Mohon tunggu...
Hery Santoso
Hery Santoso Mohon Tunggu... -

Suka membaca, berdiskusi dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Petruk Mantu

20 Januari 2016   09:12 Diperbarui: 21 Januari 2016   13:50 669
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Lha, terus maumu gimana Gong?”, balas Semar.

“Sudah mo, segera urusi yang baik gimana mo, jangan diulur-ulur, nanti ceritanya kepanjangan”, Bagong sambil terengah-engah.

“Begini saja, semuanya, saya tidak berpihak kepada siapapun. Saya punya permintaan: siapa saja bisa menjadi calon pengantin pria, asalkan bisa mempersembahkan cunduk Sekar Wijayakusuma”, tegas Semar.

“Lho, yang punya itu kan Ayahanda Kresna, kalau begitu aku, aku yang akan mendapatkannya”, kata Boma sambil bergegas pergi.

“Paman, … paman, bagaimana ini??”, Dursasana gundah.

“Sudah, jangan khawatir. Biar tidak kedahuluan Boma, kita cari jalan pintas Dur”.

“Monggo, monggo Man”.

Gareng tidak setuju.

“Maksud saya, diputuskan supaya tidak ada keributan lagi mo. Lha ini kok ndadak…”.

“Mencari masalah baru…”, timpal Bagong.

“Lha ini romo justru minta Kembang Wijayakusuma. Kalau ribut lagi gimana?” protes Gareng.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun