"Kamu jangan takut masalah uang, kakek bisa kasih biaya hidup, anggap weh balas budi karena sudah merawat Kosasih. kakek teu boga sasaha deui, lagian tabungan kakek cukuplah buat biayai anak-anak sekolah bahkan sampai menikah."
      "Kakek Duloh."
Saudara tahu Iwan Fals? Yang penyanyi itu loh, yang suka muncul di televisi membawa secangkir kopi sambil bilang "Bongkar kebiasaan lama, orang Indonesia perlu yang ini. Top Kopi, kopinya orang Indonesia." Saya yakin saudara pasti tahu, dia kan terkenal. Biasanya Kakek Duloh suka menyanyikan lagunya kalau sedang memberi makan ikan atau sedang duduk sendiri di bale, begini nih.
si Budi kecil kuyup menggigil, menahan dingin tanpa jas hujan
di simpang jalan tugu pancoran, menunggu pembeli jajakan koran.
Kakek Duloh suka lagu itu, meskipun sampai sekarang saya penasaran. Siapa Budi? Kenapa dia malah jualan koran padahal tubuhnya menggigil kedinganan. Jika saya jadi Budi sudah pasti saya memilih pulang, aneh kan dia? Â Tapi biarlah itu menjadi urusannya, lagi pula yang mau saya ceritakan bukan si Budi.
Kenapa saya menanyakan Iwan Fals? Sebenarnya saya cuma mau bilang kalau wajah Kakek Duloh mirip Iwan Fals, ada beda tapi sedikit. Kalau Kakek Duloh rambutnya putih, sedangkan Iwan Fals, kadang putih kadang hitam, itu saja.
Kata Ustad Muri, Kakek Duloh pernah punya istri "Ningsih" namanya, tapi sudah meninggal. Dia meninggal karena ..., saya lupa karena apa tapi seingat saya bukan karena begal. Sudah kita lewatkan dulu, nanti kalau sudah ingat saya beritahu.
Kakek Duloh suami penyayang, lembut dan murah senyum. Bisa dibilang serasi dengan Ningsih yang cantik, baik dan penyabar. Mereka pasangan yang bahagia meski tak punya keturunan. begitulah yang Ustad Muri bilang.
Saya membayangkan, berarti kalau istri Kakek Duloh masih hidup, saya dan Kosasih harus memanggilnya "Nenek Ningsih". Oh iya, di ruang tengah di bawah jam ada foto-foto digantung, ada wajah Nenek Ningsih semasa muda disalah satunya, sumpah dia lebih cantik ketimbang Suebah tapi kalau soal ukuran dada jelas siapa yang unggul.
Kakek Duloh, Ustad Muri dan Haji Idang bersahabat. Mereka suka menghabiskan malam bersama, minum kopi, main kartu, tertawa dan tak jarang mereka bertukar cerita tentang kejadian yang sudah lalu. Seperti yang saya bilang Ustad Muri dan Kakek Duloh itu pandai bercerita, jika mereka bercerita membuat saya terhanyut, seolah saya sedang mengalaminya. Kalau Haji idang, saya tidak suka. Dia menyebalkan, suka mengusir saya, jahil. Dulu pernah waktu Kakek Duloh tidak ada di rumah, saya dijejali bawang, terpaksa saya telan sebab dia mengunci mulut saya dengan kain setelah memasukannya. Saya benci bawang dan Haji Idang.