Nak!
***