Mohon tunggu...
SedotanBekas
SedotanBekas Mohon Tunggu... Administrasi - ponakannya DonaldTrump

Saya adalah RENKARNASI dari Power Ranger Pink

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Monumen Kela(M)in

17 April 2022   05:24 Diperbarui: 17 April 2022   06:03 822
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

            Kami sampai berjalan sampai malam mau mendekati pagi lagi, tidak istrahat, tidak makan, tidak minum. Kaki saya bergetar hebat tapi saya tidak boleh berhenti, saya harus mengikuti Kosasih kemana pun dia pergi. jika memang saya harus mati karena ini, tidak jadi masalah setidaknya saya mati dengan bangga karena sudah menepati janji.

            Adzan berkumandang, kami sampai gapura desa. "Syukurlah." kata saya dalam hati. Kami melewati masjid, disana ada Ustad Muri dan istrinya. Mereka melihat kami lalu berlari, memeluk Kosasih kemudian sujud di kakinya.

            "Kos, hampura!" kata Ustad Muri dan Istrinya "Aku jujur selama ini tidak pernah menengok kamu semenjak Kakek meninggal. Aku malu punya hutang banyak ke Kakek Duloh. Hampura  Kos, waktu Kakek Duloh meninggal aku dan istri senang karena dengan begitu kami  tidak perlu membayar hutang, kami menyesal Kos, Hampura!"

            Lewat isyarat gerak Kosasih meminta Ustad Muri dan istrinya untuk melepaskan pegangan tangan mereka ke kakinya. Dia lanjut melangkah, tidak peduli yang baru saja dikatakan Ustad Muri. Tapi justru saya kecewa. Selama ini saya menganggap dia baik tapi nyatanya sama saja seperti yang lain. 

            Saya menyusul Kosasih setelah sebelumnya sempat mengencingi Ustad Muri. Anggap saja sebagai unkapan kecewa dan ingin menunjukan bahwa Ustad Muri dan air kencing saya sama saja kedudukannya "Najis."

            Di rumah. Kosasih duduk di bale, saya langsung masuk rumah untuk minum air dari bak mandi. Menggeratak dapur mencari makanan. Ada dua bungkus mie instan, saya makan satu dan satu lagi saya biarkan untuk Kosasih. 

            Haji Idang keluar rumah, melihat Kosasih duduk di bale dia langsung menubruknya, menangis sejadi-jadinya "Ampun Kos, aku jujur aku sudah memanfaatkan kamu, aku juga yang merencanakan pembunuhan Duloh menggunakan racun." dia teriak-teriak minta pengampunan tak lama Ibunya Tanti keluar, dia juga melakukan hal yang sama seperti yang Haji Idang lakukan "Kos, maafin bibi, bibi yang sudah taruh racun di bubur Kakek kamu. Maaf Kos, hampura!"

            Tanti yang melihat orang tuanya langsung manangis. Dia menendang Haji Idang sampai tersungkur "Bangsat." katanya dengan emosi membara, "Pantes mati yang begini sih." Tanti mencari sesuatu disekitarnya, menemukan balok kayu, mengambilnya lalu memukul kepala Haji Idang dengan keras sampai terdengar suara tengkorak pecah.

            Dia menyuruh Ibunya duduk "Tenang bu. Nyebut bu, nyebut!". Kemudian dilihatnya Kosasih lusuh, wajahnya berantakan. Dia memeluknya "Sayang, kamu kenapa? Ya Allah kenapa dua hari ini banyak kejadian ane." dia memapah Kosasih ke dalam. Mendudukannya di kursi, membawakan minum, Kosasih menolak tapi Tanti memaksa, dia juga mengambil nasi dari rumahnya lalu menyuapi Kosasih dengan air mata yang berurai tanpa henti.

            Kosasih menatap Tanti "Terima kasih, cuma kamu yang jujur.". Mereka berpelukan. 

            Saya juga selalu jujur tapi Kosasih kenapa tidak memeluk saya. bahkan saya selalu setia menemani Kosasih kemana saja, ini tidak adil, saya benci Tanti. Tapi tidak bisa saya pungkiri sekarang saya baru tahu bahwa cuma Tantilah orang yang saat ini tidak pernah berbohong padanya, dia tulus.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun