Mike menggenggam lembut jemariku, terlihat jelas bagaimana penyesalan yang dia rasakan.
“Kau tidak apa-apa?” Tanyanya cemas.
Aku melepaskan genggaman Mike dengan kasar. Aku bangkit dari bayang-bayang indahku dan kembali pada bayang-bayang buramku bersama Mike.
“Aku sakit, Mike! Aku sakit semenjak 8 tahun yang lalu. Kalau Kau menyayangiku seharusnya kau menyadari itu, seharusnya kau menyadari betapa sakit dan ringkihnya Aku ketika setiap hari Aku harus melihat wajah tanpa dosa yang selalu Kau perlihatkan padaku,” Ucapku dengan segenap kesedihan dan kebencian yang kupunya.
Mike menatapku lekat. Pandangannya nanar. Dia terluka. Tapi aku tidak peduli, posisiku lebih terluka dari pada dia.
“Kau bejat Mike! Kau hanya trouble maker dalam hidupku, Kau egois!”
Mike berjalan membelakangiku, lalu dia menghembuskan nafas pelan. Dia kembali menatapku sambil tersenyum, senyuman tulus yang nyaris membuatku muak. Dengan gontai, dia mengambil ponselnya yang terletak di meja dan menyodorkannya padaku.Aku hanya menatap bingung atas tindakan yang dia lakukan. Apa maunya orang ini?
“Buang jauh-jauh kebencian itu, Sher! Karena itu akan menyakitimu. Kalau kebencianmu itu berasal dariku, maka kumohon buang jauh-jauh Aku dari kehidupanmu,” Ujarnya lirih sambil memindahkan ponsel itu ketanganku.
“Apa maksudmu?”
“Hubungi polisi! Katakan telah terjadi pembunuhan disekolahmu dan kau sudah menemukan pelakunya,” Jawab Mike dingin dan berlalu meninggalkanku menuju kamarnya.
***