Mohon tunggu...
SedotanBekas
SedotanBekas Mohon Tunggu... Administrasi - ponakannya DonaldTrump

Saya adalah RENKARNASI dari Power Ranger Pink

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Monumen Kela(M)in

17 April 2022   05:24 Diperbarui: 17 April 2022   06:03 822
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

            Apapun yang Kosasih lakukan pasti saya setuju tapi apa tidak jadi masalah kalau pergi tanpa Om Kus. Kemarin saja kalau tidak ada dia saya dan Kosasih pasti sudah tetangkap. Sebenarnya apa yang terjadi diluar? Jangan-jangan ini masih dampak dari kelamin raksasa atau jangan-jangan ini karena mimpi Kosasih lainnya. Aduh disaat seperti ini seharusnya saya tidak boleh berpikiran macam-macam. Saya harus fokus menjaga Kosasih.

            "Kun, ayo kita pergi saja dari sini!"

            Saudara pernah lihat berita tentang kerusuhan demo penolakan RUU KUHP tidak? itu loh yang anak STM dan mahasiswa turun ke jalan lalu bentrok dengan polisi. Nah yang terjadi disini sekarang seperti itu tapi yang bentrok bukan mahasiswa atau anak STM karena mereka tidak memakai seragam atau almamater. 

            Di Pos polisi ada beberapa orang yang ditangkap, polisi menyuruh tangan mereka memegang kepala, baju mereka dilucuti, ditodong senjata sambil dibentak-bentak "Mati saja kalian, dasar tidak berguna". Di jalan dekat kolam besar yang kemarin airnya saya minum sudah terparkir mobil polisi, ada juga mobil yang bisa menyemburkan air dan mobil barakuda. 

            Saya dan Kosasih berhasil menyusup ke kerumunan, ikut membaur takut jika orang partai menangkap kami. Kacau, kacau sekali. Polisi menembakan gas yang membuat mata pedih, orang-orang melawan meskipun tubuh mereka berdarah-darah karena pukulan tongkat polisi. 

            Kosasih dan saya pelan-pelan menjauh, kalau kami berada disana bisa mati sebab tongkat polisi membabi buta menyerang siapa saja tidak peduli perempuan atau laki-laki. 

            Setelah kami rasa aman, kami beristirahat sebentar dipinggir jalan dekat halte yang tak jauh dari patung yang sedang hormat. "Itu patung Jendral Sudirman Kun." kata Kosasih, "Kakek dulu sering menceritakan kisahnya." Saya terpukau, ini kali pertama saya melihat wajah Jendral Sudirman, gagah sekali, lebih gagah dari yang selama ini saya bayangkan.

            Disini tidak terlalu rusuh seperti di dekat kolam besar, memang ada beberapa mobil polisi yang berlalu-lalang, orang-orang berlarian dan sedikit kebakaran disana-sini tapi tidak parah. 

            Kosasih kembali mengajak pergi, kami melangkah tidak tahu arah, tujuannya sih pulang ke rumah tapi tidak tahu harus lewat jalan mana. Kami berhenti lagi di depan televisi besar yang ada disamping jalan. Televisinya beda dengan televisi yang ada dirumah atau kamar hotel. Disini tidak menayangkan berita atau film kartun. Mungkin namanya "televisi iklan" sebab yang dari tadi yang tayang cuma iklan saja. 

            "Kun, ada yang aneh." kata Kosasih, "Kenapa iklan yang tampil tidak seperti biasa." Saya mengamati televisi besar dan memang benar aneh, biasanya iklan yang saya tahu akan membangga-banggakan produk yang ditawarkan tapi disini tidak. Ada iklan minuman yang isinya. "Teh Mangkok, terbuat dari bahan pengawet, banyak gula dan penguat rasa. Teh Mangkok, minuman gula rasa teh." lalu ada iklan jual rumah "Anda butuh hunian layak, jangan beli ditempat kami karena dibangun di lokasi macet dengan bahan bangunan kualitas rendah dan suku bunga cicilan yang terus naik setiap tahunnya." lalu berikutnya iklan partai biru "Demi Indonesia maju. Demi masa depan yang lebih baik. Jangan pilih partai kami karena kami bekerja hanya untuk korupsi."

            Ini aneh sekali, kenapa iklan-iklan tidak seperti biasa, apalagi iklan partai biasanya menggunakan kata-kata bualan yang membakar semangat tapi kali ini kenapa apa adanya, iklan yang kami tonton lebih jujur. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun