Mohon tunggu...
Hery Santoso
Hery Santoso Mohon Tunggu... -

Suka membaca, berdiskusi dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Petruk Mantu

20 Januari 2016   09:12 Diperbarui: 21 Januari 2016   13:50 669
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Tanpa ba-bi-bu, masih dengan arogansinya Sengkuni nyerocos: “Permintaanmu, ternyata mung akal-akalan. Sudah, tak usah wijaya-wijaya’an. Batalkan, batalkan pernikahan ini Gareng!”

“Ya, ya, harus batal!! Harus dibatalkan demi hukum, eh, demi putra mahkota kerajaan Hastina, Lesmana. Kalau tidak, awas!!”, gemuruh suara bala Kurawa lainnya.

Mendengar permintaan Sengkuni ini, Gareng lantas mengajak Lengkung dan Petruk mojok.

“Kita bicara baik-baik saja ya. Truk, memang kamu sudah keluar biaya, tapi baru sedikit kan? Suruh ceraikan saja anakmu, daripada nanti rumahku hancur. Kalau melihat begini apa aku tidak deg-degan?”, bisik Gareng.

“Enak saja! Aku sampai memutus urat maluku di hadapan Prabu Kresna segala, kok kamu mau berbuat macam-macam (sambil meraba-raba kapak di pinggangnya)….”.

Sementara bala Kurawa sudah berteriak-teriak provokatif.

“Sinuhun Boma, sudah, silahkan diselesaikan saja…”, Petruk kesal.

“Baiklah, akan saya babat mereka semua, Petruk”.

“Sampun, sampun, ndara Boma, mau melakukan apa njenengan?” tanya Lengkung.

“Mau saya bereskan mereka semua”.

“Sampun, sampun”.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun