Tanpa ba-bi-bu, masih dengan arogansinya Sengkuni nyerocos: “Permintaanmu, ternyata mung akal-akalan. Sudah, tak usah wijaya-wijaya’an. Batalkan, batalkan pernikahan ini Gareng!”
“Ya, ya, harus batal!! Harus dibatalkan demi hukum, eh, demi putra mahkota kerajaan Hastina, Lesmana. Kalau tidak, awas!!”, gemuruh suara bala Kurawa lainnya.
Mendengar permintaan Sengkuni ini, Gareng lantas mengajak Lengkung dan Petruk mojok.
“Kita bicara baik-baik saja ya. Truk, memang kamu sudah keluar biaya, tapi baru sedikit kan? Suruh ceraikan saja anakmu, daripada nanti rumahku hancur. Kalau melihat begini apa aku tidak deg-degan?”, bisik Gareng.
“Enak saja! Aku sampai memutus urat maluku di hadapan Prabu Kresna segala, kok kamu mau berbuat macam-macam (sambil meraba-raba kapak di pinggangnya)….”.
Sementara bala Kurawa sudah berteriak-teriak provokatif.
“Sinuhun Boma, sudah, silahkan diselesaikan saja…”, Petruk kesal.
“Baiklah, akan saya babat mereka semua, Petruk”.
“Sampun, sampun, ndara Boma, mau melakukan apa njenengan?” tanya Lengkung.
“Mau saya bereskan mereka semua”.
“Sampun, sampun”.