Mohon tunggu...
Hery Santoso
Hery Santoso Mohon Tunggu... -

Suka membaca, berdiskusi dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Petruk Mantu

20 Januari 2016   09:12 Diperbarui: 21 Januari 2016   13:50 669
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

“Wah, wah, wah, bagaimana ini? Ini bisa-bisa menggegerkan Dusun Bluluktibo”, kata Bagong.

“Sudah, sudah, jangan panik, romo akan selesaikan masalah ini”, kata Semar.

“Mongso bodho-a mo, yang penting bagaimana suasana bisa tenteram kembali”, Gareng pasrah.  

Arena Pertarungan

Situasi tak bisa dikendalikan. Tak hanya Boma yang meladeni gempuran Dursasana, pasukan Trajutrisna pun bertempur melawan pasukan Hastina. Sambil menghunus keris, Sengkuni di pinggir arena mengamat-amati jalannya pertarungan, mencari celah, berharap bisa menghabisi Boma dari belakang.

“Sudah, sudah, cukup, cukup, berhenti bertarung deen…, berhenti, berhenti, sabar, sabar, ya ndoroo…”, Semar mencoba melerai.

“Boma tamu kurang ajar!”, bentak Dursasana.

“Kurawa biang onar!”, Boma tidak terima.

“Apa maumu?!”, Dursasana membentak lagi.

“Semaumu!”, Boma tak mau kalah.

“Kalau begini terus bagaimana ini mo?” Gareng bingung.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun