“Lha kedatangan saya dengan Arjuna ke sini ini kan untuk membantu hajatanmu itu”.
“Nggih, kalau itu saya sudah tahu sinuhun, tapi saya menyayangkan mulut Gareng yang tidak bisa diugemi, tidak bisa dipercaya”.
“Petruk”.
“Nggih, den”.
“Sabarkan hatimu Petruk. Kalau ada masalah, sebaiknya dibicarakan dulu baik-baik”, Arjuna ikut menasehati.
“Tidak bisa! Pokoknya saya akan melabrak Gareng! Dia minta syarat Kembang Wijayakusuma. Pokoknya akan saya habisi dia!”
“Petruk, berat mana sekarang, KMP atau KIH??!” Bagong kesal menimpali.
“Bagong, ini bukan perkara politik”, Kresna sambil tersenyum.
“Iki piyee? Gong, jaga mulutmu! Jangan cengengesan! Pokoknya ini tidak sampai setengah jam, Gareng rampung! Mau apa?! Mpun, njenengan diam saja. Paling-paling Semar berpihak ke dia. Nanti kalau Semar membantunya, akan saya kapak juga! Jika Semar tidak terima, lapor Pandawa, Pandawa saya kapak sekalian! Jika Pandawa tidak terima, lapor penasehatnya yang namanya Kresna, ….”, Petruk tetap meletup-letup.
“Mau kau kepras juga, gitu??” timpal Kresna.
“Kepras sekalian!”, sela Lengkung Kusumo.