Ibu membangunkan aku dipagi hari, mengingatkan aku untuk kerja, hari ini entah kenapa badanku terasa tidak enak.
"Wita sudah ijin Bu, hari ini Wita gak masuk kerja dulu, badan Wita gak enak!"
Aku mendekat dalam pangkuan Ibu, Ibu membelai rambutku dengan penuh kasih sayang.
"Ibu kerokin ya? Mungkin kamu masuk angin?"
Ibu memijit kepalaku, tak terasa aku meneteskan air mata, Ibu yang selalu penuh rasa sabar merawat aku dan Dewi semenjak Bapak meninggalkan aku saat aku berusia 15 tahun dan Dewi saat itu berusia 12 tahun, dan Ibu tidak memilih untuk menikah lagi, padahal sudah banyak lelaki seusai Ibu yang datang ingin melamar Ibu, Ibu yang saat itu masih terlihat muda dan cantik hingga saat ini, selalu menolak dengan baik-baik pria yang datang melamarnya, Ibu selalu mengatakan ingin fokus saja membesarkan aku dan Dewi.
"Gak Bu, Witakan gak biasa di kerok, gak apa-apa nanti Wita buat teh hangat, setelah itu minum obat!"
Aku mengusap wajah Ibu dan tersenyum, Ibu memandangku dengan senyuman tulusnya.
"Ibu mau Wita masakin apa hari ini?"
Aku bangun dari pangkuan Ibu, menawarkan masakan yang akan dimasak untuk makan siang nanti.
"Loh kamukan lagi gak enak badan, kok malah jadi kepingin masak?"
Ibu menatapku aneh, aku tersenyum dan mencium kening Ibu.