“Petruk, sudah, kamu tenang saja, saya akan membantu. Nanti Kembang Wijayakusuma akan saya pinjamkan kepada anakmu, Lengkung Kusumo”, Kresna menenangkan.
“Betulkah ndoro??”
“Lho, betul, saya lahir-batin ini”.
“Sebentar den, nalarnya bagaimana?” Petruk tak yakin.
“Sekarang coba pikirkan, istrimu Undanawati ya Prantawati itu siapa? Bukankah istrimu itu putriku?”
“Ya, memang putri njenengan. Tapi…”
“Kalau begitu Lengkung Kusumo ya cucuku sendiri to? Sudah sepantasnya saya berkorban untuk anak-cucuku”.
“Jadi, njenengan lahir-batin rela meminjamkan Kembang Wijayakusuma?”
“Ya, Petruk”.
“Aduh, sinuwun, saya menghaturkan banyak terima kasih karena paduka lahir-batin membantu cucunda Lengkung Kusumo. Kalau bisa jangan hanya kembangnya, sukur-sukur sekalian biayanya juga”.
“Dapurmu, Truuk, Truk!” cela Bagong.