“Wah, wah, wah, bagaimana ini? Ini bisa-bisa menggegerkan Dusun Bluluktibo”, kata Bagong.
“Sudah, sudah, jangan panik, romo akan selesaikan masalah ini”, kata Semar.
“Mongso bodho-a mo, yang penting bagaimana suasana bisa tenteram kembali”, Gareng pasrah.
Arena Pertarungan
Situasi tak bisa dikendalikan. Tak hanya Boma yang meladeni gempuran Dursasana, pasukan Trajutrisna pun bertempur melawan pasukan Hastina. Sambil menghunus keris, Sengkuni di pinggir arena mengamat-amati jalannya pertarungan, mencari celah, berharap bisa menghabisi Boma dari belakang.
“Sudah, sudah, cukup, cukup, berhenti bertarung deen…, berhenti, berhenti, sabar, sabar, ya ndoroo…”, Semar mencoba melerai.
“Boma tamu kurang ajar!”, bentak Dursasana.
“Kurawa biang onar!”, Boma tidak terima.
“Apa maumu?!”, Dursasana membentak lagi.
“Semaumu!”, Boma tak mau kalah.
“Kalau begini terus bagaimana ini mo?” Gareng bingung.