Mohon tunggu...
yuliana pertiwi
yuliana pertiwi Mohon Tunggu... -

Seorang Pemimpi Yang sedang Berjuang, dan mudah-mudahan idak akan pernah lekang....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Terlintas Satu Kata

5 Oktober 2015   10:03 Diperbarui: 5 Oktober 2015   10:03 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

***

            Aku tersenyum mengejek melihat Mike hanya bediri terpaku di depan pintu. Wajahnya yang selalu dihiasi dengan keteduhan sekarang memancarkan amukan badai yang mungkin tak dapat kuelakkan. Aku menyukai itu. Aku menyukai moment, dimana Mike merasakan kemarahan yang kurasakan selama 8 tahunku.

            “Apa yang kau lakukan, Sher,” Tanyanya untuk yang ke-dua kalinya.

            Aku hanya mengacungkan sebuah potret yang sekarang sudah tak berbentuk kearah Mike.

            “Kurasa, kau perlu sedikit tenaga dan waktu dariku untuk membuang barang-barang tak bergunamu Mike, ya... kebetulan sekarang aku sedang mempunyai banyak waktu dan tenaga untuk itu, Jadi dari pada buang-buang waktu lebih baik kukerjakan sekarang,” Jawabku sarkasme. Sekali lagi! Aku sangat menikmati ini.

            Mike mengepalkan tangannya, lalu dia menghembuskan nafasnya menahan amarah. Dia kembali menatapku sambil memberikan sedikit senyuman seperti yang biasa dia lakukan.

            “Ya... kurasa tugasmu sudah selesai, dan sekarang kau boleh keluar!” Ujar Mike sambil beranjak dari pintu memberi ruang untukku keluar dari kamarnya.

            “keluar dari kamarmu,hmmm ... atau dari hidupmu? Kau tahu, Kalau aku disuruh memilih, aku lebih memilih untuk keluar dari hidupmu,” Ujarku sambil menyeringai puas kearah Mike.

Mike tersenyum mengejek, rasa percaya diri dan angkuhnya yang tadi lenyap kini kembali tumbuh. Sambil mengambil gambar yang sudah tak berbentuk dari genggamanku, Mike menunduk dan menatapku lekat, “Tidak segampang itu, Bocah! Tidak segampang itu kau pergi dari kehidupanku, setelah hal-hal manis yang kulalui bersama Ibumu. Kau tak berhak begitu saja untuk pergi dari kehidupanku!”

Aku menatap Mike tajam, aku tidak akan gentar atas segala intimidasi yang sering dia lakukan padaku. “Ada apa antara kau dan Ibu? Aku yakin kau dan dia tidak hanya sekedar berteman, ” Tanyaku mengeluarkan segala bentuk kekhawatiran dan tanda tanyaku akhir-akhir ini.

            Mike beranjak dari tempatnya berdiri, dengan langkah yang malas dia meraih sebotol wine yang terdapat dilemari disudut ruangan itu. Dengan tenang dia meneguk wine tersebut, mengacuhkan kehadiranku diruangan itu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun