Mohon tunggu...
Novia Respati
Novia Respati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wirausaha

Senang menulis dan memasak 😊

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Gadis Barista (Bagian 2 - 3)

27 Desember 2023   09:00 Diperbarui: 27 Desember 2023   09:04 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

“Kenapa sih Mel? Kok kamu serius banget dari tadi ngelihatin ke situ?”

“Ngga apa-apa, pingin aja lihat ke situ. Makanya Ma, kalau beli mesin cuci jangan yang tutupnya transparan gitu. Kalau tembus pandang gitu kan, aku jadi pingin lihat.”

Aku mengambil alih hingga selesai urusan mencuci pakaian pagi ini. Seusai pakaian tadi dibilas, aku mengeringkannya dalam tabung pengering lalu ku lanjutkan menjemur di pekarangan samping. Kami bertiga adalah anggota keluarga yang fleksibel dalam melakukan tugas pekerjaan rumah. Tidak ada pembagian tugas yang pasti untuk masing-masing orang, tapi kami bertiga punya rasa tanggap yang sama terhadap sesuatu, yang kami rasa harus segera kami bereskan jika terlihat tidak rapi atau sangat berantakan.

Maka itu, rumah kami selalu tampak rapi dan bersih walaupun wujudnya bisa dikatakan bangunan yang sudah cukup lama. Aku sangat bersyukur menjadi bagian dari hidup Mama Papaku. Aku berharap dapat selalu memberikan hal yang terbaik bagi mereka berdua.

Bagian 3

Hampir saja aku lupa mengatakan pada papa bahwa malam ini aku minta tolong dijemput di kedai kami. Untung sebelum berangkat, Mama bertanya padaku, “Nanti malem balik sama Pak Iwan dong?” nah.. aku baru ingat kalau Pak Iwan sedang pulang kampung. Lantas Mama mengingatkanku untuk secepatnya menghubungi papa.

Seperti biasa, dari rumah aku harus berjalan kaki sedikit untuk bisa mencapai jalan raya. Jalan utama di mana aku bisa menyetop bus kota. Siang ini bus kota cukup lengang, aku duduk di barisan belakang sopir, baris kedua dari depan. Di sebelah ku ada seorang wanita yang terlihat sedang asyik tidur. Kepalanya sampai tertunduk-tunduk. Sepertinya, dia tidak tidur selama puluhan tahun. Hahaha..

Aku mengambil ponsel dan mengirimi papa pesan, aku meminta tolong pada papa agar nanti malam dapat meluangkan waktu untuk menjemputku. Kalau sudah pergi ke tempat Om Haris, biasanya papa suka lupa waktu. Entah hal apa saja yang dibahas kedua bapak-bapak itu. Sampai papa tega meninggalkan Mama seharian di waktu liburnya.

Ngomong-ngomong papa libur, aku juga baru sadar ini hari Minggu. Lalu buat apa Henry pagi-pagi sudah ke kedai mencariku? Harusnya, dia juga libur hari ini. Kalau libur dan niatnya hanya datang ke kedai, nanti siang atau sore kan juga bisa. Ah.. Sudahlah.. Aku bisa tanyakan nanti kalau dia ke kedai.

Tampaknya si papa telah membalas pesanku. Syukurlah, papa akan siap menjemputku malam ini. Aku jadi tenang kalau sudah dapat kabar yang jelas. Perjalananku menuju kedai saat ini tersendat-sendat, meskipun hari Minggu tapi tampaknya jam segini jalanan sudah mulai ramai. Aku jadi ikutan ngantuk seperti wanita yang di sebelahku sekarang. Melirik kepadanya, aku jadi menguap. Ah.. Aku memperhatikan jalanan saja untuk melawan rasa kantuk.

Akhirnya lulus juga perjuanganku melawan rasa kantuk, aku baru saja turun dari bus kota. Wah, kapan aku bisa menyeberang kalau sejak tadi mobil dan motor kencang-kencang semua jalannya. Beruntung Pak Otong, satpam depan ruko melihatku dari arah seberang. Beliau pun menolongku dengan memberi kode pada pengendara untuk melintas pelan-pelan. Beliau mengayunkan tongkat pentungannya tinggi-tinggi.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun