Mohon tunggu...
Novia Respati
Novia Respati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wirausaha

Senang menulis dan memasak 😊

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Gadis Barista (Bagian 2 - 3)

27 Desember 2023   09:00 Diperbarui: 27 Desember 2023   09:04 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

Eka mengatakan padaku, bahwa sikap Henry yang seperti itu adalah sebuah pertanda baik untukku. Hmm.. apa maksudnya ya.. Apa pertanda baik itu artinya sama saja dengan Henry menyukaiku? Aku belum mengenalnya lebih dekat, aku belum tahu dengan pasti jati dirinya. Sebenarnya, aku juga ingin tahu lebih banyak tentangnya. Baiklah, untuk ke depannya aku akan menanggapi dirinya dengan respon yang lebih baik lagi.

Akhirnya kami sampai juga di kedai bubur ayam langganan lama Mama. Kata Mama, temannya yang tinggal di sekitar sana lah yang memberitahu pada Mama kalau kedai bubur ayam ini masih beroperasi sampai hari ini. Tempatnya luas dengan sinar lampu neon putih yang sangat terang. Jadi, kebersihan tempat ini dapat terlihat sangat jelas.

Mama tidak bohong, bubur ayamnya benar-benar enak. Menurutku, enak atau tidak itu memang bisa dikatakan relatif. Tapi, kali ini selera Mama persis denganku. Papa juga sependapat denganku. Kami bertiga sangat menikmati kebersamaan malam minggu kami.

Setelah makan bubur ayam dan tiba di rumah hampir pukul dua belas malam, pagi ini suasana hatiku terasa lebih baik. Hari ini aku kebagian shift siang, jadi aku masih bisa sedikit bersantai hingga pukul dua belas siang nanti. Aku mengambil ponsel yang ku letakkan semalam di atas meja lampu, samping tempat tidurku. Ada dua buah pesan masuk. Satu pesan dari Henry dan satu pesan lagi dari Pak Iwan, ojek langgananku.

Aku memilih untuk membuka pesan dari Pak Iwan terlebih dulu. Mungkin ada hal yang sangat penting kalau pagi-pagi begini sudah mengirimiku pesan.

“Pagi non Amel, maaf nanti malem Saya ngga bisa jemput, saya mau pulang kampung dulu tiga hari ada keperluan disana. Mohon maaf ya non. Makasih.”

Haduh.. Minta jemput papa deh nanti malam, kasihan juga kalau papa lagi capek. Tapi mau bagaimana lagi. Bersyukur ada papa yang bisa selalu ku andalkan. Setelah membalas pesan dari Pak Iwan, aku lanjutkan dengan membuka pesan dari Henry.

“Pagi Mel, kamu masuk siang ya? Aku baru aja sampe depan kedai kamu, tapi kamu ngga kelihatan. Jadi, aku tunda deh masuk ke dalem. Nanti siang aja aku balik lagi.”

“Iya hari ini aku masuk siang. Okelah kalau gitu.”

Kalau cuma mau ngopi atau sarapan, mestinya tidak ada aku pun tidak jadi masalah. Yang aku tahu, kemarin-kemarin dia tetap datang ke kedai kami walaupun aku tidak ada disana. Tapi kenapa sekarang malah terasa semakin aneh, seperti ada apa-apanya. Kesannya, dia mulai mengkhususkan datang ke kedai hanya untuk menemuiku. Ah.. Sudahlah.. Aku tidak boleh terlalu percaya diri.

Setelah megumpulkan semua nyawaku untuk bangkit dari atas tempat tidur, aku melangkah keluar kamar dan mendapati Mama sedang menyirami tanaman. Motor matic papa tidak terlihat di pekarangan rumah. Kira-kira papa sedang pergi kemana ya..

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun