"Ada apa Fik?"
Aku bertanya heran, mendengar suara Fikri sepertinya sangat jengkel.
"Aku akan jelaskan ke Dewi, kalau aku bukan Fahri, hentikan ini semua Wit!"
Suara Fikri kali ini terdengar seperti membentakku.
"Jangan Fik, aku mohon tetaplah seperti ini!"
Aku menghiba kepada Fikri, agar Fikri tidak melakukan ini semua, aku baru saja melihat Dewi sangat bahagia.
"Tapi aku gak mau seperti ini Wit, aku mencintai kamu, bukan mencintai Dewi, kamu tau, semenjak kejadian malam minggu itu aku menjadi Fahri, setiap hari Dewi WA aku, panggil aku Fahri, panggil aku sayang, apa-apaan ini?"
Suara Fikri terdengar jelas semakin jengkel, sangat jengkel. Seandainya saja dia bicara itu langsung ke aku, aku sudah bisa membayangkan raut wajah Fikri seperti apa.
"Tapi apa kamu tau juga Fik? Semenjak Dewi menganggap kamu Fahri, perubahan Dewi sangat drastis, Dewi terlihat lebih ceria, lebih semangat, dan yang pasti Dewi tidak pernah murung lagi!"
Aku berkata dengan sangat hati-hati, agar Fikri tidak tersinggung, awalnya aku hanya ingin Fikri berpura-pura mencintai Dewi, tetapi setelah aku melihat perubahan yang sangat drastis pada diri Dewi, aku menginginkan Fikri tulus mencintai Dewi.
"Aku mohon sama kamu Fik, jika kamu sungguh-sungguh mencintai aku, maka berikanlah cintaku kepada Dewi!"