Hari begitu cepat berganti. Terhitung tiga hari sudah Shi terbaring koma di rumah sakit. Kini giliran Takigawa Seiya yang menunggunya. Ia duduk di sebelah Shi. Menggengam tangannya seolah tak akan membiarkan sosoknya pergi. Namun, entah mengapa ia malah tertidur si samping Shi.Â
Ia bermimpi sedang berada di sebuah taman yang begitu luas dengan suasana khas musim gugur. Ia melihat sosok gadis dengan gaun berwarna biru sedang duduk dibawah pohon yang daunnya mulai mengering. Itu adalah Shinagawa Shinerin.Â
Takigawa Seiya bergegas menghampirinya.Â
"SHI" panggilnya ketika ia telah dekat dengan sosok gadis itu. Shi tersenyum manis lalu merentangkan tangannya seolah ingin sosok Takigawa Seiya memeluknya.Â
"Kembalilah Shi, kami semua menunggumu" Seiya berbicara sembari memeluk sosok mungil itu. Shi hanya terdiam. Shi mengelus kepala Takigawa Seiya dengan lembut, ia bisa merasakan sosok Seiya yang menangis di pundaknya.Â
Shi memeluknya erat sembari terus mengelus kepala Seiya.Â
"Kau tau? Hari ketika pertama kali kita bertemu tiga tahun yang lalu. Aku begitu menyukai sosokmu yang bisa mengetahui isi hatiku. Lalu ketika kita kembali dipertemukan, aku begitu bahagia melihat sosok mu yang kian tampan dan dewasa. Namun, kemudian aku dihantui rasa takut. Aku takut ketika aku sudah benar benar jatuh dalam pelukanmu, kamu akan meninggalkanku. Aku takut menghadapi kenyataan bahwa aku hanya bisa menghabiskan sedikit waktu dengan dirimu. Aku takut. Sungguh"Â
Shi meneteskan air matanya. Tangannya mencengkram pakaian milik Seiya. Walau satu tangannya lagi tetap mengelus kepalanya. Seiya hanya bisa terdiam, tidak tau harus mengatakan apa.Â
"Kau tau, dimalam ketika kamu berusaha membunuhku. Aku merasa begitu bersalah karena menjadi alasan adikmu bunuh diri. Kau tau. Bahkan malam itu aku tidak keberatan jika benar harus mati ditanganmu. Lalu, ketika kamu melihat aku yang sakit sakitan, aku takut kamu tidak akan menerimaku."
'cukup Shi'Â
"Kau tau? Ketika hujan dimusim gugur datang. Aku melihat dirimu yang seakan begitu jauh. Aku terus bertanya tanya apakah nanti akhirnya perasaan yang aku pendam ini akan tersampaikan kepadamu. Kau tau? Kau adalah air yang membasahaiku kala aku mulai layu. Walaupun kau tidak bisa membuatku kembali hijau. Tapi kau membuatku memiliki sedikit harapan untuk hidup."Â