Kami sempat mengongbrol dengan Ibu Kanjeng dan Pak Bambang sebelum meninggalkan aula. Mereka mengucapkan terima kasih pada Kosasih karena sudah menemukan Harun, Pak Bambang memberi Kosasih jam tangan yang bagus sekali, kalau Ibu Kanjeng bilang akan membelikan mobil jenis apa pun yang Kosasih mau. Sebelum kami kembali ke kamar Ibu Kanjeng memeluk Kosasih, raut wajahnya ceria lalu berbisik "Terima kasih sudah berbuat untuk bangsa dan negara, berkat kamu kegaduhan tidak akan terjadi di negara kita."
      Untuk kesekian kalinya  saya mendengar kalimat bangsa dan negara, kenapa pejabat atau orang partai sangat suka mengucapkan itu ya? apakah semacam ciri khas? Seperti orang latah yang kalau dikagetkan akan teriak "Ayam .. ayam .. ayam."
Cerita ke 8 : Kebenaran
      Selang seminggu pesta kembali digelar. Sama seperti kemarin, ada makanan, minuman dan musik. Hanya saja kali ini lebi ramai. Saya, Kosasih dan Om Kus cuma sebentar disana karena kami bosan dengan pesta.
      Malam itu Ibu Kanjeng berkali-kali memeluk Kosasih, semua pemimpin partai memberi hadiah.
      "Kita menang, kita senang." Teriak salah satu kepala daerah yang hadir.
      "Malam ini ada dua kabar yang menggembirakan. Pertama, Dokumen kasus korupsi hilang bersamaan dengan terbakarnya Gedung Kejaksaan RI lalu yang dalam waktu dekat  Monumen Kejujuran sudah bisa diresmikan." Kata Ibu Kanjeng dalam sambutannya
      Kami memilih beristirahat di kamar, untuk mengusir bosan Kosasih mengajak Om Kus bermain playstation, Om Kus meng-iya-kan meski sedang rendah gairah.
      "Om kenapa?"
      "Tidak apa-apa adik."
      "Tapi dari tadi Om diam terus, Om kelihatan sedih."