Mohon tunggu...
Novia Respati
Novia Respati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wirausaha

Senang menulis dan memasak 😊

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Gadis Barista (Bagian 2 - 3)

27 Desember 2023   09:00 Diperbarui: 27 Desember 2023   09:04 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

“Lumayan, kejunya banyak. Siapa yang kasih?”

“Teman.”

“Temanmu ulang tahun? Cewek cowok?”

“Iya ulang tahun. Cowok.” aku menjawab singkat dan bangkit dari tempat dudukku, melangkah menuju ke kamar. Sisa kue lapis talas yang manis berpadu keju yang gurih itu, masih tersisa setengah di dalam mulutku. Aku kabur menghindari pertanyaan Mama selanjutnya. Aku sudah menjawabnya terlalu jujur dengan mengatakan yang memberi kue itu seorang lelaki. Sebelum beliau menyelidiki lebih lanjut jawabanku, alangkah lebih baik jika aku menghindar saja. Untung papa sedang asyik makan kue, jadi tidak peduli dengan percakapan aku dan Mama.

Tas selempang warna biru dongker yang sejak tadi masih menyangkut di pundakku, ku letakkan di ujung tempat tidurku. Aku mengganti pakaianku dengan pakaian rumah yang lebih santai. Lalu aku mengambil ponsel dari dalam tas. Ketika aku sedang membuka risletingnya, ponselku berbunyi, tanda pesan masuk.

“Sudah pulang ya Mel? Gimana kuenya enak ngga?”

Ya Tuhan.. Henry lagi ternyata. Sepertinya dalam waktu dekat ini, kotak masuk pesan dalam ponselku akan berisi semua pesan darinya. Baiklah, aku akan mencoba bersikap biasa saja menghadapinya. Aku akan menganggapnya sebagai teman biasa, seperti Faris, Dion atau teman lelaki ku yang lainnya.

Setelah termenung sekian detik, aku memutuskan menjawab pesan itu. “Ya, Saya sudah di rumah. Kuenya enak. Trims ya.”

Aku sengaja tidak mau bertanya apapun lagi padanya. Biar terkesan aku sedang tidak ingin diganggu. Tapi, aku cukup mengapresiasi usahanya untuk berteman denganku. Karena setelah sepuluh menit aku meletakkan ponselku, dia mengirimiku pesan lagi.

“Kok sudah di rumah? Ini kan malem minggu lho. Amel rumahnya di mana?”

Kenapa dia terus bertanya padaku? Kenapa tidak ditanyakan saja tadi waktu kami bertemu langsung. Atau bertanya lain kali saat kami bertemu lagi. Aku benar-benar malas menjawab pesannya. Apa orang-orang yang punya kekasih itu melakukan pendekatan seperti ini? Aku tidak begitu paham. Kalau hanya ingin berteman, teman-teman lelaki ku yang lain tidak pernah mengirimiku pesan hanya untuk bertanya di mana rumahku. Mereka hanya mengirimiku pesan saat ada hal penting yang harus ditanyakan padaku. Biasanya, soal pekerjaan.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun