"Terima kasih"
Rifki tersenyum ke arahku, aku sedikit terlihat grogi, tatapan Rifki seketika membuatku salah tingkah.
"Kok bengong? Kamu gak mau temanin aku ngobrol sebentar?"
Rifki terlihat menggodaku, pipiku memerah, dulu ketika aku masih SMA, aku pernah satu kelas dengan Rifki, beberapa teman-teman kelasku pernah mengatakan jika Rifki menyukaiku semenjak kelas satu SMA, tapi aku tidak pernah menghiraukan, karna bagiku sikap Rifki ke aku terlihat biasa aja!"
"Wit, kamu gak usah sungkan, kalau ada apa-apa dengan Dewi, panggil aku saja, kamu masih simpan nomer akukan?"
Rifki kembali menatapku, aku menunduk malu, aku merasa pasti Rifki melihatku seperti seorang wanita tidak terurus.
"Masih, tapi aku kemarin-kemarin masih bisa mengatasi Dewi!"
Aku terus menunduk, tidak berani menatap Rifki, entah kenapa hari itu Rifki terlihat sangat beda, kaos hitam bergambar sablonan salah satu pahlawan super hero membuat wajahnya terlihat lebih bersih, atau mungkin karna Rifki saat ini sudah bekerja, sudah bisa memperbaiki penampilannya, padahal dulu sewaktu SMA dia selalu terlihat berantakan dan kucel.
"Wit, malam minggu besok nonton yuk? Kamu ada acara gak?"
Rifki berbicara seperti orang berbisik ke arahku, aku terus menunduk, jantungku berdegub, aku menarik nafas, entah aku harus menjawab apa.
"Maaf Ki, aku tidak bisa meninggalkan Ibu dan Dewi dirumah berdua saja!"