Mohon tunggu...
Novia Respati
Novia Respati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wirausaha

Senang menulis dan memasak 😊

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Gadis Barista (Bagian 2 - 3)

27 Desember 2023   09:00 Diperbarui: 27 Desember 2023   09:04 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

Mendengar suara pintu yang didorong, pandangan mataku beralih kepada pintu, begitu pun Henry yang ikut membalikkan tubuhnya, menoleh ke arah tujuan yang sama.

“Henry..!” Mba Lidya melangkah masuk ke kedai dengan ekspresi wajah yang terkejut seraya menyebut nama Henry. Astaga.. Kenapa Mba Lidya mengenal lelaki ini? Aku semakin tidak paham akan situasi yang terjadi sekarang ini. Henry tidak menanggapi sapaan dari Mba Lidya, mereka hanya saling menatap hingga Mba Lidya melangkah menghampirinya.

“Apa kabar Hen? Kamu sering kesini?”

Aku menangkap perubahan mimik wajah yang sangat jelas tampak di wajah Henry. Wajah yang sedari tadi penuh senyuman ketika dirinya berbincang denganku, sirna entah ke mana hilangnya. Henry terlihat tidak menyukai kehadiran Mba Lidya yang secara tiba-tiba menyapa dirinya dengan nada terkejut.

“Sering. Gue sering kesini. Kenapa?”

“Ini kedai gue. Kenapa baru sekarang ya kita ketemu?”

Henry tidak menanggapi ucapan Mba Lidya, dia justru mengambil segelas es kopi moka miliknya seraya mengucapkan terima kasih padaku dan berlalu menuju salah satu meja tamu. Mba Lidya menyadari Henry yang tidak menyukai kehadirannya, lantas Mba Lidya hanya termangu berdiri di tempatnya, melongo memandangi gerak gerik Henry. Mba Lidya tidak berusaha menghampirinya ke meja tamu.

Tanpa mengatakan sepatah kata apapun padaku, dia meninggalkanku berjalan menuju anak tangga dan naik ke lantai dua. Ada apa dengan sikap mereka? Aku makin penasaran saja dibuatnya. Dari meja barista, aku memandang raut wajah Henry yang masih tampak tidak nyaman. Seperti ada luka dan tersirat rasa kebencian di dalamnya. Ah.. Sok tahu sekali aku ini. Dia sempat menoleh ke arahku dan memergoki diriku yang masih menatapnya dari kejauhan. Dia kembali melempar senyumnya untukku. Namun hanya sebentar dia tersenyum, lalu menunduk kembali.

Ingin rasanya aku menghampiri dirinya saat ini. Dan bertanya mengapa sikapnya jadi berubah sejak kedatangan Mba Lidya tadi. Namun aku tidak mungkin meninggalkan area kerjaku selama jam bertugasku belum usai. Walaupun ada Dion yang stand by di dekatku, tapi tidak etis rasanya jika aku beranjak dari sini. Tidak lama, kedai kami mulai kedatangan pelanggan lagi, aku pun mulai sibuk kembali melayani pesanan mereka. Aku bersama Dion dengan cekatan berbagi tugas agar pelanggan yang sudah mengantri tidak mengular semakin panjang.

Kami kompak menghandle pesanan mereka dengan waktu yang relatif singkat. Kini antrian pelanggan sudah tidak tampak lagi di depan mata. Aku baru ingat keberadaan Henry, aku menoleh ke arah tempat duduknya. Astaga.. Dia sudah tidak ada. Tempat duduknya tadi, kini mulai diisi oleh pelanggan lain. Dia pergi begitu saja. Aku jadi merasa tidak tenang, karena Henry pergi dalam keadaan sedang kesal. Bahkan aku tidak melihatnya pergi, dia tidak berpamitan padaku.

Aku tahu, dia tidak sedang marah padaku. Tapi tetap saja, rasanya sangat menyesal membiarkan dia pergi begitu saja tanpa sepatah kata diantara kami. Aku merasa diriku sudah mulai bisa menguasai situasi, perlahan rasa canggungku memudar manakala kami sedang berhadapan. Aku sudah bisa menganggapnya sama seperti teman lelaki ku yang lain. Tapi, untuk memulai lebih dulu mengiriminya pesan, aku rasa aku belum berani. Aku harap dia akan menghubungiku nanti saat suasana hatinya sudah membaik.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun