Petruk gusar, “Lengkung, jelek-jelek begini bapakmu mantunya Raja Dwarawati. Ibumu itu masih termasuk putri keraton. Memang bapakmu jelek, tapi ibumu cantik. Harapan bapak menikahi ibumu supaya punya anak bagus, ternyata nongol kamu yang punya wajah jelek seperti aku. Banjur kamu ngomong seperti itu, opo karepmu?”.
“Pak, mau diapakan juga, mau dikloning atau diapakan, namanya gen saya ini ya begini ini, tetap saja jelek. Tetapi yang pasti, simbok hamil tidak dengan bapak”.
“Lantas sama siapaa…??” Petruk kesal.
“Simbok itu hamil sendiri. Apa bapak ikut hamil?”
“Ya tidak to”.
“Saya tadi bilang apa?”
“Oooo, begitu to le…” tanggap Undanawati.
“Lho, fakta kan, ini fakta…. Jeleknya orang tua itu begini niih. Maunya menang sendiri”.
“Benar kamu le. Kang, anakmu pandai, mestinya kamu harus senang, ojo nesu gitu to kang Petruk”.
“Yaa, tapi kepintarannya jangan disalahgunakan untuk ngakali bapaknya gitu…”.
“Ini kan hanya tukar pikiran pak; share gitu lo…”, Lengkung membela diri.