Mohon tunggu...
Novia Respati
Novia Respati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wirausaha

Senang menulis dan memasak 😊

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Gadis Barista (Bagian 2 - 3)

27 Desember 2023   09:00 Diperbarui: 27 Desember 2023   09:04 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

“Punya nyokap gue. Kue..”

“Oh.. anak baik beliin nyokapnya oleh-oleh.”

Hmm.. Aku sedang menipu mu, Dion. Aku hanya tidak mau jujur untuk mencegah tersebarnya gosip. Bisa kacau kalau sampai ada yang tahu aku dibelikan kue lapis itu oleh Henry. Jelas-jelas wajah Henry sudah tidak asing lagi bagi semua orang di kedai ini.

Aku melirik arloji hitam yang melingkar di pergelangan tangan kiriku. Lima menit lagi pukul empat sore. Artinya setelah aku menyelesaikan satu pesanan yang sedang ku buat sekarang, aku bisa langsung ke belakang dan menyerahkan tugasku pada Faris dan Dion.

“Makasih Mba..” ucap si pelanggan setelah menerima segelas besar es kopi latte yang ku serahkan padanya. Tidak lupa aku membersihkan meja kerjaku dan membawa serta plastik merah berisi kue pemberian Henry untuk ikut pulang bersamaku. Kemudian aku bergegas melangkah ke ruang belakang, melepas celemek hijauku, melipat serta menyimpannya dengan rapi di dalam loker milikku.

Aku sedang heran pada diriku sendiri. Kenapa aku ingin buru-buru pulang hari ini? Biasanya hari Sabtu begini, aku masih betah berlama-lama di kedai. Aku melangkah keluar dari pintu samping kedai, menuju pintu gerbang ruko sambil sesekali ku tatap plastik merah yang ku jinjing di tangan kananku. Apa karena kue lapis ini, aku lantas buru-buru ingin pulang ke rumah? Kalau dibuka di kedai, aku harus berbagi dengan teman yang lain. Bukannya aku pelit dan tidak mau berbagi, tapi kue lapis itu ukurannya tidak besar, aku bingung bagaimana harus membaginya.

Sekian menit telah terlewati.

“Mama.. Aku punya kue lapis talas, ayo kita makan sama-sama.”

“Papa ngga dibagi?” papa muncul dari arah dapur. Oh iya, hari ini kan papa libur.

“Ini Pa.. ayo gabung.. Kuenya ngga besar, kita bagi sedikit-sedikit ya..” aku meninggalkan plastik berisi kue itu di atas meja depan televisi lalu bergegas ke dapur untuk mengambil pisau kue.

Mamaku tahu, aku termasuk orang yang tidak terlalu suka kue lapis semacam ini. Beliau tahu aku tidak pernah mengkhususkan diri untuk membelinya sendiri. Kalau lah aku memakan kue seperti ini, pasti aku mendapatkannya dari tangan orang lain.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun