Mohon tunggu...
yuliana pertiwi
yuliana pertiwi Mohon Tunggu... -

Seorang Pemimpi Yang sedang Berjuang, dan mudah-mudahan idak akan pernah lekang....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Terlintas Satu Kata

5 Oktober 2015   10:03 Diperbarui: 5 Oktober 2015   10:03 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

“Aku melakukan hal yang seharusnya dari dulu kulakukan,” Jawabku mantap sambil menantang tatapan Jordan.

Jordan menggeleng pelan, matanya berkaca-kaca memikirkan nasib sahabatnya.

“Seharusnya, Mike mendapatkan ganjaran yang lebih dari pada hanya hukuman mati, Jordan!” Lanjutku sambil berlalu pergi dari keterpukulan Jordan.

***

            1 Bulan sesudah sidang…

            Aku melingkari salah satu tanggal lagi pada kalender kamarku. Aku tersenyum lebar. Dengan langkah malas aku beranjak menuju dapur dan meraih sebotol white rusian dari dalam lemari es. Semenjak menghilangnya Mike dari kehidupanku, aku merasa bebas! Ya… bebas. Bebas untuk bersenang-senang, bebas untuk melakukan apapun demi merayakan kemenanganku. Seperti sekarang ini, aku bebas menenggak alokohol yang ku temukan kemarin di lemari pakaian Mike.

            Kesenanganku sedikit terganggu dengan dering ponselku. Akupun meraih ponsel tersebut. Sebuah pesan dari Jordan : Aku didepan rumah. Buka pintu sekarang, karena kita perlu bicara! Sebuah kalimat yang memerintah. Aku sangat membenci itu!

            Akupun berjalan malas menuju Jordan. Dengan enggan akupun menarik handle pintu dan disambut Jordan dengan muka masam. Aku tersenyum mengejek melihat ekspresi yang mengkhawatirkan darinya.

            “Kenapa ekspresimu seperti itu? Hmmm…. Tenang Jordan, eksekusi temanmu itu baru 3 hari lagi, jadi kau masih mempunyai waktu untuk mengadakan pesta perpisahan dengan temanmu yang menyedihkan itu,” Ejekku pada Jordan yang sekarang mengenakan kaos yang bertulisan I’am guy pada kaosnya.

            Jordan hanya diam. Kemudian dia menatapku lekat. Sebuah tatapan yang tidak bisa kumengerti.

            “Ada apa lagi, Jordan? Kau hanya melihat sisi burukku, sementara kau tidak pernah melihat sisi buruk temanmu itu,” Lanjutku merasa tidak nyaman dengan tatapan Jordan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun