Mohon tunggu...
Hery Santoso
Hery Santoso Mohon Tunggu... -

Suka membaca, berdiskusi dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Petruk Mantu

20 Januari 2016   09:12 Diperbarui: 21 Januari 2016   13:50 669
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

“Lha kedatangan saya dengan Arjuna ke sini ini kan untuk membantu hajatanmu itu”.

“Nggih, kalau itu saya sudah tahu sinuhun, tapi saya menyayangkan mulut Gareng yang tidak bisa diugemi, tidak bisa dipercaya”.

“Petruk”.

“Nggih, den”.

“Sabarkan hatimu Petruk. Kalau ada masalah, sebaiknya dibicarakan dulu baik-baik”, Arjuna ikut menasehati.

“Tidak bisa! Pokoknya saya akan melabrak Gareng! Dia minta syarat Kembang Wijayakusuma. Pokoknya akan saya habisi dia!”

“Petruk, berat mana sekarang, KMP atau KIH??!” Bagong kesal menimpali.

“Bagong, ini bukan perkara politik”, Kresna sambil tersenyum.

“Iki piyee? Gong, jaga mulutmu! Jangan cengengesan! Pokoknya ini tidak sampai setengah jam, Gareng rampung! Mau apa?! Mpun, njenengan diam saja. Paling-paling Semar berpihak ke dia. Nanti kalau Semar membantunya, akan saya kapak juga! Jika Semar tidak terima, lapor Pandawa, Pandawa saya kapak sekalian! Jika Pandawa tidak terima, lapor penasehatnya yang namanya Kresna, ….”, Petruk tetap meletup-letup.

“Mau kau kepras juga, gitu??” timpal Kresna.

“Kepras sekalian!”, sela Lengkung Kusumo.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun