Dewi memintaku untuk duduk, lalu Dewi berdiri dan menghampiriku.
"Mbak Wit temani Fahri sebentar ya, aku mau kebelakang, lupa kalau tadi aku buat puding sepertinya enak kalau kita makan puding dan aku buat es buah!"
Dewi berjalan ke dapur, meninggalkan aku dengan Fikri berdua diruang tamu.
"Wit, kalau aku terus menerus menjadi Fahri, bagaimana aku bisa ngobrol denganmu?"
Fikri kembali menatapku, menggenggam tanganku.
"Fik, aku mohon selama Dewi merasa nyaman dan bahagia dengan kamu, tetaplah kamu menjadi Fahri, aku tidak pernah melihat Dewi sebahagia malam ini, bahkan tadi dia makan dengan sangat lahapnya!"
Aku menatap Fikri penuh harap, berharap Fikri bisa memenuhi permintaanku.
"Tapi Wit, kita baru saja jadian, aku ingin banyak ngobrol dengamu!"
Fikri semakin mendekat ke arahku, aku menjauhkan duduk ku dari Fikri, aku tidak ingin Dewi mengetahui bahwa Fikri bukanlah Fahri.
"Nanti ada waktunya Fik, kali ini aku mohon padamu, buatlah Dewi bahagia!"
Aku tersenyum ke arah Fikri, Fikri menatapku seakan dia tidak menyukai ide gilaku ini. Hal terpenting Dewi bahagia, bisikku dalam hati.