Dewi berdiri di depan pintu, seakan keberatan untuk aku mengeringkan rambut terlebih dahulu.
"Ok, yuk Mbak jadi gak sabar kepingin minum dan cicipi pisang goreng buatan kamu!"
Aku mematikan hair dryer, aku urungkan niatku untuk mengeringkan rambut terlebih dahulu, aku tidak ingin melihat Dewi kecewa, selain itu aku juga tidak sabar kepingin tahu apa yang akan Dewi bicarakan. Aku dan Dewi berjalan ke teras belakang, di teras belakang ada kursi tua dari kayu jati peninggalan Bapak dulu, Dua kursi dan satu meja berbentuk bundar, di atas meja sudah tersedia segelas susu coklat hangat, pisang goreng, dan puding coklat dengan fla vanilla seperti biasa.
"Buat Puding lagi Wi?"
Aku mengambil gelas susu dan meminumnya sedikit demi sedikit karena masih terlihat panas.
"Iya, Buat Mas Fikri, dia jadi suka puding coklat buatan aku!"
Aku kaget mendengar jawaban Dewi, dia menyebut Fikri? Kenapa tidak Fahri? Aku mencoba untuk tidak menunjukkan rasa terkejutku kepada Dewi, Dewi duduk di sebelahku, dia membuat teh manis hangat, dan meminumnya.
"Mbak, aku gak tau harus mulai dari mana, yang pasti aku sekarang mengerti mengapa Mbak Wita melakukan ini semua!"
Dewi memulai percakapan, aku sedikit merasa tidak nyaman, aku ambil pisang goreng buatan Dewi dan memakannya.
"Melakukan apa Wi!?"
Tanyaku sambil mengunyah pisang goreng yang manisnya pas sekali.