“Lha, terus maumu gimana Gong?”, balas Semar.
“Sudah mo, segera urusi yang baik gimana mo, jangan diulur-ulur, nanti ceritanya kepanjangan”, Bagong sambil terengah-engah.
“Begini saja, semuanya, saya tidak berpihak kepada siapapun. Saya punya permintaan: siapa saja bisa menjadi calon pengantin pria, asalkan bisa mempersembahkan cunduk Sekar Wijayakusuma”, tegas Semar.
“Lho, yang punya itu kan Ayahanda Kresna, kalau begitu aku, aku yang akan mendapatkannya”, kata Boma sambil bergegas pergi.
“Paman, … paman, bagaimana ini??”, Dursasana gundah.
“Sudah, jangan khawatir. Biar tidak kedahuluan Boma, kita cari jalan pintas Dur”.
“Monggo, monggo Man”.
Gareng tidak setuju.
“Maksud saya, diputuskan supaya tidak ada keributan lagi mo. Lha ini kok ndadak…”.
“Mencari masalah baru…”, timpal Bagong.
“Lha ini romo justru minta Kembang Wijayakusuma. Kalau ribut lagi gimana?” protes Gareng.