Aku hanya memutar bola mataku ketika Elsie teman dibelakangku bercerita tentang liburannya di California, Issabel terlihat begitu antusias mendengar penuturan bagaimana Elsie menikmati hari yang indah sambil menikmati sunset di pantai California yang memang terkenal indah. Aku menatap kebelakang melihat Elsie yang tertawa terkikik ketika menceritakan cowok barunya di California kepada Issabel.
Elsie melihatku tepat sebelum aku mengalihkan pandanganku dari tatapannya. Dia tersenyum sinis, tatapannya yang mengejek membuatku ingin meremuk wajah oplosannya yang dipenuhi oleh riasan yang bagiku teramat memilukan. Dia melanjutkan ceritanya kepada Issabel tanpa melepaskan pandangannya dariku.
Perlu kalian ketahui. aku adalah anak aneh. Setidaknya itulah gelar yang kudapat di sekolah ini. Aku tidak trend dalam soal fashion seperti Elsie. Kau akan mudah mengenaliku apabila kita bertemu dijalan atau ditaman, karena siapa lagi yang akan mengenakan baju yang selalu kedodoran lengkap dengan celana jeans bulukan yang selalu kukenakan. Itulah styleku.
Aku bukanlah orang kaya yang berasal dari keluarga konglomerat pemilik dari beberapa yayasan seperti Issabel. Percayalah, Mike selalu memenuhi kebutuhanku. Koleksi motor dan mobil mewahnya teramat sangat membantu untuk memanjakanku, dan juga dia selalu membelikan pakaian bermerk rancangan designer ternama untukku, Namun pemberian dari Mike hanya berakhir ditempat sampah. Mike bukan orang tuaku. Ayah hanyalah seorang pemilik apotek kecil di Virginia, daerah asalku.
Selain anak aneh karena logat inggrisku dan gaya berpakaianku yang jauh dari kata up to date, aku disini juga tidak mempunyai teman. Tapi aku tidak membutuhkan itu. Ketahuilah, banyak teman berarti banyak harapan. Harapan untuk dikenal, harapan untuk disanjung, dan harapan untuk kehilangan. Aku sudah tidak lagi memiliki harapan semenjak malam itu. Karena menurutku harapan itu berbanding lurus dengan kesedihan yang telah kualami. Jadi janganlah terlalu banyak berharap apabila kau tidak kuat untuk bersedih, itu yang sudah kujalani selama 8 tahunku.
***
Senin sore datang lebih cepat dari yang kukira. Perguliran waktu yang begitu cepat ini membuatku begitu muak. Bahkan aku sudah menghabiskan 30 menit waktuku di Taman. Jujur, aku lebih menikmati kesendirianku disekolah dari pada ‘kebersamaanku’ yang begitu memuakan dengan Mike. Aku tak peduli dengan tatapan aneh teman-teman yang selalu menyertaiku dari pada tatapan Mike yang membuatku begitu bernafsu untuk mencongkel kedua matanya. Aku berharap dia berada di gudang mobilnya ketika aku pulang.
Namun ternyata aku hanya sekedar berharap. Gemuruh kemarahan kembali menyesakan dadaku, ketika melihat Mike dan Jordan temannya sedang berbincang diselingi teh panas dan majalah sparepart langganannya. Aku hanya bisa menatapnya dengan tatapan tajam ketika dia tersenyum kepadaku.
“Kukira, kau sudah pulang 30 menit yang lalu, ketika ku melihat kamarmu dan kau tidak kutemukan disana,” Ujar Mike sambil menyeruput Teh nya.
“Tenang Mike, aku tadi hanya ke taman, berharap disana aku bisa menemukan orang aneh sepertiku, dan kau tidak usah mencemaskanku karena aku tidak membutuhkan itu,” Jawabku sambil terus melangkah menuju kamarku.
“Apa kau tidak mau bergabung Sher? kau pasti akan tertarik dengan beberapa motor koleksi Ayahmu,” Ujar Jordan menghentikan langkahku. Aku berbalik. Ayah? Aku tidak mempunyai Ayah. Tidak, semenjak 8 tahun yang lalu. Mike, bukanlah Ayahku. Kalaupun dia Ayahku, aku lebih memilih untuk terjun dari patung Liberty dari pada menerima kenyataan yang sangat menyeramkan itu.